logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

TIGA

Badran menyiapkan segala perlengkapan jurnalistik di dalam ranselnya, juga mater-materi liputan. Mengatur jarak menuju lokasi liputan, juga turut dipersiapkan oleh Badran, hal itu juga penting bagi seorang wartawan, supaya tiba di lokasi tepat waktu.
Sampai di lokasi gudang batik yang terbakar kemarin malam, Badran bertemu dengan orang-orang media lain yang sudah berada di sana. Salah satunya Rahmat wartawan Radar dan Ridwan wartawan koran Jogja 24.
“Kita boleh masuk nggak?” Badran bertanya kepada kedua wartawan itu.
“Nggak boleh, Dran. Di dalam masih ada penyidikan.” Ridwan menjawab pertanyaan Badran.
Badran hanya mengangguk, seraya menarik sebatang rokok filter. “Terus penyebabnya sudah terungkap?” Badran membakar rokok filternya.
“Kita tadi mau wawancara, Dran. Cuma sama Pak Irwan suruh nunggu sini,” jawab Rahmat ia juga ikut membakar rokoknya.
Hingga pada akhirnya Badran harus menunggu di luar gudang bersama orang-orang media, ngobrol membicarakan hal-hal lain, sembari menghisap rokoknya masing-masing.
Tak lama tim penyidik kepolisian keluar dari gudang batik itu, beberapa wartawan yang mengetahuinya langsung berlarian menghampiri. Badran, Rahmat, dan Ridwan mereka juga tak mau kalah cepat, langsung mendekat mengerumuni Kompol Irwan, seorang dari pihak kepolisian yang sangat dekat dengan orang-orang media.
“Kita telah melakukan penyidikan di tempat kejadian perkara, di sini kita menemukan beberapa benda sebagai bukti penyebab kebakaran.” Kompol Irwan menjelaskan kepada beberapa wartawan, yang sedang mengerumuninya.
“Salah satunya barang yang kita temui, serpihan botol kaca dan juga sisa kain.” Kompol Irwan menunjukkan benda itu, yang sudah dimasukan ke dalam plastik.
Para wartawan pun langsung memotret barang itu, ada juga yang merekam.
“Barang apa itu, Pak?” tanya Badran.
“Saya menduka ini adalah bahan bom molotov, tapi kita akan periksa dulu di kantor.” Kompol Irwan menjawab.
“Apa memang penyebab kebakaran ini disengaja, Pak?” kini Ridwan yang bertanya.
“Kalau itu nanti saja ya, kita sudah bawa rekaman CCTV dari halaman depan, untuk kita periksa, apakah benar ada pelaku yang sengaja membakar gudang ini.”
Para wartawan yang ada di sana mengangguk, lantas mencatat apa yang dikatakan Kompol Irwan.
“Ada pertanyaan lagi?” Kompol Irwan bertanya lagi, memberi sekali kesempatan wartawan untuk bertanya. “Kalau tidak ada pertanyaan, saya mau kembali ke kantor, untuk memeriksa barang-barang bukti tersebut. Kalian boleh ikut ke kantor, kita akan mengadakan konferensi pers soal kasus ini.”
Barang bukti itu pun dibawa ke Kantor Polresta oleh para petugas, yang melakukan penyidikan di gudang batik. Badran dan para wartawan mengikuti hingga ke kantor, mereka masih penasaran bagaimana akhirnya, kini mereka masih menunggu hasil pemeriksaan barang bukti yang ditemukan itu.
***
“Aku yakin, pasti ada yang sengaja membakar gudang itu,” kata Ridwan kini mereka sudah berada di Polresta.
“Aku rasa begitu, Wan,” jawab Badran, dan disetujui oleh para wartawan yang ada di sana. “Entah filling dari mana, penyebab kebakaran itu sangat aneh,” lanjutnya.
Badran membuka ponsel, ia teringat pesan yang disampaikan Redaktur Chilmi, untuk sering memberikan kabar. Badran membuka whatsapp dan membuka pesan Redaktur Chilmi.
“Barang bukti sudah ditemukan, Mas.” salah satu pesan terkirim.
Tak lama Redaktur Chilmi membalas, “Sekarang di mana?”
“Polresta, pihak masih melakukan pemeriksaan barang bukti itu, dan sebentar lagi akan ada konferensi pers.”
“Oke, kawal terus ya, Dran!”
Selang beberapa menit kemudian, beberapa wartawan dari berbagai media berdatangan. Entah mungkin mereka dapat informasi dari pesan grup para wartawan, informasi dari redaktur atau produser, dan mungkin diundang langsung oleh Kompol Irwan.
Badran sedikit dibuat heran melihat para wartawan yang baru datang, beberapa di antara mereka menyapa dan menghampirinya, sekilas menanyakan kapan konferensi pers dimulai? Barang bukti apa saja yang ditemukan? dan sebagainya. Badran mungkin bisa dibuat cemburu pada mereka, yang baru datang ketika kasusnya mulai terungkap.
Waktu telah menunjukkan hampir tengah hari, jadwal konferensi pers digeser habis solat duhur. Badran masih tetap menunggu di sana, karena tugas liputannya hanya tempat ini saja, dan Chilmi seorang redaktur, tidak menugaskan Badran untuk pindah lokasi.
Beberapa orang yang bertugas di Polresta berdatangan, dengan membawakan sekantong kresek besar warna merah yang berisikan nasi bungkus, dan sekardus air mineral. Hal itu, membuat para wartawan berseru senang. Makan siang telah tiba. Mereka pun langsung mendekat, mengambil dan membagikan nasi bungkus dan air kepada rekan sesama wartawan.
Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, para wartawan dipersilakan masuk ke dalam ruangan. Ruangan yang penuh deretan kursi-kursi tanpa meja, dikhususkan untuk para wartawan. Sedangkan didepan, terdapat satu meja panjang dan empat kursi, dan disebelahnya terpasang layar proyektor.
Para wartawan media televisi sibuk memasang tripod dan kamera, mengatur posisi kamera dan sesekali mengetes suara. Perekaman suara dinyalakan, buku catatan kecil dan bolpoin sudah berada di tangan masing-masing wartawan, siap untuk mencatat kalimat-kalimat yang diucapkan oleh penyelenggara konferensi pers. Di waktu itu, tepatnya pukul 12.40 konferensi pers dimulai.
“Rekan-rekanku media sekalian. Saya mau menyampaikan infromasi, soal pengembangan kasus kebakaran Gudang Batik di Jalan Mayor Suryotomo.” Kompol Irwan memulai konferensi pers, ia duduk di depan meja panjang, di hadapan para wartawan. Di atas meja panjang itu, terdapat beberapa barang bukti yang telah ditemukan di gudang batik, di antaranya pecahan botol kaca, 4 buah kain, dan 1 CCTV.
“Setelah pihak kami yang bertugas melakukan penyidikan di lokasi kebakaran, kami menemukan serpihan botol kaca dan lilitan kain, yang diduga bahan bom molotov.”
Petugas lain memutar video rekaman CCTV melalui proyektor, seluruh lensa yang ada di ruangan itu, tertuju ke proyektor. “Tepat pukul 21.15 waktu setempat, kami menemukan 4 orang mengendarai 2 motor. 2 di antara 4 orang itu melemparkan bom molotov sebanyak 4x. Kami memastikan, bahwa penyebab kebakaran gudang batik di Jalan Mayor Suryotomo, memang disengaja oleh pelaku yang tidak bertanggung jawab. Dan kami, akan segera membentuk tim untuk melakukan penangkapan para pelaku tersebut.”
Beberapa wartawan mulai meleparkan pertanyaan demi pertanyaan. Kompol Irwan dan beberapa rekannya yang duduk di depan meja panjang itu menjawab pertanyaan mereka. Beberapa dari wartawan mulai mencatat apa yang telah disampaikan, juga ada yang merekam suara, dan merekam dalam bentuk video, ada juga yang hanya mengambil gambar dalam bentuk foto saja.
Satu jam berselang, konferensi pers pun diakhiri. Para wartawan yang ada di sana masing-masing membubarkan diri. Tugas Badran pun selesai, selain mendapatkan informasi, Badran juga mendapatkan foto-foto konferensi pers, foto barang bukti, dan rekaman suara.
***
Tentang seorang perempuan yang masih membuat Badran penasaran, siapa perempuan itu? Ia sempat menemuinya di sebuah kafe, yang letaknya tak jauh dari kantornya.
Kemarin sepulang kerja, iseng Badran mampir ke kafe itu. Dari situlah Badran menemukan perempuan yang membuatnya masih penasaran, mungkin Badran telah kembali merasakan jatuh cinta, setelah lebih dari tiga tahun ia tidak tertarik dengan yang namanya cinta.
Baginya, memang awalnya indah dan berbunga-bunga, tapi pada akhirnya keindahan itu menjadi suram, dan bunga itu menjadi duri tajam yang menusuk hati, sakit memang rasanya.
Namun, kali ini Badran kembali merasakan lagi, rasa-rasa yang sama saat pertama kali jatuh cinta. Ya, walaupun Badran mencoba menolak rasa itu, tapi nafsunya terus menggoda. Sesekali Badran teringat perpisahannya dengan Airin, perpisahan yang pait dan menyakitkan, yang membuat Badran berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Tiga tahun lebih lamanya, Badran sudah berjuang membuang jauh-jauh rasa itu. Tapi sia-sia, rasa itu kembali lagi, kini dengan orang yang berbeda.
Selama di perjalanan pulang, Badran masih memikirkan perempuan itu. Lantas siapa dia? Rambut hitam yang lebat terurai ke bawah, ketika menaruh minuman pesanan Badran, suaranya yang lembut disertai senyuman manis, membentuk lesung di kedua pipinya yang gembil.
Sempurnalah perempuan itu, namun Badran masih tidak mengenalnya. Ngobrol pun tidak, meski hanya sekejap. Badran mencoba mengingat-ingat kembali perempuan itu, di kala ia memesan minuman, ia sempat membaca papan nama yang terpasang di celemeknya, bertuliskan 'Dinda'
Mungkin itu namanya.

Komento sa Aklat (49)

  • avatar
    FiahAl

    bagus banget karyanya

    13d

      0
  • avatar
    dithaapramu

    seru

    19/06

      0
  • avatar
    Zeti Durrotul Yatimah

    badran selalu membawa perlengkapan jurnalisnya didalam tasnya.

    07/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata