logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

LUSCIOUS FLAME, API ITU MELELEHKAN SI COWOK DINGIN

LUSCIOUS FLAME, API ITU MELELEHKAN SI COWOK DINGIN

KARAMI


01 - Anthony, August 03

Anthony, August 3
Sorak-sorai pendukung yang bergemuruh di dalam stadion tak pernah berhasil menembus kehampaan dalam benakku. Atau mungkin, keriuhan itu terasa begitu pelan di dalam kepalaku yang selalu berderak seperti hard-disk sebuah server? Aku tak bisa menentukan mana yang benar. Setelah libur musim panas yang terasa bagai bencana, aku harus kembali pada aktivitas sebagai seorang siswa yang selalu kujalani dengan begitu datar. Akankah tahun ini tetap sama seperti yang sudah-sudah? Kuharap ada sebuah perubahan yang bisa membuat hidupku lebih berwarna.
Kedua orang tuaku masih terus berfokus menambah harta mereka. Sejujurnya hal itu terasa biasa saja saat ini. Aku sudah terbiasa tumbuh tanpa kehadiran mereka. Ketika mereka sedang di sini, Ayah dan Ibu hanya menuntutku agar bisa sesempurna mereka saat belajar mengendalikan perusahaan keluarga.
Seperti yang terjadi saat musim panas lalu. Ketika siswa yang lainnya sibuk berlibur, aku sibuk menerima makian karena belum bisa berkontribusi di perusahaan orang tuaku. Apa mereka lupa bahwa aku masih berada di tahun senior?
Aku menghampiri Alex yang sedang berdiri di pintu tunnel. Terowongan yang menghubungkan ruang ganti dan lapangan itu seakan berpendar di ujungnya. Senyum Alex terlihat nakal ketika dia melihat aksi para cheerleaders berpakaian minim itu.
"Menjadi siswa Clementine Private School dan tergabung dalam tim basket membuatku bisa selalu menyaksikan hal indah seperti ini," kata Alex. Matanya berbinar dan kepalanya mengangguk-angguk seirama dengan entakan musik pengiring para pemandu sorak. "Bukan begitu, Ant?"
"Kau sudah melakukan ini selama tiga tahun." Aku tak ingin menanggapi pertanyaan Alex. Kami memulai debut kami di tim basket sejak di tahun freshman. Alex pun hampir selalu mengintip atraksi cheerleaders sejak saat itu. Terlebih jika kami sedang melakukan pertandingan tandang. Gadis-gadis dari sekolah lain selalu menjadi incaran sahabatku itu. Entah sudah berapa ratus gadis yang berakhir di ranjangnya. Dan kebanyakan mereka berlalu dengan sakit hati.
Aku berpaling dari Alex. Bagiku gadis bukanlah fokus. Bukan aku tak tertarik, tetapi para gadis begitu berisik dan itu membuatku ingin berbuat kasar pada mereka. Lalu mengapa juga mereka selalu terbata ketika berbicara padaku? Berisik dan manja. Semuanya sama. Tak adakah yang lebih menantang?
Kulihat Daniel menghampiri kami. Sesaat matanya melirik sinis pada para cheerleaders. Dia menjadi antipati terhadap pemadu sorak sejak pacar terakhirnya, Emma, mati karena kecelakaan pada saat berlatih formasi ekstrim tahun lalu. Dan belum pernah kulihat Daniel dekat dengan gadis lagi sejak saat itu. Paling tidak di antara kami bertiga, bukan cuma aku yang tidak ingin membahas gadis.
"Mr. Sammel mengajak kita berdoa bersama." Daniel menghampiri aku dan Alex dengan wajah serius.
"Semoga dia tak membahas takhayul yang selalu menghantui kita." Aku mendahului mereka berdua. Daniel tampak kesulitan menarik Alex untuk beranjak dari sana. Apa yang ingin Alex lihat sebenarnya? Bukankah tiap hari dia sudah bersama gadis seksi?
Seiring aku menjauhi mereka berdua, aku mendengar keributan kecil antara Alex dan Daniel. "Tunggu sebentar, Dan! Lihatlah para cheerleader sedang membentuk piramida!"
"Kau sudah melihatnya seumur hidupmu, Al! Kenapa kau tak pernah bosan?!" Daniel terdengar kesal dengan kelakuan Alex.
Tak lama setelahnya, Alex dan Daniel telah menyusulku di ruang ganti. Kami bergabung dengan seluruh pemain, pelatih, dan staff. Setelah berdoa bersama, kami segera menuju lapangan.
Pertandingan telah berjalan dan hari ini terasa begitu berat. Ini adalah pertandingan pertama tahun ini, juga pertandingan pertama di tahun seniorku. Sekolah bahkan belum efektif, namun liga sudah dimulai. Di mana lagi itu terjadi kalau bukan di Neplines City, ibu kota negara Glassvale?
Pada quarter terakhir kami masih tertinggal dari Hoverton High. Selalu saja seperti ini, kutukan pertandingan pertama juara bertahan. Kami selalu kalah di pertandingan pertama setiap kali menjuarai liga tahun sebelumnya. Lalu kulihat Mr. Sammel meminta timeout, kami menyisi dari lapangan.
"Sial!" Aku tak bisa menahan rasa kesal ketika tembakanku hanya membentur bibir ring. Bola yang memantul itu berusaha diraih oleh Alex, namun pemain Hoverton High berhasil merebut bola itu.
"Ferland, Zedeck! Kita coba menyisi ke arah kanan, kulihat Hoverton sedikit longgar di sana. Marshall, selalu kawal mereka berdua pada saat menyerang, tapi jangan kehilangan fokus pada saat bertahan. Miller, selalu waspada pada bola rebound, Zedeck akan ada di kanan jadi selalu perhatikan dia!" kata Mr. Sammel. Dia tampak tegang, bahkan lebih tegang dari kami. Tangannya dengan cekatan mengatur strategi di atas papan yang dia pegang. Sesekali dia mengusap dahinya yang seakan berpeluh, padahal tidak.
Kami kembali ke lapangan. Daniel selalu memberikan umpan terbaiknya padaku dan aku membuat gol. Tapi pemain Hoverton pun tak kalah agresif. Mereka membuat lebih banyak gol. Teman-teman kami begitu antusias memberikan dukungan dari tribun, namun justru itu membuatku bertanya-tanya. Jika tanpa teriakan mereka, apakah kami para atlet di lapangan tak sanggup bermain?
Waktu tersisa beberapa detik lagi dan kami tertinggal hanya satu angka dari Hoverton. Daniel memberiku umpan, aku mencoba mencari posisi terbaik dan melempar bola ke arah ring. Setiap mata memandang bola yang seakan terbang dengan slow motion. Perjalanan bola itu menuju ring membuat jantung setiap orang berdetak lebih kencang. Bola itu terpental, dan pertandingan berakhir. Kami kalah.
Ini sangat menyebalkan.
Aku Anthony Zedeck, siswa senior Clementine Private School. Ngomong-ngomong, Clementine adalah nama almarhum nenekku. Dia yang mendirikan sekolah ini.
***

Komento sa Aklat (26)

  • avatar
    DiasParta

    bagus

    02/08

      0
  • avatar
    PutraReblors

    lumayan bagus

    16/07

      0
  • avatar
    RamadhanRiski

    bagus

    07/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata