logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Status Sebagai Pacar

Yuda pulang dengan hati sumringah. Dia dapat jackpot. Kini Rena tidak akan menolaknya. Senyum jahat berkembang di wajahnya yang membuat pelayan di rumahnya bergidik.
Segera dia menelpon papanya untuk memuluskan rencananya. Dan ikan masuk ke dalam kail, kebetulan papanya butuh pekerja dan kualifikasi Ayah Rena pas untuk pekerjaan itu. Setelah mendengar penjelasan papanya, Yuda langsung berganti menelpon Ayah Rena.
“Bu ... Ibu ... Ayah dapat kerja nih,” kata Ayah Rena bersemangat setelah mendapat telepon dari Yuda.
“Alhamdulillah, kerja di mana?” tanya Ibu Rena.
“Di kantor Bu, jadi manager, keren 'kan,” Ayah Rena melirik Rena.
Rena tahu sudah jadi tumbal. Tapi apa boleh buat hidup tak semanis cerita novel. Bahkan cerita novel juga ada yang sad ending.
Seperti yang sudah diduga Rena, Yuda menjemputnya. Rena bersiap dengan jaket dan celana jeans. Seragamnya dimasukkan ke tas jinjing.
“Nggak pake seragam, Ren?” tanya Yuda.
“Nanti di sekolah, susah naik motor pakai rok,” jawab Rena jujur.
“Ya sudah yuk, Om, Tante kami berangkat dulu.” Yuda mencium tangan kedua orang tua Rena dan Rena juga melakukan hal yang sama.
“Berangkat dulu, Assalamualaikum,” pamit Rena.
Yuda menstarter motornya dan mereka berangkat. Dengan sangat terpaksa Rena melingkarkan tangannya di pinggang Yuda karena tidak ada pegangan lain. Yuda mengendarai motor cukup kencang. Tak butuh waktu lama mereka sampai di sekolah.
“Nanti pulang bareng ya,” kata Yuda dengan riang.
“Iya,” jawab singkat Rena.
“Ren, nanti ada jadwal ekskul basket latihan jadi kalau kamu tidak keberatan mampir ya,” kata Yuda dengan senyum yang menawan.
‘Jadi harus nunggu nih, alamak ... nasib-nasib. Ya sudahlah sekalian lihat sehebat apa tuh yang katanya MVP.’
Rena segera menuju kelasnya dan duduk. Segera Lusi temannya mendatanginya dengan senyum ingin mendengar cerita.
“Cerita donk Ren, gimana caranya kamu bisa menarik perhatian cowok paling susah ditaklukkan di sekolah, hebat bener dua hari antar jemput rekor,” kata Lusi memberi acungan jempol.
“Hah?”
Rena pindah ke sekolah ini baru saja, di tengah-tengah semester. Dan Lusi adalah temannya waktu SD dulu sehingga dia cukup akrab. Satu-satunya teman yang masih ingat dengan Rena.
Rena hanya menggelengkan kepala.
‘Kalau kamu tahu Lus, ogah sebenarnya. Mending yang lain, yang ada di perpus.’
Sepulang sekolah dengan sangat terpaksa Rena duduk di antara para suporter Yuda. Dia memilih duduk paling belakang supaya tidak menarik perhatian. Dan Lusi juga ikut-ikutan duduk di samping Rena.
“Ngapain Lus, nggak pulang saja?” tanya Rena.
“Tontonan gratis masa dilewatkan sih, sekalian cuci mata lihat cogan,” jawab Lusi.
Seperti biasa Rena sudah siap dengan buku di tangannya.
“Ren, lihat donk itu cowok kamu, keren tuh,” kata Lusi.
“Males, mending baca,” jawab Rena.
“Eh, lihat-lihat three point.” Lusi berdiri dan bertepuk tangan.
Duh nggak konsen nih baca. Akhirnya Rena melihat Yuda yang berlarian di lapangan mendrible bola dan melakukan shot. Memang keren sih, tidak bisa dipungkiri pemandangan yang bagus.
Suara sorakan dan teriakan khas kaum hawa terdengar. Diiringi sorakan para cheerleader yang kompak. Kegiatan ekstrakurikuler basket dari awal sampai akhir penuh sorakan tanpa henti.
Yuda yang selesai berlatih melihat Rena duduk di bangku penonton merasa senang. Tanpa sadar terlihat senyuman di wajahnya.
“Senyum ke siapa Yu?” Teman satu tim Yuda mencari-cari orang yang dilihat Yuda.
“Mau tahu aja,” sahut Yuda ketus.
Seperti biasa, kaum hawa mengerumuni Yuda menawarkan minum atau sekedar ingin dilihat.
“Hei, hei minggir-minggir,” usir ketua cheerleader. Dan kerumunan itu bubar dengan sendirinya.
“Capek ya, Yu, nih minum.” Dia menyodorkan minum kepada Yuda.
Yuda hanya menunjukkan botol minumnya dan pergi.
‘Sombong amat sih kamu, Yu, gadis cantik gini nggak dilirik. Nyesel nanti.’
Rena dan Lusi segera keluar lapangan, setelah mengucapkan salam perpisahan mereka berpisah. Lusi menuju arah gerbang sekolah sedangkan Rena berjalan ke tempat parkir.
“Lama amat, keburu sore nih,” kata Rena kesal.
“Ya, kan ganti baju dulu, biasa antre,” jawab Yuda. “Keburu sore atau keburu kangen?”
Rena tidak menjawab dan segera mengenakan helm. Yuda pun segera menstarter motornya dan meluncurlah mereka menyusuri jalan pulang.
“Makasih tumpangannya, daa.” Rena langsung turun dan masuk ke dalam rumahnya.
‘Yee, main pergi saja sih, ngobrol dulu kek, ajak masuk. Ah sudahlah. Nanti juga kamu pasti jatuh cinta.’
Malam hari setelah selesai mengerjakan semua PR sekolahnya, Rena merebahkan diri di kasur nyamannya. Ternyata sudah banyak yang berubah, tempat ini tidak seperti dulu lagi. Dipandangnya foto seorang anak berbadan gemuk dan seorang gadis cilik yang diikat dua rambutnya. ‘Kamu di mana mbul, katanya mau jadi pacarku. Apa sudah ganteng sekarang?’ Rena pun terlelap dalam tidurnya menuju alam mimpi, dalam mimpinya dia kembali ke masa lalu saat bersama teman kecilnya. Senyum terlihat di wajah Rena dalam tidurnya.
Hari pun berganti dengan awal yang baru. Hari ini saat istirahat sekolah, Yuda meminta Rena menemaninya ke kantin.
“Nggak makan?” tanya Yuda yang sedang menunggu pesanan baksonya.
“Bawa bekal kok,” jawab Rena tanpa melihat Yuda.
Yuda yang merasa dicuekin memegang wajah Rena supaya melihat dirinya.
“Ren, kalau diajak ngobrol lihat orangnya.”
Rena menepis tangan Yuda. Baru kali ini ada perempuan yang menolaknya mentah-mentah, bahkan dilihat pun tidak.
“Mau kamu apa sih Ren.” Yuda sudah bangkit dari kursi tapi ditarik oleh dua temannya.
“Sabar bro, calm ... calm ya.”
Rena hanya pergi begitu saja tanpa menoleh sedikitpun.
“Sombong bener tuh cewek, lihat saja ya nanti kamu ngemis-ngemis cinta padaku,” umpat Yuda yang kesal dengan tingkah Rena.
Rena yang mendengar perkataan Yuda, tidak menjawabnya. Ah sudahlah, buat apa dipikirkan.
Akhirnya jam pulang sekolah, Yuda sudah menunggu di depan gerbang dengan motornya.
“Ayo naik!”
“Bukanya kamu marah ya,” kata Rena datar-datar saja.
“Setelah dipikir-pikir rugi marah,” kata Yuda.
Rena mengenakan helm dan naik ke motor Yuda. Kali ini mereka tidak langsung pulang. Yuda berhenti di tempat yang Rena tidak pernah kunjungi.
“Tempat apa ini?” tanya Rena.
“Makanya gaul dikit donk, ini tempat ngumpul, tempat nongkrong,” jawab Yuda.
“Aku pulang saja ya,” kata Rena.
Yuda menarik Rena dan membawanya masuk. Sudah seperti di culik saja.
“Ingat ya kamu itu siapa? Mau bapak kamu dipecat?” Akhirnya Yuda menggunakan kartu As-nya untuk memaksa Rena. Rena akhirnya diam dan ikut tanpa melawan.
Di dalam Rena hanya duduk diam, tidak biasa dengan tempat yang ramai dan suara musik yang begitu keras terdengar.
Yuda bahkan bercanda dengan beberapa gadis di sana tanpa mempedulikan Rena. Seakan dia memperlihatkan siapa bos yang sebenarnya. Dia duduk di kursi dikerumuni gadis-gadis cantik yang memanjakannya.
Setelah puas bersenang-senang dengan teman-teman dan gadis-gadis, Yuda menarik Rena untuk pulang. Saat sudah di tempat parkir, Rena melepaskan tangannya dari pegangan Yuda.
“Buat apa sih, Yu kamu minta aku jadi pacarmu, kamu sudah punya banyak pacar 'kan,” kata Rena yang merasa direndahkan.
Rena pun menangis dan membuat Yuda bingung. Baru kali ini Yuda melihat Rena menangis lebih tepatnya dia tidak tahu harus berbuat apa dengan seorang gadis yang menangis di hadapannya.
“Ren, maaf ya, udah donk jangan nangis. Aku ngaku salah. Ren, jangan nangis.” Yuda berusaha menghentikan tangisan Rena namun tidak berhenti juga. Karena bingung harus bagaimana, Yuda memeluk tubuh Rena. Sontak Rena kaget dan berhenti menangis.

Komento sa Aklat (253)

  • avatar
    MohamadImam

    sudah selesai

    23/04

      0
  • avatar
    Sscia Sscia

    sangattt bagusssss

    09/02

      0
  • avatar
    Writing Projectsriwidy

    keren banget

    08/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata