logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

5. Pesan

"Gue pergi dulu," Afriyan kemudian berlalu pergi. Ranna menatap punggung tegap Afriyan yang mulai menjauh. Tatapan Ranna berubah sendu. Ia masih berfikir tentang lokernya.
Sebuah dentingan notifikasi dari ponselnya menyadarkannya. Membuat Ranna segera membuka ponselnya. Matanya membulat begitu membaca tulisan yang ada di ponselnya. Apa lagi ini?
NoName
Gimana kejutannya? Bagus?
Ada pesan dari akun instagram yang tidak dikenalnya. Dengan nama NoName. Bagaimana ada orang yang tahu dengan akun instagramnya, karena akun instagramnya sendiri jarang sekali ia pakai. Bahkan sepertinya teman sekolahnya tidak tahu. Ia benar-benar memprivasi sosmednya dari banyak orang. Bahkan Shinta dan Luluk mungkin tidak tahu. Lalu siapa ini? Bagaimana orang ini bisa tahu? 
Ranna
Siapa lo?!
Jadi itu ulah lo!
NoName
Itu kejutan yang baguskan?!
Ranna
Gue nggak tanya itu!
Lo siapa?!!
NoName
Lo nggak perlu tahu!
Ranna
Maksud lo apa?!
Hey jawab gue!!
Ranna kesal, orang yang mengaku sudah membuat lokernya berantakan tidak menjawab pesannya lagi. Ranna mendengus. Ia tahu ia pasti punya salah. Tapi apa dirinya punya kesalahan yang besar pada orang lain sehingga ada yang mengganggunya seperti ini? Perasaan ia tidak melakukan kesalahan yang begitu fatal pada orang lain. Apalagi dengan orang-orang yang ada di sekolah ini. Ia berusaha untuk jadi murid baik di sekolah ini, dengan cara ia menjauhi pelanggaran di sekolah ini dan jarang berteman. Tapi sepertinya masih saja ada yang tidak suka padanya.
Ranna melihat akun itu. Tidak ada ada postingan apa pun di akun NoName. Bahkan tidak ada yang dia ikuti atau yang mengikutinya. Apa akun ini memang ditujukan untuk dirinya? Tapi apa iya? Dan bagaimana caranya orang ini membuka lokernya? Sedangkan kunci lokernya ia bawa. Yang ia tahu hanya pihak sekolah yang membawa kunci cadangan. Tapi mana mungkin ada yang mengambilnya. Sedangkan pihak sekolah begitu ketat menjaganya.
Banyak pertanyaan yang ada di kepala Ranna. Tentang siapa pelakunya? Apa pelakunya orang sekolah? Atau luar sekolah? Semua orang bisa masuk kapan saja di sekolah ini. Mungkin bisa saja orang luar sekolah atau sebaliknya. Apa orang ini juga yang menaruh kotak kado di lacinya beberapa hari yang lalu? Tapi sayangnya, kotak kado itu sudah ia buang. Ranna menghela nafas kasar. Ini semua membuatnya bingung.
Ranna keluar dari ruang loker menuju kelasnya. Ketika baru menginjakkan kakinya ke dalam kelas, bel masuk tepat berbunyi. Matanya menatap sosok Disa yang duduk jauh dari bangkunya. Cewek itu bermain ponselnya sambil tersenyum. Ranna ingin menghampirinya. Namun karena bertepatan dengan guru mata pelajaran masuk ke kelasnya. Ranna mengurungkan niatnya.
Ranna sempat bersitatap dengan Shinta yang bangkunya bersebelah dengannya dan juga Luluk yang berada di depan bangkunya. Ranna tersenyum pada mereka berdua yang dibalas keduanya dengan senyuman.  Hingga akhirnya ia duduk di kursinya.
***
Ranna sudah mengganti seragamnya dengan baju biasa. Ibunya belum pulang. Mungkin karena masih ada kerjaan. Ibunya adalah pembantu rumah tangga di rumah orang lain.  Pagi berangkat dan pulang sore kadang malam atau bahkan kadang tidak pulang.
Ranna mengayuh sepedanya keluar rumah. Mengayuhnya sampai pada  sebuah toko roti yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Ranna turun dari sepedanya. Membunyikan bel yang ada di toko itu, toko bernama 'Diana Bakery'.
Seorang wanita perawakan tinggi muncul dari dalam. Dia terlihat anggun dan sederhana. Dia adalah pemilik toko roti ini sekaligus atasan Ranna, namanya Diana.
"Ranna, silahkan masuk," ujarnya menyambut. Ranna tersenyum dan masuk ke dalam toko roti.
"Ranna bisa bantu apa Tante?"
"Tante minta tolong nanti kamu antarkan pesanan roti ya. Tapi tunggu dulu masih dibungkus. Kamu bisa bantu bungkus roti kecil itu ya," Diana menunjuk beberapa roti kecil yang ada di meja sebelah.
"Iya Tante," Diana masuk ke dalam lagi.
Ranna membungkus beberapa roti kecil di meja. Ia memasukkannya kedalam plastik berukuran kecil yang sesuai dengan bentuk roti.
Ranna bekerja di toko roti ini sudah agak lama. Mungkin sekitar dua tahun. Namun tidak setiap hari. Diana tahu Ranna masih sekolah. Jadi cewek itu hanya bekerja setelah pulang sekolah. Kalau memang ada tugas dirinya bisa izin.
Diana datang lagi sambil membawa dua plastik cukup besar. Berisi kotak roti. Ranna mengambil alih satu plastiknya.
"Kamu anterin yang satu plastik itu dulu ya? kasih sesuai nama yang Tante tulis di kotaknya. Nanti kamu balik lagi buat ngambil pesanan lagi. " Diana mengansurkan selembar kertas. Ranna menerimanya dan mengangguk paham.
Ranna menaruh plastik itu di bagian belakang sepedanya, yang sudah ia tali agar tidak jatuh. Sebenarnya Tante Diana menawarinya untuk memakai motor yang memang Tante Diana siapkan. Tapi dia tidak bisa mengendarainya. Ia juga takut, kalau ia memakainya terus jatuh dan ada kerusakan. Ia tidak yakin bisa membayar ganti ruginya. Jadi ia lebih memilih memakai sepedanya saja.
Ranna naik ke sepedanya, mengayuhnya ke jalanan. Ranna mengantarkan pesanan roti untuk para pelanggan.
***
Tak jauh dari tempatnya, Ranna melihat Luluk baru saja turun dari mobil seseorang. Luluk tampak sedang bercakap-cakap dengan orang yang berada di dalam mobil. Ranna tidak tahu siapa lawan bicara Luluk, karena memang posisinya jauh darinya. Ranna segera mengayuh sepedanya untuk menghampiri Luluk. Seiring mobil yang mengantar Luluk bergerak pergi.
"Kak Luk!" Ranna menghentikan sepedanya begitu sampai di dekat Luluk. Luluk yang ingin melangkah pergi pun kaget saat melihat kedatangan Ranna.
"Ranna?"
"Kak Luk tadi sama siapa?" Ranna berniat melongok untuk melihat mobil yang masih terlihat oleh pandangannya. Namun Luluk memegang pundak Ranna. Menahannya untuk melihat.
"Bukan siapa-siapa. Lo ngapain di sini?"
"Gue? Oh, mau kirim roti ke pelanggan. Kebetulan ada yang pesan di sekitar sini." Jawab Ranna. Lalu tatapan matanya menurun. Memperhatikan sesuatu yang dibawa Luluk. Sebungkus plastik berisi obat-obatan.
"Siapa yang sakit Kak? Kok ada obat."
"Oh ini, Nenek gue lagi sakit."
"Sakit apa Kak?"
"Sakit─" Luluk tampak berfikir sebelum menjawab. "Nggak enak badan aja. Eh, lo masih mau kirim roti kan? Kalau gitu gue pulang dulu ya."
"Iya Kak Luk. Semoga Nenek Kakak cepat sembuh."
"Iya, terima kasih," setelah mengatakan itu Luluk berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dari jalan itu.
Ranna hanya memandang kepergian Luluk. Entah kenapa ia sedikit merasa ada yang tidak beres dengan kelakuan Luluk tadi. Seperti ada yang cewek itu sembunyikan darinya. Sikapnya begitu membuat Ranna sedikit curiga. Ah, tapi apa iya Ranna harus curiga dengan temannya sendiri. Tidak. Luluk itu orang baik. Ia yakin cewek itu tidak akan melakukan hal buruk.
***

Komento sa Aklat (54)

  • avatar
    Mamakalling11

    1000

    22d

      0
  • avatar
    Gladis Anasa Gladis

    yee

    31/07

      0
  • avatar
    RiopratamaJudika

    gak ada

    12/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata