logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BAB 1

Lunara Ustman… atau sebut saja Luna.
Gadis berusia 22 tahun berkulit putih sedikit pucat, tubuh yang terbilang kurus dengan berat sekitar 40 kg dengan tinggi 158 cm. Parasnya lembut, cantik, manis dengan bentuk wajah bulat kecil yang membuatnya mungkin terlihat lebih muda dari usianya, matanya yang kecil persis seperti sang Bunda, wajar saja karna Bundanya mewarisi garis keturuan chinese, rambutnya lurus hitam tidak terlalu pekat dengan panjang sekitar sepinggang, entah sudah berapa lamanya ia tidak memotong rambutnya itu. Ciri khas Luna adalah mengikat setengah rambutnya tanpa poni yang menambah kesan manis juga feminism pada dirinya. Luna cantik bersama keanggunan dan kesederhanaan yang ia miliki.
04.15
Tik tik tik tik
Suara denting jam tua di dinding kamar, atau gudang yang dijadikan kamar lebih tepatnya berbunyi secara teratur di tengah sunyinya waktu fajar.
Allahu Akbar Allahu Akbar…
Tak lama terdengar kumandang adzan subuh dari masjid komplek yang tak begitu jauh jaraknya. Biasanya suara ini menjadi alarm Luna untuk terjaga dari tidurnya.
Namun kali ini, matanya sudah sudah lebih dulu terbangun dari biasanya, malam ini raga dan pikiran Luna terasa sulit untuk tertidur nyenyak. Entah karena apa, tapi ini bukan pertama kalinya. Memang ada masa dimana Luna akan sulit tertidur kemudian hanyut dalam lamunannya di malam hari. Memikirkan segala hal-hal kecil hingga hal-hal besar yang terjadi padanya.
Suara denting jam yang mulanya mendominasi kini mulai samar oleh suara adzan dan suara alam yang juga seolah juga mulai terbangun. Luna beranjak dari duduknya menuju bentangan kain bermotif sketsa ka’bah kecil di bagian atasnya, ia sudah siap untuk melaksanakan salat subuh disana setelah merasa yakin wudhunya belum batal dari salat tahajud beberapa jam yang lalu.
06.24
Jari – jari ramping Luna mulai bekerja di atas secarik kertas polos berwarna putih menggunakan sebuah tinta tebal berwarna hitam
Sebanyak waktu yang berlalu tuk terbentuknya permata
Sepanjang rangkaian karbon panas yang membentuk berlian
Disanalah aku meyakini tawa di balik air mata
Seyakin aku menantikan pelangi setelah hujan
….
Kira – kira begitulah sepenggal puisi yang Luna ciptakan di sepinya ia malam ini dalam salah satu halaman kosong yang tak lupa di atas kirinya Luna tuliskan hari, tanggal, bulan, tahun dan jam hari itu kemudian tanda tangan kecil beserta nama “Luna” di bagian bawah kanannya pada buku biru bergambar awan putih yang membentuk simbol hati miliknya, buku itu memang Luna gunakan untuk menulis puisi – puisi kecil hatinya.
Lalu dirinya kembali hanyut dalam sebuah lamunan. Atau kenangan pahit masa lalu tepatnya, dimana Luna kecil yang tidak tau apapun diseret kasar ke gudang ini. Mata Luna kemudian melihat setiap inci setiap sudut ruangan gudang yang kini menjadi kamar kecilnya, dengan kasur lantai kecil, sebuah meja duduk bekas tempat ia menulis seperti sekarang serta satu lemari kayu bekas yang memang sudah ada di gudang tersebut sejak awal. Bukan oleh orang asing atau siapapun Luna diperlakukan seperti ini melainkan oleh orang yang selama ini melimpahkan kasih sayang padanya, melakukan apapun agar ia tertawa bahagia tapi saat ini hanya luka dan air mata yang selalu ia berikan selama 8 tahun lamanya. Ia adalah Edi, Ayah Luna. Lekat juga diingatannya bagaimana sang Bunda pada saat itu hanya diam tak membela perlakuan sang Ayah terhadap dirinya.
Tok tok tok!
Perhatian Luna yang mulanya tertuju pada buku di tangannya kemudian tersadar dari lamunan pahitnya kini beralih ke suara ketukan pintu kamarnya, tanpa pikir panjang tubuhnya bergerak menyimpan buku tersebut dalam sebuah laci kecil kemudian berjalan menuju pintu dan membukanya dengan segera. Bibir halusnya spontan membentuk lengkung manis begitu mengetahui sosok yang mengetuk pintu kamarnya pagi ini lalu mempersilahkannya masuk.
“Akhir – akhir ini kakak liat jam segini biasanya kamu udah berangkat, kenapa hari ini enggak?”
Tanya Luna pada seorang gadis di depan pintunya bernama yang tak lain adalah adiknya, Yana.
Ya, itu adalah Ayana Ustman, adik perempuan satu-satunya Luna. Berbeda dari Luna yang mewarisi fisik sang Ibu dengan wajah dan pembawaan yang teduh, manis, dan feminism. Sang adik, Yana justru lebih mirip dengan Ayahnya, garis wajahnya pun lebih tegas dan matang seperti sang Ayah. Rambutnya pun berbeda, jika Luna anggun dengan rambut hitam lurus panjang, maka Yana tampil lebih santai dengan rambut sedikit bergelombang sebahu yang selalu ia ikat ekor kuda tanpa poni juga. Postur tubuhnya juga lebih tinggi dari sang kakak. Dengan berat badan 52 kg dan tinggi 164 cm membuat Yana sepertinya terlihat lebih dewasa dari Luna meski jarak usia Yana 2 tahun lebih muda dari Luna.. Gaya pakaian keduanya juga punya selera yang berbeda. Luna yang lebih nyaman menggunakan dres – dres feminim yang panjangnya di bawah lutut, Yana justru tampil dengan gaya yang lebih tomboy dengan celana jeans dan kaos – kaos distro simple di badannya. Namun ia tetap sama cantiknya seperti sang kakak, Luna Mereka indah dengan kecantikan mereka masing – masing.
“Nih sarapan dulu, kemarin itu masuk materi masak roti-rotian gitu terus Yana keinget kak Luna yang suka banget sama Croissant (Croissant adalah pastry atau kue kering berbentuk seperti bulan sabit yang terkenal di Perancis, terbuat dari adonan tepung terigu beragi yang dilipat dengan lapisan mentega kemudian di panggang, umumnya dibuat tanpa isian dan dinikmati tanpa tambahan apapun. Namun ada juga beberapa restoran yang menjual croissant dengan beberapa isian seperti coklat, daging, dan isi kreasi lainnya), jadinya Yana coba bikin ini deh. Eh Yana dapet nilai terbaik dong di materi ini” Bukannya menjawab, gadis yang mengaku sebagai Yana itu malah dengan senyum bangga menyerahkan sebuah kotak bekal makan berwarna biru kesukaan Luna.
Mata Luna pun tertuju pada kotak itu, baru saja mulutnya akan terbuka, Yana sudah dengan cepat kembali bersuara.
“Sssttt… udah gak usah khawatir. Ayah sama Bunda baru aja berangkat, kakak pasti juga udah liat kan dari jendela. Jadi ayok dimakan, Yana mau denger komentar kakak juga soal rasanya. Ya?” kata Yana sambil dengan semangat membujuk kemudian membuka kotak bekal yang ia bawa.

Komento sa Aklat (34)

  • avatar
    HongaRevanda

    sangat bagus

    16/08

      0
  • avatar
    Rangga Putra

    luar biasa

    02/08

      0
  • avatar
    dil666naon

    bagus

    29/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata