logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bekerja di Gedung yang sama

Gendis.
Sambil menunggu giliran kusempatkan diri mencuri-curi pandang ke arah Adit yang sedang melaksanakan tugasnya membukakan pintu untuk nasabah serta melayani nasabah dengan ramah.
"Keren banget sih tuh orang." batinku saat melihatnya.
"Pantesan banyak yang caper ." ujar ku masih dalam hati karena kulihat banyak nasabah perempuan yang masih muda tampak meminta perhatian lebih kepada Adit.
Wajar sih banyak yang berusaha menarik perhatian nya, sebab sebagai seorang security sebuah Bank, Adit tergolong di atas rata-rata, dari segi paras maupun postur tubuhnya, bahkan kalau boleh jujur dia lebih cocok menjadi polisi bahkan mungkin sebagai model atau paling tidak sebagai personal trainee di sebuah pusat kebugaran .
"Tapi laki-laki seperti nya pasti sudah sold out ." ucap batinku lagi-lagi.
"Nomor antrian delapan , silahkan menuju meja nomer du-a." kudengar suara mesin menyebutkan nomer yang sama dengan nomer yang kupegang, segera aku beranjak menuju meja yang dimaksud.
"Selamat pagi Bu, ada yang bisa dibantu?" ucap gadis cantik dengan makeup natural dan rambut dicepol sebuah hairnet hitam .
"Mau setor tunai mbak." jawabku sambil menyerahkan amplop lima belas bendel uang seratus ribuan lengkap dengan slip setoran yang telah kuisi di ruangan ku tadi.
" Baik jumlahnya 150 juta ya Bu, saya hitung ya Bu ." sambil menerima amplop berisi uang juga blanko setorannya.
Kulihat teller yang dari nametag nya tertulis mama Desi tersebut memasukkan membuka amplop kemudian mengeluarkan lima belas bendel uang seratus ribu an ke dalam mesin penghitung uang.
"Pas ya Bu seratus lima puluh juta." jawab Desi sambil menunjuk ke arah tulisan mesin tersebut.
"Iya mbak." balasku dengan senyum.
"Mohon tanda tangan disini Bu Gendis! " ucapnya sambil menunjuk bagian yang lupa kutanda tangani. Setelah kutanda tangani kembali kuserahkan blanko penyetoran itu padanya.
"Sudah masuk ya Bu.", ucap Desi lagi, sambil mengembalikan lembar kedua slipsetoran yang sudah divalidasi.
"Terimakasih mbak." ucapku dan menerima slyp tersebut.
"Sama-sama Bu Gendis semoga sehat selalu." balasnya ditambah dengan salam standar dari bank tersebut .
Seusai urusan dengan teller selesai , akupun berbalik kemudian melangkah menuju pintu keluar. Eits tapi tunggu dulu, sebelum berlalu tak lupa kuberikan senyum termanis untuk security tampan pahlawan yang menyelamatkanku dari kejaran Yanto kupret pagi ini. Sengaja kuperlambat langkahnku saat berjalan di depan meja Adit, dengan harapan Adit akan menyapaku kembali.
"Sudah selesai mbak gendis?" Tanya Adit .
"Iya sudah mas Adit, terimakasih ya mari mas Adit." ucapku sambil melangkah pelan, berharap dia akan memanggil ku .
"Terima kasih mbak gendis selamat datang kembali." ternyata benar dia mengatakan sesuatu lagi, tapi sayangnya hanya sebuah greeting standar yang memang harus di ucapkan kepada nasabah setelah keperluannya selesai.
Tapi aku tak rela jika ini berlalu begitu saja, aku harus mengulur waktu untuk bisa berbica lagi dengannya.
"Oh iya mas Adit sebagai tanda terimakasih saya tadi pagi sudah ditolong,mau ya nanti siang saya traktir lunch di kantin ." mengucapkan kalimat yang sebenarnya sama sekali tak terencana oleh pikiranku, tapi mengapa bibir ini bisa lancar untuk mengajak nya makan bersama siang ini.
"Ga perlu mbak, bukan apa-apa kok." tolaknya yang kuharap ini hanya sebuah basa-basi.
"Yahhh...tapi saya kan mau ngajak mas Adit makan bareng. " tak menyerah kucoba sekali lagi untuk bisa mengajak Adit makan siang denganku hari ini.
"Yasudah nanti setelah sholat duhur saya langsung ke kantin ya nemenin mbak Gendis lunch." jawab Adit yang tak kuduga.
"okeh, ketemu di kantin ya nanti." jawabku senang.
"Yaudah saya duluan ya mas, marii" pamitku, kemudian berlalu menuju pintu keluar dan berjalan menuju lift untuk kembali ke ruanganki di lantai dua puluh untuk melanjutkan tugas ku hari ini. Sambil menunggu pintu besi ini terbuka , aku sengaja memilih tempat yang bisa menjangkau penglihatan ku kepada Adit yang tengah berkutat dengan tugasnya sebagai penjaga keamanan.
Siang ini seperti janji kami untuk makan siang bersama ,aku sudah duduk di sini menunggu kedatangan Adit . Sengaja kupilih tempat menghadap pintu masuk untuk memudahkan adit melihatku ketika datang nanti .Beberapa staff perusahaan tempatku bekerja juga memilih untuk lunch disini. untuk menghemat waktu daripada harus membeli makanan di luar gedung, meskipun harga makanan di luar gedung jauh lebih murah dibandingkan dengan kantin ini.
"Sendirian Bu Gendis?" tanya Ratna seorang staff bagian dokumen yang duduk tak jauh dari meja yang kutempati.
"Iya nunggu temen mau lunch bareng." jawabku.
Beberapa menit kemudian terlihat senyum mengembang di bibir seseorang yang kutunggu kedatangannya sejak lima belas menit yang lalu.
"Sudah dari tadi mbak?" tanyanya sambil menggeser kursi kemudian di duduki nya.
"Enggak kok Baru lima belas menit , saya kan juga sholat dulu tadi di atas mas ." jawabku.
"Mas Adit mau pesan apa? "tanyaku lagi.
"Samain aja sama mbak Gendis biar cepat." balasnya, karena memang jam istirahat, kantin selalu penuh dan pasti membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memenuhi pesanan pelanggan.
"Saya mau pesan somay, mau?" tawarku.
"Boleh, gapake pare ya." balasnya.
"Mau minum apa?" tanyaku kembali.
"es teh manis." ujarnya
segera kupanggil pelayan kantin , menyampaikan pesanan kami berdua. Sambil menunggu pesanan datang tak banyak yang kami bicarakan, hanya sedikit basa-basi . Dari situ aku tahu bahwa Adit baru seminggu berada di kantor cabang ini . Sebelumnya dia bertugas di kantor cabang pembantu yang lain, namun sesuai aturan outsourcing yang merekrut nya akan ada rolling setiap enam bulan sekali.
Sehabis makan kami berdiri hampir bersamaan. Sebagai orang yang mengajak untuk makan maka aku akan bertanggung jawab terhadap pembayaran makanan kami. Usahaku untuk menuju kasir ternyata digagalkan oleh Adit, dengan gerakan cepat Adit langsung mengulurkan selembar uang lima puluh ribu ke kasir .
" Kenapa mas Adit yang bayar, kan saya yang mau traktir sebagai ucapan terima kasih." ucapku
"Next time mbak gendis yang traktir." ucapnya dengan senyum manis.
"Bener ya ." balasku berharap masih ada kesempatan kami bisa melewati makan siang bersama.
"Siipppp." jawabnya dengan mengacungkan ibu jarinya .

Komento sa Aklat (72)

  • avatar
    ZakiaMiftahul

    aku lebih suka membaca navel ini

    3d

      0
  • avatar
    Aleeya

    👍🏻👍🏻

    11d

      0
  • avatar
    FadillahRehan

    bagus

    17/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata