logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 5 | Siapa Dia?

Mentari pagi yang hangat mengawali hari Zheyya. Gadis itu berjalan cepat, ralat, setengah berlari menuju gerbang sekolah yang sedang digembok oleh satpam sekolah. “Pak tunggu pak! Saya mau masuk!” teriak Zheyya.
“Maaf non, ini udah jam 8 lebih. Pulang lagi aja! Nanti saya diomeli bu kepsek kalo bukain gerbang buat murid yang telat,” celoteh satpam itu.
“Saya jualan keliling dulu pak tiap pagi . Jadi terlambat, tolong bukain pak,” kata gadis itu sambil memasang wajah memelas.
“Ya ampun anak zaman sekarang mana ada yang jualan keliling. Apalagi ABG. non kalo boong yang masuk akalan dikit dong,” satpam itu tak percaya apa yang Zheyya katakan.
“Pa saya gak bohong pak, saya kalo pulang dimarahi. Sekali ini aja pak ....“ gadis itu menyatukan kedua tangannya sambil meringis lalu memegangi pintu gerbang. Meski tak tega, pa satpam menghela nafas dan berlalu meninggalkan Zheyya.
“Pak dibukain dong pintunya! Dia murid baru kelas X, hari ini ada tugas MOS* dia harus hadir buat pengenalan,” tetiba seorang siswa dengan seragam rapi dan lengkap datang mendekat ke arah gerbang. Satpam pun kembali dan terpaksa membukakan gerbang untuk Zheyya.
“Duh non, jangan begadang mulu makanya! Kesiangan kan jadinya,” omel satpam itu sambil membuka gembok yang menggantung di selot gerbang.
Lalu siswa yang berseragam rapi itu tersenyum kepada Zheyya.
“Pagi Zheyya” Sapa siswa itu.
“Eh?” Zheyya menatap kikuk siswa itu, ternyata dia adalah pemuda yang tadi malam mengantarkannya pulang.
“Juna?” tanya Zheyya lalu tersenyum.
“Iya! Lo ingat?” tanya Juna, yang kini berbicara lebih ramah kepada Zheyya. Entah karna dilingkungan sekolah atau memang pembawaan Juna yang memang seperti itu. Tapi Pemuda itu memang terlihat seperti murid teladan.
“Kelas kita di pojok sana,” ujar Juna. Zheyya hanya mengangguk, sambil berjalan beriringan menyamai langkah Juna.
“Gua harusnya kelas 2, tapi tinggal kelas setahun. Jadi kita seangkatan,” tambah Juna, lagi-lagi Zheyya hanya mengangguk.
“Kalo lo cuma ngangguk ngangguk aja, gua jadi keliatan aneh kan’ ngomong dong,” ujar Juna.
“Aku ga tau harus ngomong apa,” kata Zheyya kikuk.
Tapi mereka sudah keburu sampai di depan pintu kelas. Mereka pun masuk ke kelas. Zheyya yang merasa tak nyaman mengobrol berduaan merasa terselamatkan. Untung belum ada guru atau kakak OSIS, Batin Zheyya lega. Dia pun duduk di kelas yang saling acuh, sementara Juna langsung berbaur dengan para siswa dengan nyaman.
Setelah perkenalan singkat dengan beberapa guru dan kakak OSIS secara bergantian. Pelajaran langsung dimulai secara normal.
“Kegiatan orientasi, pengenalan dan lain lain disambung selepas istirahat,” ujar kepala sekolah sebelum menutup pidato singkatnya.
Kriing ...!
Bel istirahat berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas. Zheyya menutup buku lalu menghela nafas lega. ‘Time to sleep ready’ batin Zheyya sambil menyandarkan pipinya ke atas meja senyaman mungkin lalu tersenyum tipis. Baginya tidur adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
Tuk! Tuk!
Meja diketuk lembut punggung telunjuk. Zheyya menengadah malas ... “Hmmm ...?” gumam Zheyya.
“Ngantuk ya?” tanya seorang gadis dengan senyum miring khas yang manis.
“iyaa ....“ jawab Zheyya parau.
“Aku Ratih, siapa nama kamu?” tanya gadis yang memperkenalkan diri sebagai Ratih itu sembari menggeser bangku kosong di samping Zheyya lalu duduk.
“Aku Zheyya,” jawab Zheyya sambil bangkit dan duduk tegap.
“Yang ini namanya Anne,” Ratih menarik seorang siswi yang sedang lewat lalu memperkenalkannya pada Zheyya. Gadis itu pun tersenyum ramah.
“Hai Zheyya,”
“Hai ....”
“Mau ke kantin bareng gak?” tanya Ratih, Zheyya langsung menggeleng pelan sambil tetap memaksakan tersenyum lembut.
“Kamu malu ya ga ada temen, gapapa, kita temenin,” lagi-lagi Ratih menawarkan kebaikan (ke-tidak peka-an) pada Zheyya.
“Aku belum pengen ke kantin, “ jawab Zheyya malu-malu.
“Rara ayo! Nanti baksonya keburu ngantri,” Anne memegang lengan Ratih lalu menariknya lembut. Gadis itu lebih peka dan mengerti bahwa Zheyya sedang tidak ingin ke mana pun. Mereka pun berlalu meninggalkan Zheyya.
“Dah Zheyya! Nanti aku temenin lagi,” ujar Ratih sambil melambai tangan pada Zheyya. Gadis itu mengira bahwa Zheyya hanya pemalu, tidak berpikir bahwa Zheyya merasa tidak nyaman.
Zheyya melirik bangku kosong yang baru saja Ratih duduki, tetiba dia teringat pemuda yang duduk di sampingnya kemarin. Laki-laki itu gak ada di kelas. ‘Padahal baru hari kedua, masa bolos?’ Batin Zheyya. Ah! Masa bodoh, memangnya apa urusannya denganku? Lagi pula bagus lelaki begitu gak satu sekolah denganku. ‘Paling gak suka sama cowo tebar pesona!’ Zheyya terus berdialog dengan batinnya sendiri,
‘Kalo gak salah, ... Namanya Kanha, Kanha ....’ tanpa sadar dia teringat pemuda tadi malam. Sorot mata di balik helm itu ....
‘Siapa dia? Padahal udah nolongin aku, tapi karna juna yang nganterin ke rumah, jadi ga kepikiran cowo itu sama sekali. Kalo diinget inget ... cowo itu ... Mirip ... ah! Aku harus tanya ke Juna!’
Zheyya seperti teringat sesuatu, lalu bangkit berdiri. Dia berpikir untuk bertanya pada Juna tentang siapa temannya yang tadi malam menolongnya.
"Hey Zheyya!" baru saja dipikirkan, Juna menghampiri Zheyya dengan seorang teman lelakinya.
"Eh? Juna ...." Zheyya tersenyum lalu menunduk.
"lo pemalu banget sih," celetuk Juna melihat Zheyya yang tertunduk malu.
Teman Juna yang melihat Zheyya salah tingkah menyikut lengan Juna.
"Juna, itu ....”
"Zheyy ...." mereka berbicara bersamaan .
"Hahaha! Jun lo kocak amat sih," tawa teman Juna buncah, seperti melihat sesuatu yang tidak biasa Juna lakukan.
"Berisik lo!" ketus Juna.
"Ini Dafa, temen gua, dia ga percaya semalem gua anterin cewek. Makanya gua bawa dia kemari biar dia pastiin langsung ke orangnya," ujar Juna menjelaskan pada Zheyya.
'penting banget ya hal begitu?' batin Zheyya, merasa heran.
"Iya, semalen Juna anterin aku," tutur Zheyya.
Juna melirik Dafa bangga.
"Yaelah, lo bawa serius amat sih Jun! iya gua percaya iya! dah deh gua cabut duluan mau sebat dulu!" Dafa pun berlalu meninggalkan Juna dan Zheyya.
Mereka pun merasa canggung. "Oh iya, lo mau ngomong apa tadi Zhey?" tanya Juna mencairkan suasana.
"Oh ... itu, aku mau tanya ...."
Kring! Kring!
Tiba-tiba bel masuk berbunyi, para siswa berlarian masuk kelas. Obrolan mereka pun tertunda.

Komento sa Aklat (48)

  • avatar
    maisacinta

    keren sekali

    24d

      0
  • avatar
    JoniMarjo

    amazing

    12/08

      0
  • avatar
    BeatrizSamara

    bomm

    06/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata