logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 2 | Pertemuan

Juli, 2015.
Gadis itu duduk paling depan di kelas yang bising dengan kesibukannya masing-masing. Mencurat coret buku tulisnya, tanpa peduli dengan yang lainnya. Zheyya mutia, siswi kelas X di SMA Bahagia. Wajahnya terlihat muram, bibirnya dikerucutkan lalu menunduk menatap kedua kakinya yang dibungkus sepatu hitam polos. ‘Kapan pelajarannya dimulai sih? Gurunya juga ga datang-datang,' gerutu Zheyya dalam hati.
Di antara semua murid, hanya Zheyya yang tidak beradaptasi. Dia tidak menegur sapa atau menghiraukan siapa pun. Bagi Zheyya, sekolah hanya untuk belajar. Dia tidak ingin menjalin pertemanan yang tidak perlu. Sekali lagi, Zheyya menatap ke arah jam dinding di atas papan tulis. Pukul 9 tepat, dan itu menjadi awal pertemuan siswa siswi baru yang ricuh tanpa arahan. Tak ada guru ataupun kakak kelas OSIS yang datang membimbing.
Zheyya yang mulai bosan melirik jam dinding, menundukkan kepalanya lagi lalu menangkupnya dengan kedua tangan yang dilipat di atas meja. Perlahan matanya menutup. Namun tiba-tiba ... Kelas menjadi hening. Refleks zheyya mengangkat kepalanya dan duduk tegap. Matanya langsung menatap ke arah siswa yang datang dari arah pintu masuk. Seperti yang dilakukan semua murid di kelas itu. Bagaimana tidak? Selain penampilannya yang mencolok, siswa itu juga cukup menarik perhatian.
"Famous boy pentolan SMP TAMAN BAHAGIA" bisik seorang siswi di belakang Zheyya.
'Really? Ffft ... Famous boy?' Zheyya terkekeh dalam batin, meski begitu dia tak mengalihkan pandangannya.
“Kanha!" Seru seorang siswa yang duduk di barisan samping Zheyya sambil menepuk-nepuk kursi kosong di sisinya.
Namun Kanha acuh, dan malah mendekat ke arah kursi di samping Zheyya.
Drrrk ....
Kursi itu digeser dan dia pun duduk santai. Zheyya menghela nafas berat, merasa apa yang dia lakukan sia sia. 'Kirain yang dateng guru atau OSIS' batin Zheyya. Lalu dia pun menurunkan bahunya dan menyender ke kursinya lagi dengan santai.
Tapi tak lama kemudian tiga orang siswi dengan rok SMP datang menghampiri Kanha. Mencubit lengannya yang sedang asyik memainkan Blackberry Gemininya sembari menunduk. Kanha pun menengadah, lalu merespons dengan senyuman kecil. Sontak dua gadis lainnya berteriak histeris.
"Aaaa! ... Ciye! ... Ciye! ... Jenny dan Kanha!" Dan sekali lagi Kanha menjadi pusat perhatian seisi kelas.
Zheyya yang merasa risi, ikut melirik mereka. Melihat lirikan Zheyya, gadis itu menggelayut mesra di lengan Kanha sambil menatap sinis ke arah Zheyya.
'What's wrong with me?' batin Zheyya tak habis pikir, lalu memalingkan wajah dan menutupnya dengan buku.
Zheyya yang tak ingin menjadi pusat perhatian menjadi sangat tidak nyaman, karna ikut terlihat di antara pasangan itu. Iris mata Jenni yang berbinar menatap Kanha dengan malu, dan wajah putihnya semakin terlihat imut saat kedua lesung pipinya ikut merona. Hanya dengan melihat sudut bibir Kanha sedikit melengkung saja, gadis-gadis berteriak histeris. Namun lain dengan pandangan Zheyya, baginya Kanha tidak menarik perhatiannya sama sekali.
Romansa SMA, kisah cinta klise yang umum terjadi. Manis dan mendebarkan! Cinta? Itu tidak ada di kamus Zheyya. Baginya cinta adalah hal tabu, perasaan yang harus ia hindari. Lingkungan dan tuntutan keluarga membentuknya menjadi pribadi yang kaku, dan berpikiran kolot. Di usia remajanya Zheyya sudah harus bekerja sangat keras. Berjualan kue keliling, mengasuh anak tetangga, atau melakukan apa saja demi beberapa lembar rupiah meski harus melakukan pekerjaan yang cukup berat.
Teng! Teng! Teng!
Bunyi bel sekolah membangunkan Zheyya dari mimpi singkatnya.
“Oke, hari ini sampai di sini saja. Kalian boleh pulang! Jangan lupa bawa alat alat yang kakak suruh untuk kegiatan besok!” ujar seorang siswa dengan seragam OSIS, sambil menutup spidol yang baru saja ia gunakan lalu meletakannya di atas meja.
Semua murid pun berhamburan keluar kecuali Zheyya yang masih melongo sambil mencerna situasi. Beberapa saat kemudian akhirnya kelas pun hening. Zheyya mengeluarkan pulpen dengan malas, lalu mencatat tulisan yang ada di depannya. Tiba tiba ....
“Pules banget tidurnya, besok-besok bawa bantal gih,” celetuk seseorang di belakang Zheyya. Sontak Zheyya pun menoleh kaget. Ternyata sedari tadi Kanha berdiri di belakangnya. Namun Zheyya memasang wajah sedatar mungkin, dan malah kembali menulis tanpa menggubris kehadiran Kanha.
Melihat Zheyya yang mengacuhkannya, Kanha berjalan gontai pergi meninggalkan ruangan itu. Setelah Kanha pergi, gadis itu membuang nafas kasar sambil memegangi dada sebelah kirinya.
“Dasar cowo aneh, gajelas! Bikin kaget aja!” Zheyya mendengus kesal.
Selesai menulis, Zheyya memasukkan buku dan pulpennya ke dalam tas. Lagi-lagi Zheyya menghela nafas berat seakan enggan melakukan apa pun, lalu meregangkan badan mungilnya sambil menatap ke luar jendela. Terlihat lapangan sekolah dengan beberapa pohon rindang di kedua sisinya. Semilir angin menggoyangkan dedaunan pohon-pohon itu, lalu masuk ke sela ventilasi jendela kelas. Zheyya pun refleks menarik nafas dalam-dalam, merasakan kesejukan saat kedua manik matanya ia pejamkan sesaat. Tapi kali ini gadis ini bangkit dari duduknya, menggendong ransel hitamnya dan berlalu dari sana.
Sementara itu, Kanha bersenandung kecil menikmati semilir angin bersama CBR oren khasnya. Lalu terkekeh saat mengingat kejadian di kelas tadi. Ia sengaja berdiri di belakang Zheyya saat murid-murid lainnya berhamburan keluar untuk pulang, demi menutupi sobekan di punggung baju Zheyya.
“Sialan. Ngapain juga gua repot-repot nutupin punggungnya kalo tau dia gak tau trimakasih gitu!” umpat Kanha.
Saat sedang asyik bermonolog, tiba-tiba gawai di saku celananya bergetar. Kanha pun menepikan motornya lalu mengambil ponsel itu.
[Bae, kamu jadi ke tongkrongan gak?]
Tanya seorang perempuan dari seberang, saat Kanha mengangkat teleponnya.
“Ya jadi lah sayang ....” Jawab Kanha manja.
[Oke ditunggu. Jangan lama-lama, udah kangen nih.]
“Iya, gua lagi di jalan nih. Tungguin aja ok?” Kanha menutup telepon tanpa menunggu jawaban. Lalu menghapus daftar panggilan dengan nama kontak *Player 13 itu sebelum akhirnya memasukkan gawainya kembali ke saku celananya.
Dengan mimik wajah yang berubah, Kanha melajukan kembali motornya. Melesat di atas aspal dengan kecepatan tinggi. Menyalip setiap kendaraan yang menghalangi jalannya.

Komento sa Aklat (48)

  • avatar
    maisacinta

    keren sekali

    24d

      0
  • avatar
    JoniMarjo

    amazing

    12/08

      0
  • avatar
    BeatrizSamara

    bomm

    06/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata