logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

My Only One

My Only One

Heyho Boo


BAB 1

Kata orang cinta itu berjuta indahnya. Tapi, tidak sedikit juga orang yang mengatakan bahwa cinta itu hanya membuat siapapun yang mengalaminya bisa merasakan kesakitan yang cukup sulit untuk di obati.
Cinta merupakan suatu anugrah, dimana setiap manusia pasti merasakan apa itu cinta. Cinta itu tidak harus dengan pasangan, tapi juga bisa dengan teman, dengan orang tua, dan juga orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Tapi, bagaimana jika seseorang yang sebelumnya memiliki cinta tiba-tiba kehilangan harapan dan berubah menjadi seseorang yang tidak percaya pada cinta?
Seperti halnya yang di alami oleh seorang pemuda bernama Deva, manusia dengan kadar kepekaan yang sangat minim yang terkenal memiliki karakter yang sangat dingin.
Tidak! Ini bukan seperti yang ada di dalam sebuah cerita film, dimana sang tokoh utama yang memiliki masa lalu yang kelam tentang cinta, tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang anti sosial dan pemurung lalu dengan sangat mudahnya melakukan pembalasan dendam. Tidak, bukan seperti itu!
Deva memang tidak percaya akan cinta sekalipun tidak menutupi kemungkinan bahwa banyak gadis-gadis yang berusaha mendekatinya selama ini. Hanya saja, dia sengaja menutup hatinya karena takut jika sesuatu hal yang buruk akan datang padanya dan pasangannya kelak.
Deva memang tidak percaya pada cinta, tapi dia sangat yakin jika manusia di dunia ini merupakan makhluk sosial yang membutuhkan teman.
Walaupun pekerjaan yang di jalani olehnya saat ini selalu berkutat dengan rumus-rumus serius, tapi ternyata tidak dengan pribadinya yang sangat mudah bergaul dengan siapapun dan dari kalangan manapun.
Pribadinya cukup menyenangkan hingga banyak orang yang merasa nyaman jika berlama-lama mengobrol dengannya. Ya, walaupun terkadang candaannya begitu garing dan sedikit menyebalkan, tapi entah mengapa semua orang sangat senang jika sedang berada di dekatnya, terutama gadis-gadis.
Deva tinggal bersama adik perempuanya yang masih berumur 7 tahun bernama Aiko dan juga neneknya yang sudah tua renta yang biasa di panggil dengan sebutan Oma.
Selama ini, hanya Oma lah yang merawat Deva dan Aiko hingga seperti sekarang. Karena tepat 7 tahun yang lalu, ibu kandung mereka berdua mengalami kecelakaan dan tewas, sedangkan ayahnya yang merupakan pelaku penabrakan bersama selingkuhannya itu masih mendekam di dalam penjara hingga saat ini.
Ya, jadi karena itulah kenapa Deva menutup hatinya. Dia hanya takut cinta akan membuatnya sakit seperti apa yang di rasakan oleh ibunya. Dan, dia juga bahkan terlalu takut jika cinta akan membuatnya menjadi sosok yang jahat untuk menyakiti orang lain seperti ayahnya.
Kejadian traumatis tersebut membuat Deva tidak menyadari bahwa dia tekena Syndrome Philopobia. Syndrome yang membuat si penderitanya merasakan ketakutan yang berlebih untuk jatuh cinta dan berkomitmen. Itulah kenapa akhirnya Deva memutuskan untuk lebih fokus pada Oma dan adiknya di bandingkan harus mencari pasangan untuk hidupnya.
Kini, Deva bekerja di sebuah perusahaan dalam bidang pengembangan dan penelitian geologi dan perubahan iklim yang bekerja sama dengan perusahaan asing bernama GACRA (Geology And Climate Research Agency). Dia di percaya memegang sebuah project penelitian tentang perubahan geologi dan iklim bersama temannya yang bernama James.
Siang ini tepat pukul 11.45 saat istirahat jam makan siang, James datang ke ruangan Deva sambil mengetuk beberapa kali pintu ruangan tersebut.
Tok! Tok! Tok!!!
Deva yang saat itu masih menyibukan dirinya dengan berkas-berkas di meja pun langsung menoleh ke arah sumber suara.
"Ayok, kita makan siang di kedai baru yang di ujung jalan itu! Kita bahkan belum mencobanya bukan?" kata James mengajak Deva sambil melangkahkan kakinya ke dalam ruangan Deva.
Deva hanya mendengus pelan sambil tersenyum. Sementara itu pandangan James tertuju pada sebuah berkas di atas meja kerja Deva. Tangan James pun meraih salah satu berkas tersebut karena berhasil membuatnya penasaran.
"Laporan statistik? Apa ini maksudnya?" tanya James bernada protes.
"Ya, seperti yang kau lihat, kita harus kembali melakukan beberapa penelitian, karena data minggu ini menunjukan di beberapa bagian wilayah terjadi perubahan yang sangat signifikan." Jawab Deva menjelaskan.
"Oh... baiklah, tapi lebih baik, bagaimana jika kita pergi makan siang terlebih dahulu lalu kita bisa membicarakannya setelah itu. Sumpah demi Neptunus perutku sudah sangat sakit untuk menahan rasa lapar!" kata James meringis mengusap-ngusap bagian perutnya.
Deva hanya merespon James dengan kekehan kecil. Dan dia pun segera membereskan berkas-berkas yang membuat mejanya berantakan sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi makan siang bersama James.
***
Sampai di sebuah kedai yang di maksud oleh James, ternyata realita begitu jauh dari ekspektasi. Mungkin, karena kebetulan kedai ramen ini baru saja buka tiga hari yang lalu, jadi wajar saja jika para calon pembeli begitu membludak sehingga mengharuskan semua orang yang akan membeli ramen tersebut di haruskan untuk mengantri terlebih dahulu.
Dengan sangat terpaksa Deva dan James pun juga harus ikut mengantri di barisan antrian yang sangat panjang itu.
Beberapa kali Deva dan James bahkan menatap jam di lengan mereka masing-masing. Karena bagi mereka ini bukan hal yang cukup baik, apalagi waktu istirahat makan siang mereka hanya sekitar 45 menit saja.
"Kalau seperti ini kapan kita akan kembali ke kantor?!" gerutu James.
"Kau benar, antriannya masih cukup panjang." Jawab Deva menatap ke sekeliling.
James pun menggaruk kepalanya dengan sangat gusar karena sudah sangat kesal menunggu.
Saat Deva ikut menggaruk kepalanya, tiba-tiba ponselnya pun bergetar dari dalam saku celananya. Deva segera meraih ponselnya itu karena dia fikir terlalu lama mengantri membuat jam makan siang mereka berakhir hingga orang kantor pun menelfonnya. Tapi ternyata itu bukan telfon dari kantor. Saat Deva menatap layar ponselnya, nama Yuen terpampang jelas di layar ponselnya. Segeralah Deva mengangkat telfonnya.
"Yuen? Ada apa?" tanya Deva menjawab telfonnya.
"Dev, kau ada dimana? Aku sedang di kantormu, mereka bilang kau sedang keluar." Jawab Yuen di balik telfon.
"Eh, kau ada di kantorku?" tanya Deva kembali sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Iya. Oma menitipkan bekal makan siang untukmu padaku."
"Ah, kebetulan sekali. Baiklah, um, bagaimana kalau kita bertemu di taman di dekat kantorku?"
"Baiklah."
"Terimakasih Yuen." Kata Deva yang langsung menutup sambungan telfonnya bersama Yuen.
James yang sedari tadi memperhatikan Deva pun sedikit penasaran dengan siapakah Deva menelfon.
"Siapa yang menelfonmu? Pak kepala Ed?" tanya James sedikit penasaran. Karena memang biasanya orang kantor termasuk pak kepala Ed sering sekali mengganggu waktu jam makan siang mereka.
"Bukan! Ayok ikut aku!" jawab Deva yang langsung menarik tangan James namun James langsung menahannya.
"Eh, tapi kan kita sedang mengantri!" sahut James menarik tangannya kembali. Lagi pula itu cukup menggelikan baginya.
"Ayoklah, waktunya tidak akan cukup!"
"Ta-tapi kan..."
Tanpa mendengarkan apa kata James, Deva kembali menarik tangan James agar keluar dari barisan antrian yang sepertinya tidak akan selesai sampai sore hari nanti.
***

Komento sa Aklat (143)

  • avatar
    Nur Hikmah Gominqi

    baguss

    21d

      0
  • avatar
    AmeiliaSaskia

    ☺️☺️

    09/08

      0
  • avatar
    LestariMega

    👍👍👍

    30/07

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata