logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Sedikit Ingatan

Yohan menatap langit malam yang semakin gelap. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Tarikan napas panjangnya membuat raut wajah itu kian merengut. Setidaknya dia harus berteman lebih dulu dengan Kang Hoon sebelum mencoba dekat dengan Minjun. Rasanya sangat sulit untuk menyentuh kepribadian pasangannya itu.
Sebanyak apa pun kehangatan yang ia salurkan, dinginnya Minjun tak terbantah. Bahkan hari ini saja Yohan hanya bisa mendapat tatapan death glare saat mencoba menyapanya. Tidak mungkin Yohan menyerah dan meminta sang Ayah memindahkannya ke sekolah lain, lagi. Ia yakin, Ayahnya juga memiliki waktu yang sangat sulit untuk terus beradaptasi dengan tempat yang baru.
“Kau punya masalah?”
Yohan berbalik dan mendapati lelaki bermata bulat tersenyum ke arahnya. Yohan menggeleng pelan. “Hanya, mengkhawatirkan beberapa hal.”
“Ya. Aku rasa semua orang juga punya kekhawatiran mereka masing-masing.” Insu menyunggingkan senyum lebarnya. Yohan tertegun. Dari ketujuh murid di kelasnya, Insu satu-satunya yang bicara layaknya teman. Setidaknya ada satu saja yang bersikap baik, itu bisa membuat Yohan tak perlu memikirkan kepindahannya lagi.
“Eum. Entah apa itu, kita pasti memilikinya.” Yohan memiliki tekad untuk lulus dari SMA ini. Dia tidak ingin belajar di sekolah baru lagi. Bagaimanapun kesulitan yang akan dihadapi, percaya diri adalah hal yang perlu ditekankan.
**
Kang Hoon sudah duduk di depan kemudi. Tangannya meremas stir dengan tangan sedikit bergetar. Entah apa yang ia lakukan ini baik atau tidak, ia tak begitu peduli. Lelaki itu hanya terpancing karena tak mungkin menolak kesenangan yang beberapa waktu lalu terpaksa ditinggalkan. Namun, tak tahu kenapa pening di kepalanya semakin menjadi.
Mencoba mengabaikan rasa yang mengganggunya, ia melirik ke samping kanannya. Di dalam mobil itu, seorang lelaki terlihat bersungguh-sungguh ingin melawannya. Sementara pria besar yang tak sempat ia tahu namanya kini berdiri di sisi jalan sembari memperhatikan mereka berdua yang siap melahap jalanan. Senyum tipisnya memperlihatkan seakan ia akan mendapatkan banyak kesenangan dari ajang balap liar ini.
Deru mobil milik Seojun sudah mengaung keras. Sementara Kang Hoon mencoba menghidupkan mobilnya dengan ragu. Tangannya masih saja gemetar, meski sudah mencoba tenang. “Ada apa denganku,” gumamnya nyaris tak terdengar.
“Baiklah!” seruan seorang wanita berbaju seksi itu nyaris membuat Hoon terlonjak kaget. “Kita mulai. Satu, dua….”
Dooor!
Suara dari pistol sang perempuan lagi-lagi membuat Hoon terkejut. Seojun menginjak pedal gas dan melaju kencang meninggalkan mobil Hoon yang bahkan tak bergerak sedikitpun.
“Ada apa dengan anak itu,” ujar Mikey sedikit menyenggol lengan Youngsoo meminta penjelasan. Youngsoo hanya mengedikkan bahu. Ia sendiri tak tahu kenapa Kang Hoon seperti tak bisa berada di arena balap.
Bahkan kini mobil yang ditumpanginya baru melaju dengan kecepatan pelan. Jelas bukan Kang Hoon namanya jika rela kalah dari sang penantang. Dulu, lelaki itu melahap jalanan seperti tak punya rasa takut sedikitpun. Belum genap 2 tahun sejal pertandingan itu, tapi lelaki itu benar-benar tidak seperti dirinya.
*
Guru Kim duduk seorang diri di salah satu meja kedai ramen. Di depannya, ia sudah menghabiskan 1 botol Soju. Semangkuk ramen masih mengeluarkan asap, baru saja diletakkan sang pelayan. Ini porsi kedua yang ia pesan. Nafsu makannya sepertinya naik setiap kali ia memikirkan para murid kelas peralihan.
Tekanan bukan hanya datang dari pihak sekolah, tapi juga para orang tua murid. Yang tentunya menginginkan pengajaran efektif untuk meningkatkan nilai anak mereka.
“Bagaimana ini bisa kulalui,” gumamnya lirih. Sekarang ia nampak menyedihkan dengan rambut yang sudah tak tersisir rapi. Jam masih menunjukkan pukul 8 malam. Seharusnya tak ada yang ia khawatirkan tentang anak-anak. Di jam ini, mereka mungkin masih ada kelas tambahan atau sudah masuk asrama.
Penjagaan sudah di perketat, jadi tak ada yang bisa keluar-masuk sekolah dengan seenaknya. Namun, mereka bukan murid yang bisa menuruti aturan sekolah dengan sangat mudah. Kenakalan mereka sudah nyaris diluar batas.
Guru Kim menegak habis gelas Soju terakhir sebelum ia menerima panggilan dari seseorang.
**
Kembali ke arena balapan. Kang Hoon kini melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, berusaha mengontrol diri agar bisa menyusul Seojun. Dengan sekali tarikan napas panjang, ia menginjak pedal gas dan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Seojun yang sudah optimis akan menang dan tak melihat adanya pergerakan dari Kang Hoon, harus membulatkan matanya lebar. Ia melihat mobil Kang Hoon tepat di balakangnya. Tak ingin kalah, ia kembali mempercepat laju mobilnya.
“Sial!” Seojun memukul setirnya kesal saat melihat Hoon yang baru saja melewati mobilnya. Kang Hoon memang tidak seperti dirinya yang dulu, hanya saja, entah kenapa dia seperti ingin menunjukkan sesuatu.
Garis finish sudah terlihat, tiba-tiba saja Hoon menghentikan laju mobilnya. Tangannya mencengkeram setir mobil dengan kuat. Keringat dingin bahkan hampir membasahi wajahnya. Sekelebat kenangan muncul di ujung jalan. Ia mendengar sorakan yang riuh, memintanya untuk segera sampai gadis finish. Namun, riuh itu kini terhalau sebuah ledakan besar, dan kilatan api terlihat mengobar.
Kang Hoon menggeleng kuat. Mencoba mengusir bayangan aneh yang tiba-tiba muncul mengganggunya. Deru jantungnya kini semakin kencang. Ia meremas dada kirinya yang terasa sakit, di tambah lagi kepalanya yang tak berhenti berdenyut.
“Ada apa dengannya,” gumam Youngsoo dari sisi jalan. Orang-orang yang melihat keanehan itu juga ikut saling bergumam.
Para pendukung Seojun bersorak senang, begitu juga dengan Mikey yang tersenyum lebar. Seojun menyadari mobil yang ditumpangi Hoon berhenti, segera ia memelankan laju mobilnya dan melihat kebelakang dari kaca spionnya.
“Apa dia sedang mempermainkan balapan.” Mobilnya benar-benar berhenti. Ia menunggu mobil dibelakangnya kembali bergerak. Namun, baru saja Hoon akan kembali menginjak pedal gas, tiba-tiba suara sirine polisi terdengar. Seketika semua orang yang ada di arena balap saling berhamburan menyelamatkan diri.
Youngsoo berlari menghampiri mobil Seojun dan memintanya untuk segera pergi. Baru saja mobil itu melaju, Youngsoo menghentikannya.
“Tunggu.”
“Ada apa? Kau mau kita tertangkap?”
“Kita tidak mungkin meninggalkannya.” Menoleh kebelakang. Bahkan saat mobil polisi berada di belakangnya, lelaki itu tetap diam di sana. “Seojun-ah.”
“Jangan bilang kau—“
“Bukankah kau benci orang yang meninggalkanmu?” pertanyaan itu sangat menohok. Ya, dia membencinya dan sekarang justru dia melakukan hal yang sama.
Baru saja akan turun dari mobil, sebuah mobil polisi sudah tepat berada di depan mobilnya. “Sial,” gerutu Seojun kesal.
_
Guru kim berlari masuk kedalam kantor polisi, menghampiri 3 muridnya yang terduduk di depan petugas. Beberapa menit yang lalu, ia mendapat telepon dari salah satu polisi yang juga teman baiknya. Mengatakan jika 3 siswanya tertangkap tengah berada di arena balap liar. Bahkan dua di antaranya adalah sang petarung yang tengah melakukan balapan.
Tanpa berpikir panjang, ia melesat meninggalkan makanan dimejanya. Dia berjanji akan kembali pada sang pemilik kedai dengan jaminan tas yang ia tinggalkan.
“Kenapa kalian bisa melakukan itu,” sergah guru Kim begitu ia berada di dekat para muridnya. Seojun dan Youngsoo serempak menoleh takut-takut. Sementara Kang Hoon masih menautkan jemarinya kuat. Sedari tadi, tak berhenti gemetar.
“Maaf, Pak. Saya akan mendisiplinkan mereka lebih ketat lagi.” Guru Kim membungkuk 90 derajat. Mencoba untuk tidak memarahi mereka di sini.
Setelah memberikan jaminan dan membebaskan ketiganya, guru Kim tak lantas membuat mereka pulang. Ia meminta anak-anak itu ikut dengannya ke kedai.
“Makanlah. Setelah ini kalian pulang ke asrama,” ujar guru Kim setelah 3 mangkuk pesanannya datang. Masing-masing mendapat semangkuk ramen dan teh hangat.
Youngsoo mulai mengangkat sendok dan mencicipi makanannya. “Woah! Ini sangat enak,” celetuknya kegirangan. “Seojun-ah. Ayo makan.”
Sedikit enggan, Seojun ikut memakan makanannya. Kang Hoon tak bergeming dari duduknya. Wajahnya nampak pucat, bahkan rambutnya ia biarkan berantakan. Guru Kim melihatnya. Sedikit khawatir dengan keadaannya saat ini.
“Hoon-ah. Makanlah.”
Kang Hoon mendongak. Menatap sang guru sekilas sebelum akhirnya menatap mangkuk ramen di depannya lekat. Ia melahapnya perlahan, dengan tangan yang masih bergetar dan sorot mata yang meredup.
“Saya akan merahasiakan ini dari pihak sekolah. Besok, datang ke ruangan saya.” Lelaki 36 tahun itu kembali menyantap ramen yang bahkan mulai dingin. Untuk pertama kalinya, ia bertekat akan melakukan apa pun demi nilai anak-anak di kelasnya. Menjadi wali kelas bukan hal yang mudah. Juga tidak membanggakan.
**
Kang Hoon tidak kembali ke asrama. Ia justru datang ketempat biasa ia tinggal. Sebuah gudang didekat sekolahnya yang ia sulap menjadi tempat ternyaman selama hampir 5 tahun. Berjalan gontai, sesekali ia benopang tubuhnya pada dinding, agar tak roboh. Kepalanya benar-benar sakit. Bahkan lebih sakit dari biasanya.
Hoon kemudian menjatuhkan tubuh lelahnya di ranjang kecil yang bahkan lebih mungil dari badannya. Memejamkan kedua matanya erat, berusaha mengusir kenangan yang menelisik, mengganggu pikirannya.
Lagi. Sebuah ledakan dan kobaran api itu terlihat jelas. Samar-samar, ia melihat seseorang yang hendak mendekatinya dengan ragu-ragu. Wajahnya sangat panik. Namun, ia tak memiliki keyakinan kuat untuk mendekatinya. Kekhawatiran itu bercampur dengan rasa takut yang teramat.
“Kang Hoon!”
Kang Hoon sontak membuka kedua matanya. Mengambil posisi duduk di sisi ranjang dengan napas yang tak beraturan. Keringat dingin mulai kembali mengucur. Detik berikutnya mencengkeram kepalanya yang masih berdenyut.
“Ada apa denganku,” gumamnya, bertanya kepada diri sendiri.
Kecelakaan yang dialaminya 1 tahun lalu membuatnya kehilangan sebagian ingatan. Akan tetapi, itu tidak membuatnya lupa siapa dirinya. Hanya beberapa kenangan yang mungkin menyakitinya saja yang sirna. Namun, kini ada ingatan yang memaksa kembali.
***
Ruang kelas peralihan nampak sepi. Hanya ada Dongmin yang sudah siap bertempur dengan pelajaran hari ini. Tak butuh waktu lama, Insu dan Yohan datang bersamaan. Disusul Daeho, Youngsoo dan Seojun. Namun, Youngsoo dan Seojun hanya menaruh tas, mereka kembali berjalan keluar.
“Ada apa dengan mereka?” gumam Daeho heran. “Buat masalah lagi.”
Yohan ikut memperhatikan. Tetapi, dia tidak ingin terlalu peduli. Tugasnya dari guru Kang belum disentuh sama sekali. Ia melirik ke arah pintu, menunggu Minjun yang belum datang. Yohan kemudian melirik tempat duduk Kang Hoon, lelaki itu juga belum datang sesiang ini.
“Huh.” Hanya desahan berat yang lolos dari mulutnya. Insu menyadari situasi lelaki itu dengan cepat. Berteman dengan Minjun adalah hal yang paling sulit saat ini, tapi memilih dekat dengan Hoon juga bukan yang terbaik. Keduanya memiliki tipikal yang sama buruknya.
“Mau coba kerjakan tugas denganku?” tanya Insu berinisiatif. Karena partnernya juga tidak ada saat ini. Yohan mengangguk ragu.
-
Youngsoo dan Seojun kini berada di ruang kedisiplinan dengan guru Kang yang juga berada di sana. Hening sejenak, sebelum guru 36 tahun itu membuka suara.
“Kang Hoon belum datang?” tanyanya sembari membolak-balik lembaran kertas kosong.
“Belum, Saem.” Youngsoo menjawab.
“Apa semalam dia tidak pulang ke asrama?” tanya guru Kim lagi. Kedua muridnya mengangguk pelan.
“Dasar anak itu,” gumam guru Kim setengah menggerutu. Ada rasa khawatir yang mulai mengganggu pikirannya.
Semalam, lelaki itu tak nampak baik-baik saja. Wajahnya pucat, dan tak sedikit pun bicara. Entah apa yang terjadi dengannya. Bisa jadi karena 2 kemungkinan; Kesal karena kalah balapan, bisa juga karena syok petugas membawanya kekantor polisi. Ah, entahlah. Rasanya mustahil bisa memahami kondisi lelaki satu itu.
“Kalian tahu apa yang kalian lakukan malam tadi?” tanya guru Kim kembali pada dua anak didepannya.
“Maaf, Saem.” Youngsoo menunduk dalam.
Guru Kim menghela napas panjang. Sepertinya bukan kali pertama dua orang ini berada di arena balap. Bahkan menurut beberapa saksi, Seojun kerap menantang pembalap baru. Pimpinan mereka—yang sering disebut sang pemenang—tak ada di antara orang yang ditangkap. Seperti sudah ada jalan pintas untuk melarikan diri jika ada polisi patroli. Beruntung guru Kim mengenal polisi yang menangani murid-muridnya, jadi bisa bernegosiasi dengan cepat.
“Mulai sekarang, cobalah berubah jadi lebih baik. Saya yakin kalian berdua juga ingin lulus dari sekolah ini.” Guru Kim menyerahkan kertas kosong kepada Seojun dan Youngsoo. “Tulis surat penyesalan dan kumpulkan di meja saya siang nanti.”
“Baik, Saem,” ujar keduanya serempak.
Saat ini, memberikan pengarahan yang ketat pada mereka bukanlah satanya. Jika dilakukan secara terang-terangan dan paksaan, ia yakin mereka akan semakin sulit untuk dinasihati.
*
Kang Hoon belum beranjak dari ranjang mungilnya. Sejak semalam ia tak bisa memejamkan kedua matanya. Jam 5 pagi akhirnya ia bisa terlelap. Lupa jika sekolah juga penting. Namun, sepertinya ia tak bisa mengabaikan dirinya untuk saat ini.
Lelaki itu melenguh pelan. Mencoba membuka mata beratnya. Samar-samar ia melihat jam berbentuk bola yang ada di meja kecilnya. Jam 8 lebih 17 menit. Tangannya terangkat, memijit pelipisnya yang mulai sakit. Rasa malas tiba-tiba saja menguasai.
Kejadian tadi malam masih membekas. Belum menemukan jawaban sedikitpun. Kecelakaan yang ia lihat sekilas, bukanklah kecelakaan biasa. Bukan antara mobil dan mobil yang tak disengaja, atau ada orang lain yang menabraknya. Nampaknya sesuatu yang lebih dari itu.
Ia tak bisa menemukan jawabannya. Satu-satunya yang ia tahu hanyalah kecelakaan besar itu merenggut sebagian ingatannya. Sebenarnya ia juga tak ingin terlalu peduli dengan apa dan bagian mana ingatannya yang hilang. Hanya saja, rasa sakit dikepalanya sangat mengganggu. Apa pun yang akan terlintas di kepalanya, hari ini Hoon hanya ingin tidur dan mengistirahatkan tubuhnya.
…..

Komento sa Aklat (120)

  • avatar
    WindiAnisa

    mantab

    20/08

      0
  • avatar
    LestariRani

    cerita nya sangat bagus and menarik

    14/08

      0
  • avatar
    Fely Sia

    ini sangat bguss

    13/08

      1
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata