logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

TEMPAT BERASANDAR

"Van, nilai ujian Lo berapa?"
"94."
"Padahal tinggi banget, tapi pasti kena marah sama papa Lo." ucap Fadil kasian pada Devan.
Devan hanya mengangkat bahu nya acuh, ia memandangi setiap sudut tapi tidak terlihat bahwa ada kekasihnya disini.
"Na, Lo kemana aja sih?" tanya Devan saat berada di hadapan Alina.
"Tadi nemenin Liza ke toilet dulu."
"Yaudah, Na gue ada sesuatu buat Lo." bisik Devan pada Alina.
"Apa?"
"Ada deh."
"Yaudah lah, kamu mau pulang dulu atau makan di depan dulu?" tanya Alina sembari melihat nilai ujian Devan. Ia akui Devan lebih pintar di banding dirinya.
"Makan aja, gue juga males pulang."
"Karna nilai?"
"Hm"
"Ion, kamu harus pulang. Dan jelasin ke papa kamu kalau kamu belom bisa dapetin seratus, ini tuh udah tinggi banget nilai nya."
"Sayang nya pemikiran kalian dan papa gue beda."
Ucapan Devan berhasil membuat hati Alina berdenyut nyeri. Hanya masalah nilai turun sedikit saja papah nya akan marah? Sangat aneh padahal nilai segitu masih di atas rata rata.
"Ion, kalau semisal kamu butuh tiang untuk berdiri. Datang aja ke aku, aku akan jadi tiang untuk kamu."
"Na, gue sayang sama Lo. Cuma Lo yang bisa ngertiin gue sekarang." Devan memeluk Alina erat tak membiarkan gadis itu pergi darinya.
"Bertemu dengan mu adalah suatu keindahan yang aku dapat dan bersamamu adalah suatu kebahagiaan di hidup ku."
"Alina, gue beruntung bisa miliki Lo. Dan gue berharap Lo jadi cinta terakhir gue." Devan memperlepas pelukannya.
"Ion, aku juga beruntung punya kamu. Dan aku sayang banget entah kapan rasa sayang itu datang tapi sekarang aku bener bener sayang sama kamu."
"Really?"
"Yes"
"Makasih Alina nya aku."
"Aku?" beo Alina.
"Lebih bagus nya pake aku di banding gue." ujar Devan terkekeh pelan. Tak lupa mengelus puncak kepala sang kekasih.
"Van, papah Lo datang tuh di depan." beritahu Saka.
"Pasti dia datang karna nilai gue rendah, hahah anj*ng!" Devan tertawa miris. Sampai segitu nya? hanya karna nilai turun beberapa angka.
"Udah, kamu temuin aja papah kamu." Devan memandangi Alina lalu mengangguk. Ia berusaha membuat wajah nya sedatar mungkin agar orang-orang tak tau kalau dirinya tak seperti yang mereka pikirkan.
"KENAPA NILAI KAMU TURUN HAH?! PAPA TIDAK MAU TAU KAMU JAUHIN TEMAN TEMAN BODOH KAMU ITU! PASTI MEREKA YANG MEMBUAT KAMU SEPERTI INI!" bentak kan itu membuat para siswa siswi berkerumun. Tentu saja mereka penasaran siapa yang berani membentak Devan.
"Terus gue peduli?"
Ucapan Devan barusan berhasil memancing emosi papah nya, tanpa aba aba papa nya membenturkan kepala Devan di dinding koridor.
"Udah? UDAH? SAYA TANYA UDAH? HAHA SIALAN SAYA GAK SUDI PUNYA PAPA SEPERTI ANDA! ANDA DENGARIN SAYA BAIK BAIK, SAYA ITU BUKAN ROBOT ANDA JADI JANGAN TERLALU MENGATUR SAYA!"
"KAMU ANAK PAPA, DEVAN. SEHARUSNYA KAMU DENGARIN APA KATA PAPAH!'
"Ada apa ini?" tanya kepala sekolah saat melihat ada keributan di sekolah nya.
"Gak, saya mohon sama tolong didik anak saya lebih keras lagi. Biar nilai nya gak turun!" ucap papa Devan pada kepsek tersebut.
"Maaf pak, di sekolah ini hanya Devan yang memiliki nilai tertinggi dan nilai dia sekarang masih di atas rata rata jadi itu tak akan mengurangi kepintaran nya. Dan kalau bapak lupa Devan lah yang juara umum disini." jelas kepsek tersebut dengan sangat hati hati. Takut menyakiti perasaan lawan bicaranya ini.
"DASAR SEKOLAHAN GAK BECUS! BESOK SAYA AKAN PINDAHKAN ANAK SAYA KE SEKOLAH LAIN!" teriak papa Devan membuat murid SMA Darmajaya semakin ramai berkumpul.
"Maaf kalau perkataan saya ada yang menyakiti, tapi saran saya Devan lebih baik di sini. Lagian dia lagi ujian." pak kepsek itu kembali menjelaskan dengan sangat hati hati.
"SUDAH LAH SAYA CAPE! KALAU ANDA INGIN SEMUA NYA DI BAWAH ATURAN ANDA KENAPA GAK ANDA SAJA YANG SEKOLAH?! DAN INGAT SAYA GAK AKAN PINDAH KEMANA PUN!" teriak Devan menggelegar. Devan pergi menarik tangan Alina untuk menjauhi kerumunan itu.
"Gue gak nyangka kalau ternyata selama ini kak Devan di tuntut kek gitu!" ucap salah satu siswi menggeleng kepalanya. Untung saja papah dan mamah nya tidak seperti itu.
Sedangkan papah Devan dengan emosi yang memuncak berteriak memanggil Devan. Tetapi Devan hanya acuh dia juga capek selama ini harus di tuntut seperti itu.
Devan membawa Alina pergi dari sekolah itu. Ia ingin tenang sebentar saja apa tidak bisa? Kapan? Kapan ia akan tenang? Apa setelah ia mati?
"Na, siniin tangan kamu." Alina memberikan tangan nya pada Devan. Entah untuk apa ia juga tidak tahu intinya ia hanya menurut saja.
Sangat di luar dugaan Alina Devan memasang kan sebuah cincin di jari manis nya. Cincin yang sangat indah.
"Ini cincin aku beli pas aku kecil dulu, dimana keluarga aku masih lengkap. Aku ngumpulin uang sendiri dan bantu bantu tetangga sebelah bukannya gak mau minta uang sama orang tua, tapi aku ingin beli dengan kerja keras aku sendiri. Ini cincin sepesial banget, dan aku kasih ke mamah. Tapi saat mamah pergi sama lelaki lain dengan perasaan tak tega aku ambil cincin ini. Dan ini aku berikan untuk kamu, karna kamu adalah orang sepesial bagi aku sekarang. Bukan sekarang aja sih tapi selamanya."
"Tapi ini berlebihan." ujar Alina melepaskan cincin itu. Ia tak mau menerima barang mahal seperti ini apa lagi dari Devan.
"Na, aku gak suka penolakan! jadi kalau aku bilang untuk kamu ya untuk kamu!" ucap Devan penuh penegasan. Lagian ia hanya mengungkapkan isi hati nya memalui cincin ini.
"Tapi, kita gak tau kedepannya gimana. Siapa tau ada wanita lain setelah aku, dan cincin ini lebih baik kamu kasih ke istri kamu nanti." lagi lagi Alina menolak cincin itu.
"Kamu yang akan jadi istri aku nanti nya!"
"Ion, kamu dengerin aku ya. Kita gak tau kedepannya akan gimana semua ini udah di atur. Kita hanya akan mengikuti garis takdir nya jadi kamu gak bisa maksain kehendak kamu sendiri. Intinya kehidupan ini gak bisa di tebak." jelas Alina berusaha meyakinkan Devan.
"Ya aku tau, tapi aku akan tetep kasih cincin ini ke kamu. Kalau pun bukan kamu istri aku nantinya anggap aja cincin ini sebagai tanda perkenalan kita."
"Hm, baiklah." ujar Alina tersenyum.

Komento sa Aklat (43)

  • avatar
    SusilawatiSusi

    terimakasi

    18/08

      0
  • avatar
    JulaehaNeneng

    bagus

    17/06

      0
  • avatar
    Ko Na

    seru

    05/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata