logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Katakan Cinta

Bukankah itu juga janji yang dia berikan pada Cahaya dulu? Saat gadis tak menemukan jalan kembali, dan mereka bertemu lagi dengan dia yang masih sendiri, berarti mereka... jodoh.
Hati Raja mulai ditumbuhi kuncup bunga, harapan, dan cita-citanya seakan terlihat nyata. Dia akan menikahi Cahaya. Harus.
Raja mendekat, menarik lembut tangan Cahaya yang menutupi wajahnya. "Aku sayang kamu, Ya. Rasa itu masih sama dengan yang dulu. Tak berubah sedikitpun. Bahkan kini setelah tau kamu masih sendiri, rasa itu semakin besar. Semakin dalam. Bukankah ini satu pertanda kalau kita memang tercipta untuk satu sama lain? Bukankah aku pernah berjanji, kalau aku akan membawamu pulang, Ya? Kau tidak melupakan itu kan?"
Raja menatap wajah Cahaya yang basah oleh air mata, mengusap pelan pipinya yang masih diluncuri air bening.
"Aku hanya merasa tidak pantas untukmu, A. Kamu layak bahagia, dengan orang yang tulus mencintaimu. Bukan aku yang selalu menyakiti dan memberi harapan yang tak pasti," elak Cahaya masih dengan pemikirannya, kalau dia bukan yang terbaik untuk Raja.
Raja menatap Cahaya dengan tatapan kecewa, entah bagaimana menyakinkan gadis di depannya kalau bahagianya adalah dia.
"Aku ingin bahagia denganmu, Ya. Bersamamu. Bisakah kita mewujudkannya sekarang? Bisakah aku menjadi satu-satunya di hatimu sekarang?"
Cahaya mengalihkan pandangan ke luar jendela, menimbang langkah apa yang harus diambil sekarang ini, Raja kembali mengharapkannya. Inikah saatnya dia menerima cinta Raja?
Membalas semua rasa sakit yang pernah diberikan, dengan harapan indah pada lelaki itu?
"Kenapa, A?"
"Apa?"
"Kenapa kamu begitu mencintaiku?" kekehan Raja terdengar, membuat Cahaya kembali melihat ke arahnya.
"Tanyakan itu pada Sang Pemilik Hati, Ya. Jangan padaku. Karena aku pun tak tau kenapa bisa mencintaimu seperti ini?"
Sesaat keduanya terdiam. Hanya deru suara motor dan kendaraan yang lewat terdengar. Sampai akhirnya kembali Raja bersuara.
"Kembali padaku, Ya! Akan aku kenalkan kamu pada keluarga besarku secepatnya, akan ku tunjukkan pada mereka. Inilah seseorang yang membuat aku menunggu. Inilah seseorang yang membuat aku menolak wanita lain. Inilah seseorang yang sangat aku cinta. Kamu Cahaya-ku!" Raja mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Cahaya, netranya memancarkan pengharapan yang sangat besar. Kekasihnya, kembali ke pelukan.
"A... !" Cahaya tak dapat berkata-kata, tenggorokan ya tercekat oleh haru yang menyeruak. Merasa bangga karena dicintai Sebegitu dalam oleh Raja. Lelaki tampan dengan sejuta pesona, tapi dengan tanpa syarat bertekuk lutut mencintainya begitu dalam.
"Katakan IYA, Ya! Buat harapanku menjadi nyata."
Kaca-kaca yang melapisi mata Cahaya luruh bersama kepalanya yang bergerak kebawah, menjawab harapan Raja yang haus akan balasan cintanya.
Cahaya yakin, dia memang untuk Raja.
Hati Raja yang tadi berdebar resah menunggu jawaban Cahaya, membuncah bahagia. Gerakan pelan tapi pasti kepala gadis yang kini ada di depannya, memberikan angin segar pada harapan cintanya.
Akhirnya, setelah tiga tahun lamanya, setelah kebohongan yang dibuat gadis itu yang membuatnya kehilangan harapan, bahagia itu berbaik hati mendekap.
"Katakan, Sayang?! Katakan dengan lantang kalau kamu mau menjadi milikku? Satu-satunya milikku?" suara Raja bergetar penuh haru, menunggu suara itu mengatakan kalau dia mau.
"Iya, A... aku mau!"
Lepas sudah semua ketakutan Raja, hatinya bersorak riuh. Cintanya telah kembali. Cahaya-nya kembali!
Raja memeluk Cahaya erat, mendekap tubuh itu dengan bahagia yang tak dapat dia ucap. Senyuman lebar menghiasi wajah tampannya.
"Terima kasih, Sayang. Terima kasih! Segera, segera aku akan meminta keluargaku melamarmu, meresmikan hubungan kita. Kamu mau kan?" ujar Raja seraya melabuhkan kecupan-kecupan kecil di puncak kepala Cahaya, mencurahkan rasa yang semenjak dulu tak berkurang kadarnya, walau si Jelita pernah menorehkan luka.
Cahaya menegang dalam pelukan Raja mendengar perkataannya, mendorong pelan dada Raja mengurai pelukan.
"Kenapa secepat itu, A?"
"Kenapa? Buat mimpiku jadi nyata, Ya!" Raja kembali menghiba, mengharap Cahaya mau menerima.
"Aku... perlu waktu, A."

Raja mendesah kecewa, setelah tadi dia sangat bahagia, kembali Cahaya mengulur kesenangan jiwanya.
Raja mengangguk, mencoba mengerti apa yang menjadi pertimbangan Cahaya. Tampak kecewa. Tapi dia tidak bisa memaksa. Cahaya benar, mereka butuh waktu memahami rasa, benarkah itu cinta? Bukan sekedar obsesi untuk memiliki semata.
"Baiklah. Aku coba memahami kamu, Sayang. Selama apa kamu meminta waktu, aku akan memberikannya," Raja membelai rambut Cahaya menatap dalam mata yang sudah menjeratnya begitu kuat, "Sekarang katakan padaku, rumah kamu dimana?"
"Aku ngekost, A."
"Kost? Baiklah, aku antar. Atau kamu mau pergi ke luar dulu? Makan atau yang lainnya?"
"Tidak, A. Aku capek pengen pulang." Raja mengangguk, menghidupkan kembali mesin mobilnya, lalu mulai menjalankannya pelan. "Tunjukkan jalannya padaku."
Senyum terus menghiasi bibir Raja, bahkan dia seolah tak peduli pada Cahaya yang diam-diam memperhatikannya. Hatinya kini tengah berbahagia, cintanya telah kembali.
Dia semakin tampan! Cahaya menggelengkan kepala, dengan wajah merona malu sendiri.
"Kenapa? Aku cakep kan?" kata Raja yang membuat Cahaya langsung mencebik, mengingkari kebenaran yang dikatakan oleh kekasihnya itu.
'Kekasih?'
Debaran jantungnya mengencang, tak menyangka status itu kembali disandangnya, kekasih dari Rajendra Subrata. Kekasih yang pernah dia beri perih luka, namun tetap setia menjaga rasa. Beruntung sekali bukan?
"Ish, sejak kapan Aa jadi kepedean gitu?"
"Dari dulu. Kamu aja yang nggak tau, soalnya dari kenal yang kamu perhatikan cuma Kim doang, aku dianggurin terus!" Raja terkekeh mengingat masa lalu, tak sadar kalau perkataannya mengungkit luka lama, yang ingin Cahaya balut bahagia.
"Kenapa sih harus bawa nama Kim?" Raja tersentak kaget, baru menyadari kalau perkataan membuat kekasih hati tersinggung.
"Aku sudah melupakan sosok itu. Seseorang yang tanpa kata meninggalkan aku, melupakan aku. Dan, Aa... dengan mudah menyebut namanya."
"Maaf, Ya! Maaf!" Raja kembali menepikan mobilnya, dan meraih jemari Cahaya, lalu menarik ke dalam pelukannya.
"Maaf, Sayang. Entah kenapa aku harus menyebut dia. Aku terlalu cemburu dengan dia, sangat cemburu! Hanya saja, dulu aku tidak bisa menunjukkan rasa itu. Maaf!"
Cahaya terdiam dalam pelukan Raja. Pelukan itu masih sama seperti dulu, pelukan yang dia rasakan, saat melepaskan Raja di Gimpo international airport tiga tahun lalu. Nyaman.
Apa ini berarti dia tak perlu waktu untuk menjawab iya pada Raja? Tentang permintaannya untuk mempertemukannya dengan keluarganya?
'Tapi tidak! Aku harus menguji lagi perasaanku, terutama perasaan Raja. Aku takut, dia hanya terobsesi saja, apalagi dia tau aku masih sendiri. Ya, aku harus menguji perasaan Raja.'
Cahaya mendorong dada Raja pelan, melepas pelukannya.
"Maaf!"
"Iya!"
"Aku menyesal, Sayang." Raja menatap penuh rasa bersalah.
"Iya, A. Janji Aa takkan pernah menyebut nama itu lagi. Aku tidak suka. Aku sudah melupakannya, A."
"Baik, aku janji." Cahaya mengangguk.
"Senyumlah!"
"Nggak!"
"Ayolah... nanti cantiknya hilang!"
"Biarin!" Raja tersenyum, meraih jemari Cahaya, dan membawanya ke bibir mengecup, dengan mata yang terus menatap Cahaya dalam.
Cahaya merasakan panas di wajahnya, diperlakukan semanis itu, gadis mana yang tidak akan luluh?
Kehangatan menjalari hatinya yang sekian lama beku, perlahan mencair, dan menghangat. Dia yakin, Raja memang tempatnya kembali.
"I love you, Cahaya!" kata Raja, perlahan bibir Cahaya tertarik membentuk senyuman yang diminta Raja, cantik.
"Cantik! Seperti biasanya. Seperti Cahaya-ku!" Cahaya menarik tangannya, entah sudah semerah apa wajahnya sekarang ini, perlakuan Raja membuatnya enggan menapak lagi ke bumi, ingin tetap mengudara dalam kepakan sayap cinta.
"Sudah mau magrib, A." ingat Cahaya pada Raja yang malah asyik menatapnya, mengalihkan rasa gugup, dan juga bahagia yang semakin membuncah.
Dengan malas Raja memutus tatapan, menarik napas dan menghembuskannya pelan. Dia masih belum puas bersama, namun waktu sudah enggan berpihak.
"Aku masih kangen, Sayang." Raja merajuk manja, bersandar lemas seakan hilang tenaga.
Cahaya terkekeh, tak menyangka Raja akan merajuk seperti itu.
"Kita bisa ketemu tiap hari, di tempat kerja."
"Ya, benar. Tapi pastinya tidak akan bisa leluasa, Sayang."
"Setidaknya rindu itu teredam."
Raja mengangguk. "Aku tak sabar untuk mengikatmu dalam ikatan halal, Sayang! Menikah denganku, ya?" kembali Raja mencoba keberuntungannya, berharap kepala Cahaya bergerak ke bawah, setuju dengan permintaannya.
"Sebentar lagi!" sorot tak percaya terlihat di mata Raja,
"Kamu yakin?"
"Iya!"
"Alhamdulillah!" Raja mengusap wajahnya, setelah ucapan syukur dilontarkan.
"Sekarang, antar aku pulang!" titah Cahaya tegas, saat matahari semakin condong ke ufuk barat, bersiap bertukar peran dengan malam yang segera menjalankan tugasnya.
"Baik, Tuan Putri!" seloroh Raja menghidupkan mesin mobil kembali, Cahaya mencebik menanggapinya.
Dan perhatian mereka teralihkan saat suara lagu mengalun, yang Cahaya yakin adalah dering ponsel Raja.
🎶Aku merindu, kuyakin kau tau... Tanpa batas waktu... Kuterpaku 🎶
Raja mencari ponselnya yang terus mendendangkan lagu yang menjadi favoritnya sekarang, lagu yang mencerminkan dirinya.
Setelah melihat siapa yang menghubungi, Raja langsung menjawabnya setelah melihat sekilas pada Cahaya, seakan meminta izin untuk menerima panggilan.
[Ya, Khadi?] tanpa bermaksud menguping, Cahaya menajamkan pendengarannya mencoba mencuri dengar, ingin tau siapa yang menghubungi Raja, apalagi nama yang disebut Raja sangat asing di telinga.
'Khadi? Siapa dia? Laki-laki kah? Atau... Perempuan?'
Cahaya terlalu larut dalam sangkaan tentang sosok yang menjadi lawan bicara Raja, hingga tersadar saat Raja mengakhiri telepon.
[Iya, nanti malam ya? I Love you, too!] dan sebuah kecupan kecil Raja berikan, sebelum panggilan itu benar-benar terputus.
Ada curiga dalam benak Cahaya, namun melihat sikap Raja yang seolah tidak menyembunyikan apapun, membuatnya mencoba percaya pada apa yang coba dia percaya.
"Kemana kita?" tanya Raja tanpa ingin membahas siapa yang menghubunginya, apalagi sekarang ini dia mulai melewati jalan yang sudah cukup jauh, Raja takut tempat kos Cahaya terlewat.
Melihat Raja yang terlihat enggan mengatakan siapa yang menghubunginya, Cahaya memilih diam, dan melihat ke depan untuk menunjukkan arah.
"Masih agak jauh, A!"
Raja mengangguk, bibirnya bersenandung menyanyikan lagu yang tadi dipakai sebagai dering ponselnya.
🎶 Aku masih ada di sini,
Masih dengan perasaanku yang dahulu,
Tak berubah dan tak pernah berbeda,
Aku masih yakin nanti milikmu, 🎶
Cahaya mendengarkan suara Raja yang terdengar syahdu saat menyanyikan lagu itu. Apalagi Raja menyanyikannya dengan penuh penghayatan.
🎶 Aku masih di tempat ini,
Masih dengan setia menunggu kabarmu,
Masih ingin mendengar suaramu,
Cinta membuatku kuat begini, 🎶
Raja menoleh pada Cahaya, matanya menyorot penuh cinta sebelum melanjutkan nyanyiannya.
🎶 Aku merindu,
Kuyakin kau tahu,
Tanpa batas waktu,
Kuterpaku, 🎶
Cahaya merasakan hatinya berbunga Raja, dan semua sikap romantisnya.
🎶 Aku meminta,
Walau tanpa kata,
Cinta berupaya,
Engkau jauh di mata tapi dekat di doa,
Aku merindukanmu,🎶
Cahaya menundukkan kepala, mengingat semua yang sudah terlewati dalam hidupnya, pertemuan dengan Raja tiga tahun lalu di Korea.
🎶 Aku masih di dunia ini,
Melihatmu dari jauh bersama dia,
Walau pasti ku terbakar cemburu,
Tapi janganlah kau ke mana-mana,🎶
Suara Raja sedikit tercekat, jelas terbayang di matanya saat perasaan tersembunyi antara Kim dan Cahaya terbongkar. Bagaimana Kim yang begitu panik saat Cahaya mengigau dalam sakit, dan dengan jelas keduanya mengatakan cinta di depan mata.
🎶 Aku merindu,
Kuyakin kau tahu,
Tanpa batas waktu,
Kuterpaku, 🎶
Cahaya mulai mengikuti syair lagu yang didendangkan kekasihnya.
🎶 Aku meminta,
Walau tanpa kata,
Cinta berupaya,
Engkau jauh di mata,
Tapi dekat di do'a,
Aku merindukanmu, 🎶
Keduanya saling melempar senyum dan tatapan penuh cinta saat lagu berakhir,
"I love you, Cahaya!"
"I love you, too!" dan Raja merasakan semua kebahagiaan di dunia, hanya menjadi miliknya seorang saat ini, kata cinta Cahaya bagaikan siraman hujan di tengah kemarau panjang hatinya.

Komento sa Aklat (153)

  • avatar
    atiqah iqa

    besttt

    6d

      0
  • avatar
    Lina devanaReva

    support qu sht dn sukses selalu berkarya nya kk!!!

    8d

      0
  • avatar
    SubaktiAgus

    bagus banget

    19d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata