logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Part 05

“Apakah ada yang sakit?” tanya pak Edhy.
“Tidak pak," jawabku dan tidak berani memandangnya.
“Sekali lagi terima kasih banyak, Pak.”
“Sama-sama,” jawab pak Edhy.
“Assalamualaikum,” ucapkku permisi pamit. Aku dan Harry mengayunkan langkah meninggalkan Pak Edhy menuju gubuk kecil di tepi desa ini.
*****
Suara jangkrik merdu menghibur luka lara di hati. Rembulan menyinari bumi nan gelap. Aroma amis masih terasa dari bawah gubuk deritaku, tempat untuk berlabuh sampai akhir hayatku. Gubuk ini adalah bekas kandang itik dua bulan lalu sebagai mata pencaharianku untuk bisa bertahan hidup sampai detik ini. Namun, karena ulah nakal suamiku yang tega menjual semua itik peliharaanku tanpa minta izin. Akhirnya mata pencaharianku hilang begitu saja laksana ditelan bumi.
Sebenarnya ada rasa takut menghantui pikiranku tinggal di mari, karena gubuk ini berada di tepi desa dan sangat jauh dari rumah warga sini. Apalah daya, rumah istanaku, malah direbut suami tak berhati demi kepuasan hidupnya.
“Ma, lapar."
Hatiku laksana tertusuk anak panah yang tertancap di ulu hati, mendengar perkataan buah hatiku mengeluh lapar.
“Minum air putih dulu iya, Nak,” ucapku lirih. Harry tidak menolak, karena sudah tahu dan sering dengan keadaan seperti ini.
“Alhamdulilah, sudah, Bu.” Senyum tipis terukir di raut wajahnya. Meskipun samar-samar, karena hanya bercahaya lampu teplok. Lampu teplok ini adalah peninggalan alm. Ayahku ketika bermalam di sawah menjaga hewan liar menjelang panen kalau lagi musim tanaman palawija. Seketika aku teringat sosok alm. Ayah yang selalu membelaku jikalau ada orang yang mencelakaiku.
*****
“Ma … Mama …!"
Panggilan Harry anak semata wayang membuyarkan lamunanku. Kupandangi wajah mugil, kedua kelopak netranya memberi isyarat kalau air yang dia minum belum bisa untuk menenangkan cacing yang ada dalam perut. Bergegas kumenghampiri dia, kemudian meletakkan punggung tanganku dikeningnya.
“Astagfirullohalazim, Harry. Badan kamu panas sekali,” ucapkku mulai panik. Harry terus menerus berkata kalau dia lapar. Kami belum sempat makan siang, apalagi makan malam.
“Mama ... ayah, Harry sangat lapar.”
Pikirku pun mulai nanar, Harry terus menerus mengeluh lapar. Kemana aku harus mengadu. 
“Harry, bangun, Nak!” Aku menggoyangkan badannya dengan pelan. Sehingga Harry bangun membuka matanya. Napasnya mulai tak beraturan, cucuran keringat terus menganak sungai. Kupegangi tangannya terasa amat dingin, semakin membuatku panik tak karuan. 
Aku bangkit dari tempat duduk, Kuambil cangkir plastik lalu menuang air hangat dari termos butut yang baru saja aku isi. Tak membuang waktu, kuulurkan gelas plastik tersebut mendekati bibirnya, Harry.
“Harry, minum air hangat dulu,” perintahku. Dia minum air hangat hanya beberapa teguk, setelah usai minum, kuletakkan gelas plastik di pinggir paling pojok.
“Ayah, Mama …,” ujar Harry dengan menarik tanganku yang sudah mulai kasar. 
“Kenapa dengan Ayah, Harry?” tanyaku dengan nada pelan.
“Aku kangen Ayah, Ma!” ucapnya lirih.
“Besok kita ketemu Ayah, ya,” jawabku dengan penuh meyakinkannya.
“Iya, Ma.” 
“Sekarang waktunya kira tidur, ok!”
“Apakah perlengkapan sekolahku sudah dibawa kemari, Ma?” tanya Harry tiba-tiba. Kondisi kurang sehat, dia masih memikirkan sekolahnya.
“Besok sekalian ketemu Ayah, kita singgah untuk menjemput perlengkapan sekolahmu ya. Nggak usah berpikir yang lain dulu. saatnya kita istirahat tidur, Ok!" jelas ku sembari merebahkan tubuhku di sampingnya.
Harry tersenyum tipis sembari mengangguk. “Iya, Ma.”
Aku dan buah hatiku berlayar ke pulau seribu, untuk istirahat dari segala kepenatan yang sudah dilalui hari ini.
*****
Aku tersentak bangun dari tidur pendekku, tetesan air hujan semakin kencang menyentuh wajahku. "Ya tuhan, atap gubuk ini sudah bocor. Mungkin karena atapnya terbuat dari biru dan sudah lama sehingga bocor," gumamku. 
Aku bangun dan berusaha untuk memutar badan agar tidak terkena tetesan air hujan. Namun, hujannya semakin deras, seperti tidak ada ampunnya.
“Harry, bangun Nak!” titahku. Tak ada sama sekali suara.
“Harry, bangun Nak!” aku mencoba membangunkannya kembali. Namun, tidak membuahkan hasil.
“Harry ….!”
  “Harry, bangun Nak!” titahku. Tak ada sama sekali suara.
“Harry, bangun Nak!” aku mencoba membangunkannya kembali. Namun, tidak membuahkan hasil.
“Harry ….!” Kumenjerit tak karuan karena sudah panik. Berulang kali aku memanggil nama buah hatiku, tidak membuahkan hasil. Rasatakut mulai menghantui pikiranku. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada harta semata wayangku.
“Tidak …!” teriakku, kupikir dengan teriak kencang membuat hati ini tenang, ternyata tidak berguna sama sekali untuk menyelamatkan Harry. Kupastikan Harry bebas dari tetesan air hujan, karena atap gubukku bocor. Setelah semua aman terkendali, aku meninggalkan anakku sendirian untuk sementara waktu. Aku mulai berpikir mencoba menenangkan diri mencari ide buat dijadikan payung.
“Apa, ya,” pikirku dengan tenang. Seketika muncul ide yang terlintas di benakku.
“Ember atau plastik yang bisa dijadikan payung. Kalau daun pisang tidak mungkin.”
Aku mencari kedua benda itu. Hanya ember hitam besar bekas keong mas yang ada. Ember ini dapat kugunakan pengganti payung. Aku pergi berlari menuju rumah Bang Leo, meskipun itu rumahku dulu. Hanya Bang Leo satu-satunya jalan terakhir sebagai tempat untuk mengadu dan minta tolong. Walau bagaimanapun, Bang Leo harus bertanggungjawab pada Harry.
"Ya Allah …."

Komento sa Aklat (89)

  • avatar
    adnanewan

    best cerita ni..cerita lebih menarik

    23/08/2022

      1
  • avatar
    Alfryan Rifai

    sungguh mengharukan dan memberi motivasi untuk memuliakan kedua orang tua bahwa orang yang melawan orang tua akan durhaka karna orang tua lah yang melahirkan kita dan membesarkan kita bahkan sampai kita dewasa pun mereka selalu mendukung dan mendampingi kita sehingga kita bahagia sungguh luarbiasa pengorbanan orang tua tapi kita kadang sebagai anak tidak pernah untuk mengikuti perkataan orang tua karna orang tua itu menginginkan kebaikan untuk kita namun apa dayanya bila kita ingin dengan carase

    12/08/2022

      0
  • avatar
    Syechli AkbarFarrel

    bagus👍😎😜

    15/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata