logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Mencari Perhatian

Rena dan Yuda duduk di taman. Keheningan menyelimuti mereka. Rena yang sudah tidak menangis lagi duduk dengan wajah sembab. Sementara Yuda hanya bisa menunduk menyesali perbuatannya.
Awalnya Yuda hanya ingin membuat Rena memperhatikannya, dia tidak biasa dicuekin. Yuda mengira Rena akan berubah dan mulai memperhatikannya seperti gadis-gadis yang selama ini mengelilinginya. Di luar dugaan Rena adalah Rena, dia bukan gadis-gadis seperti yang biasa bersamanya. Gadis yang pandai merayu, tersenyum manis dan selalu meminta perhatian dirinya. Rena mandiri, tidak bergantung dan tidak pernah minta diperhatikan.
“Ren, cowok seperti apa yang kamu suka?” Akhirnya Yuda mulai bicara.
“Hm.” Respon Rena. “Kenapa? Memang penting?”
“Tentu saja penting, aku suka sama kamu Ren, kalau gadis-gadis itu sih hanya untuk bersenang-senang saja,” jawab Yuda.
“Kamu hanya bersenang-senang, bagaimana dengan mereka yang benar-benar serius suka sama kamu? Pernah nggak kamu berpikir bagaimana perasaannya?” kata Rena.
Yuda diam, kini dia mengerti seperti apa rasanya diabaikan, tidak dipedulikan. Tapi setengah jiwa playboynya memberontak dan berdalih, itu hal wajar untuknya yang memang banyak pengagum dari kaum hawa.
“Lalu mau kamu apa? Putusin semuanya?” kata Yuda.
Rena tidak bisa menjawab. Bukan hak dia memutuskan, lagipula jika Yuda memutuskan pacar-pacarnya Rena juga belum tentu bisa menggantikan mereka.
Setelah Yuda mengantar Rena pulang, dia menelpon temannya.
“Bro, ketemuan yuk ajak yang lain ke kafe biasanya,” kata Yuda kepada orang di seberang telepon.
Sesampainya di kafe langganan Yuda.
“Tumben ngajak ketemu? Kenapa nih, galau ya,” kata teman Yuda.
“Iya nih,” jawab singkat Yuda yang membuat semua temannya kaget.
“Wuih, cewek mana yang bisa membuat seorang Yuda galau? Hebat tuh.”
“Itu dia, selama ini aku pacaran dengan beberapa cewek nggak ada yang membuat galau, baru cewek ini nih yang mengacaukan semuanya.” Yuda sendiri sudah berusaha mengesampingkan Rena, namun wajah Rena terus saja berputar-putar dalam benaknya.
“Kena pelet apa?” kata teman Yuda diikuti gelak tawa yang lainnya.
“Nggak lah kena karma ini, dia itu spesial banget buatku. Bertahun-tahun aku tunggu dia, pas giliran dia muncul, lupa denganku,” kata Yuda.
“Tunggu-tunggu, dia teman masa kecilmu yang itu?” kata teman Yuda ingin meyakinkan pendapatnya.
“Iya, dia orangnya. Cantik, manis, beda banget dengan dulu. Tapi sifatnya masih sama, sekeras baja susah ditaklukkan, cueknya itu malah makin manis,” kata Yuda.
“Duh ini sudah berat, cuek kok dibilang manis,” kata temannya Yuda.
“Itu dia bro, udah konslet kepala ini kayaknya.” jawab Yuda tidak jelas.
“Disenyumin diam saja, dijemput tiap hari ada rasa apalah gitu, ternyata datar saja. Sudah dipamerin gaya basketku yang super keren nggak ada respon. Jadi mau gimana lagi coba. Pas kubawa ke club malah nangis. Bingung deh.”
“Gila kamu, cewek kamu bawa ke club trus lihat kamu yang main sama gadis-gadis di sana. Parah kamu, Yu,” jawab teman Yuda.
“Nggak ngapa-ngapain kok cuma ngobrol saja,” jawab Yuda.
Saat perjalanan pulang Yuda melihat Rena duduk di bawah pohon besar di dekat danau. Dia memarkir motornya dan mendekati Rena.
“Ren, ngapain disini?” Yuda ikut duduk di bawah pohon.
“Mengenang masa lalu,” jawab Rena tanpa menatap Yuda.
“Pacar? Mantan?” tanya Yuda penasaran.
“Teman, teman masa kecil. Dulu kami sering bermain di sini. Tapi sekarang dia ada di mana aku tidak tahu.” jawab Rena yang menatap langit sore.
Yuda diam saja, dia penasaran teman seperti apa yang sampai membuat Rena mengenangnya. Pastilah orang istimewa, atau mungkin Rena menyukainya.
“Aku pulang dulu sudah sore,” kata Rena yang langsung pergi meninggalkan Yuda sendiri.
Ren, aku harus apa supaya kamu melihatku? Yuda memandang Rena yang telah pergi meninggalkannya
Seperti biasa di pagi hari, Yuda menjemput Rena di rumahnya. Perjalanan ke sekolah begitu cepat.
“Nanti pulang bareng, hari ini aku ada latihan basket jadi tunggu ya,” kata Yuda sambil memarkir motornya.
“Ya,” jawab singkat Rena.
Sikap dingin Rena membuat Yuda galau. Wajah cantik Rena yang natural tanpa make up membuatnya semakin menyukai Rena. Saat berjalan menuju kelas, di tempat yang tidak terlihat banyak orang Yuda menarik lengan Rena ke arahnya. Tangannya menyentuh wajah cantik Rena dan menciumnya.
Plak!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Yuda, wajah penuh amarah terlihat di wajah Rena. Rena segera berlari tanpa kata-kata.
Yuda menyandarkan dirinya di tembok. Tidak ada yang pernah menolak ciumanku, ini kedua kalinya kamu nolak aku Ren.
Kegiatan latihan basket sudah dimulai. Seperti biasanya para pemain berlarian mendrible bola dan menghalangi. Setiap kali memasukkan bola ke ring basket sorakan dan teriakan kaum hawa terdengar.
Yuda melihat ke arah penonton. Rena duduk di antara para penonton, melihat gadis yang disukainya menyaksikan dirinya berlatih Yuda semakin bersemangat. Dia memberikan yang terbaik dalam pertandingan. Sayangnya Rena bukan salah satu dari mereka yang bersorak.
Selesai bertanding, Yuda duduk dan menyeka keringat dengan handuk kecil. Ketua cheerleader itu datang lagi menawarkan minum. Yuda melirik ke bangku penonton dan melihat Rena di sana melihatnya.
“Siapa namamu?” tanya Yuda.
“Lisa,” jawab Lisa yang tersenyum manis. ‘Akhirnya kamu tertarik juga,’ batin Lisa
Yuda mengambil botol minum yang ditawarkan Lisa kemudian meminumnya.
“Terima kasih,” ucap Yuda yang berdiri dan mencium Lisa. “Ucapan terima kasih saja,” kata Yuda berbisik.
Lisa merona merah mendapatkan ciuman dari orang yang dia sukai.
Rena yang melihat Yuda dengan mudahnya mencium perempuan, pemberian label playboy ke Yuda memang benar. Orang itu playboy.
Melihat Rena yang cemberut, Yuda mengira Rena cemburu. Sedikit rasa senang terbesit di hatinya. Kalau cemburu artinya ada rasa, pikirnya.
“Kamu cemburu ya?” Yuda menggoda Rena.
“Nggak tuh,” jawab Rena. “Ayo pulang, keburu sore.”
Tingkah Rena membuat Yuda senang, sepertinya Rena mulai ada rasa padanya.
Jadi dia akan memulai membuat Rena melihat dengan caranya.
Satu hari berlalu, seperti biasanya setiap pagi Rena ke sekolah bersama Yuda.
“Ren, pulang sekolah nanti pulang sendiri ya, aku ada perlu,” kata Yuda. Dia berharap Rena menanyakan keperluannya. Sayangnya gadis itu hanya mengangguk dan pergi.
‘Kepo dikit donk, Ren,’ batin Yuda menghela napas panjang. Usahanya membuat Rena cemburu sepertinya belum berhasil. Gadis itu masih saja cuek.
Yuda berjalan sendiri ke kelasnya. Lisa, ketua cheerleaders sudah menunggunya di depan kelas.
"Hari ini mau jalan bareng nggak?"
"Boleh, pulang sekolah ya."
Yuda masuk ke dalam kelasnya tanpa kata. Sementara Lisa, dia sudah senyum-senyum karena berhasil mengajak Yuda.
Sementara di kelas Rena dan Lusi duduk bersama.
"Ren, Nggak salah? Yuda jalan sama Lisa tuh," bisik Lusi yang melihat kedua sejoli itu melintas bersama.
"Biarkan saja," jawab Rena datar.
"Ih, pacar jalan sama cewek lain kok biarkan saja. Kamu ada rasa nggak sih sama si ganteng?"
Rena hanya menggelengkan kepalanya. Membuat Lusi semakin gemas dengan temannya yang satu ini.
"Ampun deh kamu itu. Ditaksir cowok terganteng di sekolah dingin sedingin es. Hati-hati kena karma kalau kamu suka itu si ganteng trus dia udah bosan ngejar kamu. Kamu bakalan nangis. Nyesel," omel Lusi yang tak kunjung berhenti. Dia masih memberikan banyak kalimat-kalimat motivasi cinta.
"Udah belum ceramahnya? Yuk, pulang," ajak Rena.
Rena mengira Yuda dan Lisa sudah meninggalkan sekolah nyatanya mereka malah mojok di sudut kelas.
"Labrak Ren, labrak. Kamu cewek sah Yuda. Itu cewek siluman rubah harus tahu Yuda sudah ada yang punya," cerocos Lusi berusaha menyulut api.
"Dah lah, biarkan saja." Rena melenggang melewati keduanya tanpa menoleh.

Komento sa Aklat (253)

  • avatar
    MohamadImam

    sudah selesai

    23/04

      0
  • avatar
    Sscia Sscia

    sangattt bagusssss

    09/02

      0
  • avatar
    Writing Projectsriwidy

    keren banget

    08/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata