logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Tom & Jerry

Kara terbangun setelah hampir dua jam tertidur. Dengan satu gerakan pelan ia bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur yang dialasi dengan sprei linen berwarna putih tulang. Kaki kanannya terasa sakit.
Ia memandang ruangan kamar dengan bingung, sebuah kamar yang tampak cukup kuno dengan beberapa foto sepasang wanita dan pria terpajang rapi di dinding. Terdapat satu kursi goyang yang menghadap ke jendela yang menyajikan pemandangan kanal yang membeku.
Kata tersentak,
Teringat tadi ia sempat terperosok ke dalam lubang di kanal yang beku saat sedang melakukan Ice Skating bersama Bagas.
Bagas?
Dimana dia?
Kara menoleh ke cermin berbentuk diamond yang tepasang di dinding di sebelah tempat tidur.
Astaga! Ia memakai baju siapa?
Dan siapa yang menggantikan bajunya?!
Dengan langkah tertatih ia berjalan keluar dari kamar, tidak ada orang. Ia mulai mengarahkan langkahnya menuju dapur, dan di sana terlihat Bagas sedang duduk dengan seorang bapak tua sambil meminum sesuatu, yang nampaknya seperi sherry atau sejenis anggur yang sudah di fortifikasi.
Sementara itu di depan kompor yang menyala, seorang Ibu Tua tampak sedang memasak sesuatu yang aromanya membuat perut Kara langsung berteriak minta diisi.
"Hai,"
sapa Kara pelan.
Bagas, Bapak Tua dan Ibu Tua itu menoleh.
"Hai Kar, udah bangun? Gimana kakinya?"
Tanya Bagas seraya bangkit menghampiri Kara yang berjalan tertatih ke arahnya.
Kara menghentikan langkah, menunduk melihat kaki kanannya. Terlihat memar berwarna biru keunguan dan bekas luka di beberapa bagian.
"Yah not bad. Masih sakit sih."
Bagas memegang tangan Kara membimbingnya untuk duduk bersama ia dan Bapak Tua di kursi.
Kara melirik Bagas sedikit saat Bagas memegang tangan Kara, ia merasa agak canggung.
"Halo Tuan dan Nyonya, maaf sudah merepotkan,"
tukas Kara dengan bahasa Belanda yang fasih. Ibu Tua dan Bapak Tua saling pandang lalu tersenyum lebar,
"Kamu bisa berbahasa Belanda dengan Baik!" Pekik Ibu Tua sambil mematikan kompor dan menghampiri Kara.
"Saya Eline, dan ini suami saya Curtis. Sejak tadi kami berbicara dengan calon suami anda dengan bahasa Perancis karena ia tidak lancar berbahasa Belanda. Sementara bahasa Perancis saya sudah agak payah!"
Cerocos Eline sambil sesekali tertawa kecil.
Kara meringis,
"Calon suami saya memang agak bodoh,"
sahut Kara yang langsung di hadiahi satu injakan keras tepat dibagian kakinya yang sakit.
"AWWW BAGAS SAKIT! KASAR BANGET SIH HUH!"
Omel Kara sambil berjalan pincang dan menghempaskan tubuhnya di atas kursi dapur.
Bagas terkejut karena tadi ia berniat menginjak kaki Kara yang satunya,
"Sorry sorry tadi gue mau injek yang sebelah kiri!"
Kara mendengus sebal, tapi lalu ia tersadar disana ada Eline dan Curtis yang sedang tersenyum melihat tingkah mereka.
"Maaf sekali, saya merepotkan,"
tukas Kara sambil menatap Eline dan Curtis bergantian.
"Tidak apa-apa, kami senang membantu. Tadi kamu tampak kedinginan sekali, untung saja calon suami kamu cepat menolong, kalau tidak kamu bisa terserang hipotermia!"
Ujar Curtis dengan serius.
Kara langsung melirik Bagas, ingin mengucapkan terimakasih tapi tertahan rasa gengsinya yang selangit.
"Oh iya Eline, terimakasih ya bajunya! Terimakasih juga sudah menggantikan baju saya yang basah."
Kara menatap Eline sambil tersenyum hangat.
Eline yang sedang menuangkan makanan ke dalam mangkuk besar tersenyum,
"Tidak masalah, oh iya bajumu yang basah sudah dikeringkan, nanti bisa kamu kenakan kembali kalau kamu malu memakai baju nenek-nenek!"
Kara, Bagas dan Curtis kompak tertawa.
Kara melirik Bagas,
"Emang ngerti?"
"Bawel!" Sahut Bagas sambil melengos.
"Oh ya, yang menggantikan baju kamu bukan saya, tapi calon suami kamu. Berterima kasihlah padanya!"
Tambah Eline seraya meletakkan mangkuk besar di meja makan.
DEG
Kara otomatis menutup dadanya dengan kedua tangannya yang menyilang. Ia merasa ternodai, lalu ia menatap Bagas tajam seolah meminta penjelasan.
Bagas menelan ludah,
"Saya gak liat apa-apa! Waktu gantiin baju, saya tutupin kamu pakai selimut! Sumpah!"
Bagas membela diri dengan sungguh-sungguh.
Kara masih memonyongkan bibirnya sambil terus menatap Bagas,
"Kamu pegang-pegang saya ya?!"
Bagas melotot,
"Gila kali! Enggaklah! Kayak bagus ajaaaa, pede banget!"
Satu cubitan keras mendarat di pinggang Bagas, membuat Bagas mendengus kesakitan.
"Kalo sampai ketauan macem-macem awas kamu ya! Saya bakal semprot lagi kamu pake pepper spray!"
Omel Kara kesal. Bagas hanya mendengus tak peduli.
Eline dan Curtis saling pandang lalu tertawa,
"Kami tidak mengerti kalian berbicara apa, tapi kalian benar-benar lucu sekali seperti tom dan jerry ha ha haa! Mengingatkan saya dan Eline dulu, waktu kami masih muda!"
Ujar Curtis seraya bangkit membantu istrinya menyiapkan makan malam untuk mereka.
"Wah kelihatannya lezat sekali!"
Pekik Kara sambil menatap Sup Ercis dengan beberapa potongan wortel dan daging ayam panas yang tersaji di depan mereka.
"Yah semoga rasanya selezat tampilannya, makan sup ini dengan roti!"
Sahut Eline, ia menyorongkan satu keranjang roti yang sudah dihangatkan pada Kara dan Bagas.
Curtis berdiri mengambil satu gelas Sherry dan meletakkannya di depan Kara,
"Ini Sherry enak! Lumayan untuk menghangatkan tubuh!"
Ujarnya sambil menuangkan Sherry ke dalam gelas Kara.
Malam itu mereka berempat menghabiskan makan malam bersama sambil mengobrol dengan bahasa yang dicampur-campur karena Bagas tidak mengusai bahasa Belanda dengan baik.
"Wah kenyangnya! Terimakasih banyak Eline Sup nya lezat sekali! Dan Curtis astaga saya tidak pernah meminum Sherry seenak ini! Palo Cortado Tradicion from Spain, oke akan saya masukan ke dalam list wine favorit saya!"
Tukas Kara seraya menatap dua botol Sherry yang terletak di depan mereka.
Bagas melirik Kara, dia tidak menyangka pengetahuan Kara tentang minuman beralkohol cukup baik juga.
"Kalian akan menginap?"
Tanya Eline dengan wajah berharap Bagas dan Kara akan mengiyakan.
"Maaf Eline, Curtis, tapi besok kami harus melanjutkan perjalanan ke Brussel. Lain kali kami akan mampir kesini jika kebetulan sedang ke Belanda,"
jawab Bagas tanpa meminta pendapat Kara, tapi Kara tidak protes, mereka kan akan ke Brussel lusa! Bukan hari ini. Mungkin Bagas enggan menginap disini atau apa.
Jam menunjukkan pukul 9 malam saat Kara telah selesai berganti baju. Mereka berbasa-basi sebentar sebelum berpamitan pulang.
"Saya tidak akan melupakan kebaikan kalian hari ini, walaupun baru bertemu kita sudah seperti kenalan lama!"
Tukas Kara, tangannya memegang tangan Eline hangat.
"Datanglah ke pernikahan kami! Nanti akan kami kirim undangannya!"
Pekik Kara, membuat Bagas langsung menatapnya dengan tatapan bertanya.
Curtis tertawa,
"Wah di Indonesia?"
"Tidak! Di Positano Italia! Dekat kan?! Datang ya!"
Kara sangat percaya diri seolah-olah pernikahannya benar-benar akan digelar di Positano Italia.
Eline dan Curtis mengiyakan, lalu sebelum berpisah mereka saling berpelukan hangat, seperti kawan lama.
"Kamu pede banget, emang kita beneran bakal nikah di Positano?"
Ledek Bagas saat mereka sudah berada di dalam mobil.
Kara melirik sebal,
"Katanya kamu mau usahain! Huh! Pokoknya itu wishlist saya!"
Bagas mendengus tak menyahut. Ia mulai menginjak pedal gas, dan mobil melaju perlahan membelah jalanan malam meninggalkan Desa Giethoorn yang indah.
"Kamu tadi bilang ke Eline kalau kita mau ke Brussel besok?
Kita kan ke Brussel lusa?"
Tiba-tiba Kara teringat ucapan Bagas pada Eline tadi.
"Kita ke Brussel besok, saya ada urusan mendadak disana,"
sahut Bagas singkat dan datar.
Kara mulai kesal,
"Kan saya masih ada itinerary lain! Kok seenaknya aja gitu sih! Gak nanya juga!"
Gerutu Kara sambil memalingkan wajahnya ke jendela.
Bagas menghela nafas panjang,
"Ada orang yang harus saya temui, ini penting, menyangkut rencana pernikahan kita akan jadi dilaksanakan atau tidak."
Jawab Bagas, seperti biasa dengan nada datar.
Kara langsung menoleh,
"Jadi kamu ada plan B? Kalau nikah nya gak jadi nasib saya gimana dong!!!"
Kali ini Kara benar-benar kesal, Bagas benar-benar semena-mena dengannya. Mentang-mentang dia yang punya uang!
*****

Komento sa Aklat (679)

  • avatar
    Nining Rachman

    Akan lebih baik jalan ceritanya berakhir tidak menggantung, boleh2 saja agar pembaca yg berpikir untuk kelanjutan ceritanya, maka akan sempurna ceritanya

    27/06/2022

      1
  • avatar
    Hasiah Icha

    next dong lanjutanx soalx cerita makin seru aja.jd penasaran dech gma kelanjutanx

    24/06/2022

      0
  • avatar
    NurbaitiNengsih

    Seruuuu bgt kak lanjut donk 👍👍😍😍

    23/06/2022

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata