logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

7

Lingkungan sekolah taman kanak-kanan si kembar tampak begitu ramai. Azura sebenarnya tidak begitu nyaman dengan keadaan sekolah yang ramai dengan ibu - ibu muda cantik - cantik mengantarkan anaknya sekolah. Walau masih anak TK, tapi gaya orang tua yang mengantarkan sekolah anaknya sudah seperti fashion show tak ketinggalan mobil - mobil terparik dengan tak beraturan.

Sebenarnya Azura ingin memindahkan anak-anaknya sekolah, tapi ia belum memiliki uang yang cukup untuk biaya pendaftaran, uang gedung, dan masih banyak biaya lainnya. Sekolah taman kanak - kanak Mulia Bangsa bukan sekolah yang sesuai dengan isi dalam dompetnya.

Dua tahun yang lalu ibu mertuanya, Sinta yang menginginkan agar Angelo dan Angela sekolah di Mulia Bangsa. Walau Azura tidak memperbolehkannya, namun berbeda dengan Ben. Ben yang memiliki gengsi tinggi ingin anaknya juga bersekolah di tempat yang bonafit. Apalah dayanya mau sekeras apapun ia menolak, tapi kalau Ben sudah berkata ‘aku yang mencari uang bukan kamu’ ia sudah tak bisa berkata apapun lagi untuk melawan saja ia tidak berani.

Seandainya ia memiliki keberanian sudah dilawannya Ben, tapi ia takut. Ben tak segan-segan melayangkan tangan di pipinya sekaligus menghinanya. Ia memang bukan dari keluarga kaya seperti Ben jadi Sinta sangat membencinya.

“Mama kenapa cuma diam aja?” tanya Angela yang memperhatikan Azura.
“Eh, maaf Nak.” Azura segera turun dari motornya.
“Mama di sekolah ada kegiatan pentas seni anak kelas A jadi nanti anak kelas B seperti aku dan Kak Elo cuma nonton aja.”
“Ooh… Mama baru tau sih.”
“Ga apa - apa kok Ma, kan bukan dari kelas B jadi santai aja Ma.”
“Iya Nak.”

Dengan menggandeng tangan Angelo dan Angela, ia berjalan melewati gerombolan ibu - ibu yang berpakaian seperti model sedang asik saling bercengkrama. Ia tak memperdulikannya, toh dari dulu dirinya bukan termasuk dalam geng sosialita. Baginya mereka itu seperti MACAN alias Mama Cantik Antar Anak, sedangkan ia hanya biasa saja. Uang yang diberikan Ben saat ia masih berstatus istri sah hanya cukup untuk makan dan keperluan sehari - hari.

“Da.. da.. Mama.” Angela melambaikan tangannya ke arah Azura saat putrinya masuk ke dalam kelas B.

Azura membalas lambai tangan Angela, tapi berbeda dengan Angelo. Putranya tersebut hanya menatapnya saja tanpa mengeluarkan suara. Untungnya ia sudah terbiasa dengan sifat dingin Angelo jadi tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Saat Azura akan meninggalkan sekolah salah satu guru menghampirinya.

“Selamat pagi bunda Angelo,” sapa Miss Rini dengan ramah.
“Selamat pagi juga Miss Rini,” balas Azura tak kalah ramahnya.
“Bagaimana keadaannya Bunda?”
“Baik Miss.” Azura tersenyum, tapi dalam pikirannya ia jadi bertanya - tanya ada apa sampai guru menghampirinya.
“Bu bisa kita bicara di ruangan kepala sekolah.”
“Ada apa yaa Miss?”
“Sebenarnya tidak ada masalah apapun Bunda, hanya kepala sekolah ingin bicara dengan orang tua Angelo, tapi kalau Bunda lagi sibuk bisa nanti siang kita bicara.”
“Ooh ga sibuk kok Miss. Bisa kok bicara pagi ini.”
“Baiklah Bunda mari ikut ke ruangan kepala sekolah.”

Dengan langkah ragu dan hati berdebar-debar Azura mengikuti Miss Rini ke ruangan kepala sekolah. Miss Rini hanya menyebutkan nama Angelo sedangkan Angela tidak disebutkannya. Ia berpikir apakah putranya membuat masalah di sekolah sehingga dirinya di tegur.

Miss Rini mengetuk pintu ruangan kepala sekolah dan saat terdengar suara masuk baru lah Miss Rini membuka pintu dan meminta Azura ikut masuk bersamanya.

“Selamat pagi Miss Luisa. Maaf ini Bunda Angelo sudah ada,” ucap Miss Rini.

Wanita yang bernama Miss Luisa tampak cantik. Wajahnya yang perpaduan blasteran memiliki hidung bangir, kulitnya putih dengan sapuan make up natural semakin mempercantik penampilannya. Memang kepala sekolah Mulia Bangsa ini merupakan anak pemilik yayasan taman kanak-kanak jadilah di usia Miss Luisa yang masih muda sudah menjabat sebagai kepala sekolah.

“Ooh iya. Mari Bunda silahkan duduk,” ucap Miss Luisa yang beranjak dari meja kerjanya.

Miss Rini ikut mendampingi Azura duduk bersama Miss Luisa. Jantung Azura berdegup kencang, ia penasaran apa yang telah terjadi. Sudah 2 tahun semenjak playgroup anak kembarnya tidak pernah membuat masalah. Malah Angelo sudah bisa membaca dengan lancar dan berhitung pun sudah sampai pembagian, namun seharusnya anak usia 5 tahun belum semua bisa melakukan hal tersebut.

Dari dulu Azura tidak mengajari Angela dan Angelo pelajaran yang tidak sesuai dengan usia mereka, tapi beda anak beda pula caranya. Lagi - lagi Angela dan Angelo sangat berbeda. Angelo merasa bosan di taman kanak - kanak yang pelajarannya hanya bermain, menggambar, latihan mengikuti garis, menulis, menggunting, melipat, mengenal huruf, angka, dan masih banyak kegiatan yang lainnya.

Memang di TK bukan waktunya untuk membaca sesuai dengan program dinas pendidikan, namun sekolah dasar sekarang berbeda, apalagi sekolah dasar negeri. Sekolah dasar favorit atau negeri walau tidak meminta anak bisa membaca, menulis, dan berhitung, tapi sudah menjadi rahasia umum kalau akan melakukan tes agar bisa masuk ke sekolah tersebut.

“Bagaimana kabarnya Bunda Angelo?” tanya Miss Luisa dengan tersenyum.
“Baik Miss Luisa.” Azura tahu kalau Miss Luisa hanya berbasa - basi padanya. Seharusnya Miss Luisa tahu kalau ia baik, kalau tidak baik tak mungkin bisa ada di hadapan kepala sekolah.
“Wah saya senang sekali kalau Bunda Angelo dalam keadaan baik. Sebelumnya saya ingin meminta maaf terlebih dahulu karena Bunda sudah menyempatkan diri untuk datang menemui saya.”
“Iya Miss Luisa.”

Azura tidak memperhatikan Miss Luisa berkata-kata dengan manisnya. Ia tahu betul sebelum maksud dan tujuan kepala sekolah masuk dalam intinya akan mengucapkan kalimat - kalimat yang indah dan membuai angan. Ia lelah mendengarkan segala hal - hal indah dari perkataan Miss Luisa. Ia melirik Miss Rini yang juga memperhatikan segala untaian manis Miss Luisa.

Aduh cepetan ngomong kenapa sih! Aku banyak kerjaan nih di rumah. Belum masak, nyuci, setrika, nyapu, ngepel, kebanyakan basa-basi nanti semua pekerjaan ku bisa basi ini. Nih Miss Luisa pinter amat dah merangkai kata - kata udah kayak puisi aja. Azura berkata dalam hatinya.

Akhirnya Miss Luisa menyudahi kata-kata pengantarnya. Setelah hampir 10 menit Azura mendengar untain - untain kalimat manis nan indah yang tersusun rapi dari Miss Luisa akhirnya selesai sudah. Sekarang saatnya ia yang menanyakan secara langsung apa maksud dan tujuan yang sebenarnya.

“Mohon maaf ada apa yaa sampai memanggil saya datang ke ruangan Miss Luisa.” Azura sudah kesal dengan basa - basi Miss Luisa.
“Wah ternyata Bunda Angelo sudah tidak sabaran yaa.”

Haduh, kenapa nih Miss Luisa ini selalu senyum mulu sih! Sumpah bikin jengkel banget. Bosan aku digombalin perempuan, coba aku laki - laki pasti beda. Azura berkata lagi dalam hatinya.

“Baiklah Bunda tanpa bermaksud untuk berlama - lama saya akan mengatakan permasalahannya.” Miss Luisa menarik napasnya seakan ingin mengatakan sebuah rahasia besar yang tak boleh orang lain mengetahui hal tersebut.

Melihat Miss Luisa menghembuskan napasnya membuat Azura ikutan menghembuskan napasnya juga. Ia menunggu kalimat berikutnya yang akan menjadi inti dari semua kata pengantar.

Azura pun berkata dalam hatinya. Ayo cepetan ngomong! Lama amat dah ini.

“Begini Bunda, tanpa mengurangi rasa hormat saya dan guru - guru di sini juga sangat menyayangi anak - anak didiknya. Saya selaku kepala sekolah taman kanak - kanak Mulia Bangsa ingin meminta untuk anak didik kami, Angelo Putra Azen agar pindah sekolah,” ucap Miss Luisa yang memperlihatkan senyuman indahnya.

Mata Azura membelalak, jantungnya berhenti berdetak, dan seakan mau keluar dari bagian tubuhnya saat mendengar perkataan Miss Luisa yang meminta Angelo untuk pindah sekolah.





Komento sa Aklat (149)

  • avatar
    JannahNurul

    saya suka sangat

    20d

      0
  • avatar
    Julia Jr.

    ceritanya suru

    24d

      0
  • avatar
    Faisal1105Aa

    ceritany bagus

    24/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata