logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bagai Masuk Mulut Buaya

Pagi ini orang itu sudah nangkring di depan rumah Rena.
“Yuk berangkat,” ajak Yuda mengulurkan helm ke arah Rena.
Karena jam pertama olahraga, Rena langsung mengenakan baju olahraga dan celana training.
“Ngapain jemput segala?” kata Rena ketus. Rena tidak percaya pemuda di depannya tidak kapok kena tinju dan dicuekin.
“Biar makin dekat dong, Say,” jawab Yuda.
Say –Singkatan sayang– Ogah banget, pikir Rena.
Rena naik ke atas motor dan mereka segara meluncur ke sekolah. Yuda merasa senang, ketika naik motor tangan Rena pasti mendekapnya dengan erat.
“Ren, nanti pulang kuantar ya, tunggu saja di sini,” kata Yuda sambil memarkir motornya.
“Makasih ya tumpangannya,” ucap Rena segera berlalu.

“Ren ...,” panggil Yuda tapi yang punya nama tidak menoleh.
Yuda duduk di kelas dengan perasaan kesal, baru kali ini dia merasa diperlakukan seperti ini, selalu ditolak.
“Kenapa?” kata seorang gadis yang duduk di depan Yuda.
“Jalan yuk sepulang sekolah, sekedarnya saja lah makan atau nonton,” kata gadis itu.
“Males ah,” sahut Yuda.
Sementara di tempat lain Rena masih sibuk dengan novelnya.
“Rena ...,” teriak heboh Lusi.
“Apaan sih, Lus?” jawab Rena sekenanya.
“Kamu tadi dibonceng Yuda, OMG! Gimana rasanya?” tanya Lusi lebay.
“Rasa apaan? Pegel tahu, orang dia ngebut juga,” jawab Rena.
“Ren, jual mahal banget sih ke Yuda. Apa itu trik biar dia makin sayang sama kamu?” tanya Lusi.
“Lus, dia itu playboy, pacarnya banyak, belum apa-apa juga main cium,” kata Rena keceplosan.
“Jadi kalian sudah sampai ciuman wah cepet juga,” kata Lusi.
Segera Rena menyesali perkataannya. Pasti Lusi sudah berpikir yang tidak-tidak.
“Gimana rasanya dicium pangeran tampan.” Lusi terlihat berkhayal sendiri.
“Hah, bodo ah, nggak ada rasa,” jawab Rena kembali membaca novelnya yang ternyata sudah halaman akhir.
‘Yah habis, ke perpustakaan ah nanti.’
Pulang sekolah, Rena bergegas ke halte namun begitu kakinya melangkah keluar kelas pemuda tampan nan rupawan yang banyak digosipkan malah sudah berdiri manis di depan kelasnya.
“Yuk pulang,” Yuda memberikan senyuman terbaiknya. Biasanya cewek langsung luluh tapi ini beda, datar saja.
“Aku mau ke perpus kota, pulang saja sendiri,” sahut Rena masih saja ketus dengan Yuda. Yuda tentunya ngekor Rena.
“Kuantar ya?” pinta Yuda
‘Diantar, lumayan juga sih hemat ongkos bus.’
“Okey,” Rena berbalik ke arah Yuda dan mereka menuju parkiran.
Tak butuh waktu lama dengan kepiawaian Yuda mengendarai motornya. Rena menggunakan celana trainingnya dan kaos. Dia berganti seragam sebelum menaiki motor Yuda. Alasannya tidak mau roknya tersibak.
‘Mulai hari ini harus bawa baju ganti,’ pikir Rena.
Wahyu memarkir motornya sementara Rena sudah menaiki tangga.
‘Kena karma nih, pas ketemu cewek yang benar-benar nyantol di hati malah dicuekin,’ pikir Yuda.
Yuda teringat bagaimana dia mempermainkan hati mantan pacarnya yang selalu diputusnya dan menangis. Tidak ada yang pernah benar-benar disukainya sehingga baginya jalan dengan cewek sudah seperti ganti baju. Asal oke, cantik dan tidak malu-maluin dia mau saja jadian dengan kaum hawa yang berani mendekatinya. Walaupun seminggu kemudian putus.

Yuda masuk ke dalam gedung perpustakaan kota yang besar, terdapat tiga lantai di gedung itu.
‘Waduh, Rena kemana nih?’
Melihat ada pemuda tampan, gadis yang berjaga di resepsionis tidak mau melewatkan kesempatan.
“Mas, mau kemana?” sapa resepsionis.
“Mau cari temanku, tadi masuk ke sini,” jawab Yuda.
“Teman Rena?” tanya Resepsionis memastikan.
Yuda mengangguk.
“Naik saja Mas, dari tangga ke kiri, biasanya Rena di sana,” kata Resepsionis.
“Makasih ya, Mbak,” ucap Yuda dengan senyuman yang menggoda. Tentunya Mbak resepsionis juga terpana. ‘Duh gantengnya’
Yuda menaiki tangga dan menuju tempat yang dikatakan resepsionis tadi. Pemandangan yang sungguh menyakitkan hati. Rena sedang bercanda dengan seorang laki-laki yang lebih tua, mereka terlihat akrab. Apa itu pacar Rena? Hati Yuda terasa sakit, baru kali ini dia merasakan sakit hati dan terbakar cemburu.
“Oi, jangan dekat-dekat dengan pacarku!” Sifat angkuh seenaknya Yuda keluar.
Dengan gaya catwalk model papan atas, Yuda mendekati mereka berdua, melihat ada pemandangan menarik beberapa pengunjung segera menoleh untuk melihat pertunjukan gratis yang jarang-jarang terjadi.
Tekanan intimidasi Yuda sangat terasa, Rizky yang mendapatkan tatapan tajam predator hanya bisa menelan ludah.
“Ngapain sih, sok kamu,” kata Rena yang tidak terpengaruh.
“Eh, ini pacarmu, Ren? Maaf aku tidak tahu.” Buru-buru Rizki berdiri dan pergi dari tempat Rena.
“Pergi dulu ya masih banyak kerjaan, pilih-pilih saja novelnya,” kata Rizky tersenyum manis yang langsung merinding karena hawa pembunuh yang dikeluarkan Yuda.
‘Serem nih anak,’ batin Rizky cepat-cepat pergi.
“Siapa dia?” tanya Yuda duduk di samping Rena.
“Petugas perpus, kenapa? Cemburu ya?” Rena asal ngomong yang benar-benar menusuk hati.
Yuda memalingkan muka, tak ingin terlihat kalau dia memang cemburu.
“Sudah belum pilih novelnya? pulang yuk!” Yuda tidak sabar berlama-lama di perpustakaan. Banyak yang berbisik-bisik memandangnya.
Setelah selesai memilih, Rena segera ke tempat Rizky yang tentunya di ekor oleh Yuda.
“Kak Riz, ini balikin ya empat buku, pinjam lagi empat,” kata Rena.
“Hanya bisa tiga Ren, bonusnya habis,” kata Rizky.
“Lho kok gitu, aku bayar deh tapi empat ya,” rengek Rena.
“Kena tegur bos Ren, maaf ya tiga dulu mana yang mau ditinggal?” sahut Rizky.
Rena memilih-milih mana yang mau ditinggal dan yang mau dipinjam. Seperti biasa namanya cewek kalau sedang memilih lama.
“Cepetan woi, udah pegel nih kaki.” Yuda sudah tidak sabar, langsung mengambil tiga buku dan satu buku lagi dipisah tanpa membaca judul bukunya.
“Yang ini catat cepet,” perintah Yuda.
“Siap bos,” sahut Rizky. Entah kenapa memanggil bos, rasanya pas gitu.
Rena sudah cemberut melihat tingkah Yuda. ‘Apa-apan nih orang nyebelin.’
“Nih novelmu,” Yuda menyodorkan tiga novel ke arah Rena. Setelah Rena memasukkannya ke dalam tas, mereka keluar dari perpus. Yuda mencuri kesempatan dengan merangkul pundak Rena.
“Apaan nih sumpek, jauh-jauh sana,” kata Rena ketus.
‘Ini cewek nggak mempan pesonaku, apa harus dirayu? Cowok sekeren ini dicuekin,’ batin Yuda
Yuda mengantarkan Rena sampai di rumah.
“Ortu mu ada di rumah nggak?” tanya Yuda.
“Ada, kenapa?” tanya Rena sama ketusnya seperti biasanya.
“Ya, kasih salamlah ke calon mertua,” jawab Yuda kepedean.
‘Idih calon mertua, siapa juga yang mau nikah sama kamu.’
Rena dan Yuda masuk ke dalam rumah. “Assalamu'alaikum, aku pulang …,” ucap Rena memberi salam.
“Waalaikumsalam, udah pulang Ren,” jawab Ayah Rena.
“Eh ada Den Yuda, duduk Den,” sambut Ayah Rena sopan ke Yuda.
“Makasih, Om,” Yuda duduk setelah dipersilakan.
“Buatin es teh sana, Ren, pasti Den Yuda haus,” perintah Ayah Rena.
“Tahu aja, Om ini.” Senyum berkembang di wajah Yuda dan melirik Rena.
Rena tersenyum dengan terpaksa di hadapan ayahnya.
Terdengar ayah Rena berbincang saat Rena membuat es teh di dapur.
‘Siapa sih Yuda kok Ayah nyebut Den. Anak majikan apa? Atau anak bos Ayah. Kok Aku nggak ingat ya.’
“Nih minumnya dijamin seger,” Rena meletakkan dua gelas es teh di meja. Lalu ikut duduk.
Yuda menyeruput es teh bersama Ayah Rena.
“Bener nih seger,” Yuda melirik Rena dan memberikan senyum menggoda. Yang hanya ditanggapi datar saja.
'Ini orang apa robot ya,’ batin Yuda.
Setelah habis es teh segelas. Yuda segera bangkit dari tempat duduknya.
“Yuda permisi dulu, Om, nanti saya sampaikan ke Papa,” pamit Yuda.
Dan Yuda pun pergi dengan motornya.
“Ren, bicara sebentar,” kata Ayah Rena.
“Iya, Yah,” jawab Rena.
“Ren, bantu ayah ya, kamu tahu sendiri ayah habis di PHK dan belum dapat kerja, jadi kamu pacaran saja dengan Den Yuda supaya ayah dapat promosi kerja di tempat orang tuanya Den Yuda. Dia suka sama kamu, mau ya. Pacaran saja kok, nggak nikah,” kata Ayah Rena yang membuatnya syok.
‘Itu orang menghalalkan segala cara ya jangan-jangan cinta ditolak dukun bertindak. Hiii serem,’ batin Rena
“Kalau pacaran saja oke lah, tapi nggak ada lain-lain hanya status saja,” jawab Rena.
“Ya terserah kamu, mau lanjut juga ayah nggak masalah. Besanan sama orang kaya,” kata Ayah Rena nyengir memikirkan punya besan kaya.
“Nggak ah, dia itu playboy lho, Yah, pacarnya segudang,” jawab Rena.
“Nggak papa, yang penting dia sukanya sama kamu, toh nggak rugi, bantu ayah ya,” kali ini ayah Rena mengelus kepala Rena.
“Ya,” jawab Rena tidak bisa menolak.

Komento sa Aklat (253)

  • avatar
    MohamadImam

    sudah selesai

    23/04

      0
  • avatar
    Sscia Sscia

    sangattt bagusssss

    09/02

      0
  • avatar
    Writing Projectsriwidy

    keren banget

    08/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata