logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Safa Menghilang

"Harus cari kemana nih Safa, lagi pula ada-ada aja kelakuannya dia benar-benar tidak bertambah dewasa sedikitpun, sifatnya tidak berubah saat masih anak-anak."batin Chandra mencari Safa sendirian dikarenakan yang lain masih sibuk.
Safa melangkah mendekat ke hutan, dan ada papan peringatan bahwa tidak boleh dimasuki.
"Apa-apaan ini, hutannya cantik seperti ini kenapa harus dilarang masuk. Pasti orang-orang desa ini tidak ingin hutan indah ini dinikmakti, apa aku coba masuk aja?" pikirnya.
Dia terlihat ragu untuk masuk, dan akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk masuk dan berbalik ingin pulang, namun dia tiba-tiba bingung harus memilih jalan yang mana karena ada dua jalur jalan, dan dia tidak mengingat jalur mana yang dia lewati tadi. Dan dia memilih jalur sebelah kanan, mengikuti instingnya. Sudah berjalan cukup lama namun anehnya Safa tetap kembali ke titik awal.
"Aku benar-benar merasa capek sekali, tapi kenapa tidak menemukan jalan keluar." keluh Safa dan duduk kelelahan.
Chandra juga tetap masih mencari Safa berkeliling desa sampai sore, dan akhirnya dia ke posko tentara untuk menanyakan apakah Safa ada melewati jalan di depan posko.
"Assalamualikum maaf mau tanya apa ada perempuan dengan ciri-ciri putih, tidak terlalu tinggi, berhijab lewat disini?" tanya Chandra kepada salah satu tentara yang juga didengar oleh Kharel.
"Waalaikumssalam maaf tapi tadi kami juga sedang bersih-bersih sepertinya tidak melihat ada perempuan yang lewat, ada apa memangnya?"
"Teman saya, sejak tadi pagi tidak pulang ke rumahnya. Takutnya terjadi apa-apa dengannya." ucap Chandra.
"Bisa kami bantu, untuk pencariannya." ucap Kharel ikut bicara.
"Iya kami bisa membantu untuk pencariannya."
"Terimakasih banyak, ciri-cirinya seperti yang saya sebutkan tadi," ucap Chandra.
"Usia, dan namanya?" tanya Kharel.
"22 tahun, namanya Safa." jawab Chandra yang tentu saja membuat Kharel terkejut.
"Safa?" tanya Kharel memastikan.
"Iya Safa," jawab Chandra.
"Ayo Daffa kita bantu pencariannya," ucap Kharel.
"Siap kapten," jawab Daffa.
Chandra, Daffa, dan Kharel mulai pencarian.
"Apa ada sebab dia menghilang atau kabur dari rumah?" tanya Kharel kepada Chandra.
"Saya kurang tau juga, tapi kakeknya menjelaskan karena kegiatan gotong royong tadi dia mungkin menghindar dan diam-diam keluar dari rumah, oh iya sebelumnya saya jelaskan dulu ya. Safa ini cucu dari pemilik pesantren Al Hisyam, karena itu juga mungkin penjaga di pesantren tidak terlalu berani melarangnya untuk keluar," jelas Chandra membuat Kharel tak menyangka, ternyata Safa adalah cucu dari pemilik pesantren.
"Supaya cepat, kita cari berpencar saja?" usul Kharel.
"Boleh, kalau misalnya diantara kita menemukannya langsung bawa ke pesantren Al Hisyam." ucap Chandra.
"Baik,"
"Diluar dugaan, ternyata Safa cucu dari pemilik pesantren. Coba saja tadi aku menghampirinya mungkin sekarang dia tidak hilang seperti ini, desa ini kan terkenal rawan keluar binatang buas. Safa pasti tidak tau kan betapa bahayanya desa ini, YaAllah lindungilah Safa dan lembutkan hatinya untuk pulang, " batin Kharel.
Sementara itu di rumah, Hisyam juga sangat khawatir dan menelepon Hani bunda Safa.
"Assalamualaikum ayah," jawab Hani.
"Waalaikumssalam, apa kamu menyuruh cucuku untuk pulang?" tanya Hisyam.
"Ngga ayah, Hani bahkan belum menghubungi Safa sama sekali, ada apa?" tanya Hani terdengar khawatir.
"Kamu didik anakmu bagaimana sampai dia menjadi gadis yang pemalas, bebas, tidak ada sopan santun, keras kepala seperti itu." ucap Hisyam memarahi Hani.
"Maaf ayah," jawab Hani lalu Hisyam langsung mematikan telepon.
"Astaghfirullahaldzim kenapa aku gagal mendidik anak dan cucu perempuanku kenapa tidak ada yang bersifat penurut dan taat kepada Allah," batin Hisyam.
Safa, ternyata tertidur di dekat pohon yang sangat besar karena dia kelelahan. Saat bangun dia melihat hari sudah mulai gelap, yang artinya sebentar lagi malam. Dia berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya lagi untuk menemukan jalan keluar, dia sama sekali tidak berteriak untuk meminta tolong, karena sifat sombongnya yang merasa tidak perlu bantuan siapapun, padahal kalau dia berteriak ada kemungkinan orang yang mencarinya mendengar suaranya.
"Sialan! kenapa aku bisa tersesat seperti ini," ucap Safa.
Saat berjalan, Safa melihat disemak-semak seperti bergerak-gerak padahal tidak ada angin, dan terdengar suara berisik. Karena sifat penasarannya yang tinggi dan tidak kenal takut, dia berjalan mendekati semak-semak tersebut dan ternyata di dalam semak-semak tersebut ada babi hutan yang sangar besar sedang memakan ular, Safa sangat terkejut dan membulatkan matanya. Babi hutan dan Safa saling tatap karena sepertinya babi hutan itu juga terkejut melihat Safa.
"Tenang tenang tetap tenang jangan gegabah," batin Safa menenagkan dirinya agar tidak bergerak spontan dan membuat babi hutan ini agresif. Dia perlahan melangkahkan kakinya mundur. Dan babi hutan itu menyadarinya dan ikut melangkah mendekat kepada Safa secara perlahan juga mengikuti ritme Safa.
"Astagfirullahaladzim dia ngapain ngikutin aku sih," batin Safa menjerit melihat kelakuan babi ini yang menirunya.
ngok ngok
Babi itu tiba-tiba bersuara.
"Apa sih dia ngomong ya sama aku," batin Safa.
"Kita sahabatkan? biarkan aku pergi ya," ucap Safa.
Namun babi itu semakin mendekat.
Safa langsung spontan berlari dengan sangat kencang untuk menghindari babi hutan ini yang tadi hampir mendekatinya.
"Dasarrr babiiiii," teriak Safa sangat kencang dan kebetulan terdengar oleh Kharel.
"Itu suara Safa," ucapnya langsung mengejar ke sumber suara.
"Kenapa dia tetap mengejarku sih, aku sudah mulai capek." batin Safa.
Akhirnya Safa memanjat sebuah pohon.
"Ngga sia-sia aku ahli memanjat," ucapnya.
Babi itu tetap menanduk pohon yang Safa naiki.
"Heh pergi sana husshh ngapain sih, dagingku pahit loh gak enak dimakan," ucap Safa mengusir babi itu tapi tentu saja tidak berhasil.
Kharel akhirnya melihat babi yang menanduk pohon, dan saat melihat ke atas ada Safa disana.
"Ya ampun Safa," batinnya.
"Kalau aku tembak ke arah babi itu, Safa pasti curiga kenapa aku memiliki senjata." pikir Kharel.
DOR
Kharel menembak ke arah yang berbeda untuk pengalihan perhatian babi itu, dan ternyata cara itu berhasil membuat fokus babi itu mengejar ke sumber suara.
"Huftt alhamdulillah," ucap Safa.
Kharel juga tersenyum lega, akhirnya menemukan Safa dan bisa menyelamatkannya. Dia menunggu beberapa saat setelah itu baru menghampiri Safa.
"Kharel," ucap Safa saat melihat Kharel.
"Ya ampun Safa, kamu ngapain disana?" tanya Kharel.
"Anu itu hmm, gapapa." ucap Safa tidak ingin menjelaskan situasi konyolnya tadi.
"Kamu bisa turun?" tanya Kharel.
"Bisa," ucap Safa langsung melompat dari pohon yang lumayan tinggi.
Bruk.
Membuat Kharel terkejut karena Safa langsung melompat, padahal pohon tersebut lumayan tinggi.
"Heii kamu kok langsung lompat, kakimu gapapa?" tanya Kharel.
"Sepertinya sedikit terluka, tapi gapapa. Oh iya Kharel boleh antarkan aku pulang? aku tadi sedikit tersesat," ucap Safa.
"Kakekmu sangat mengkhawatirkanmu," ucap Kharel.
"Kakek? kok kamu tau?" tanya Safa.
"Temenmu, tadi melaporkan kepada kami kalau kamu hilang," ucap Kharel tak sengaja secara halus hampir saja membongkar identitasnya.
"Kami?" tanya Safa heran.

Komento sa Aklat (228)

  • avatar
    GadgetRumah

    cerita buku ini sangat Bagus 🤩🤩tapi sayangnya ceritanya Udah selesai padahal belum sampai ke janjan pernikahan huhuhu... plis lanjutin ceritanya 🥲

    12d

      1
  • avatar
    Aldo Jok

    lanjutin kaaaaaa

    22d

      0
  • avatar
    Gynaacute

    lanjut kak😫 endingnya nikah kan?

    28d

      1
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata