logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Mas Dika Dan Cindy Darimana?

Bab 6: Mas Dika dan Cindy darimana?
Aku tersenyum sinis dengan permintaan Cindy, bisa-bisanya ia memintaku untuk menjadi babu di rumahnya.
Bukankah aku tamu, dan lagi, apa Cindy tidak mencari jalan lain, misalnya mencari babu sementara atau jasa cleaning service yang dibayar perhari, entah itu apa namanya.
"Aku nggak tahu Cindy, soalnya, ini rumah besar. Aku juga ngurusin anak-anak, apa mungkin aku bisa dengan maksimal ngerjain tugas-tugas bibi di rumah ini?"
Bukan aku menolak. Namun, anak-anak adalah prioritas utamaku. Aku dan Mas Dika sepakat untuk hal ini.
"Mbak jangan khawatir. Nanti gaji bibi aku kasihkan ke Mbak, kok," balasnya.
Mataku membulat. Bisa-bisanya ia berpikir aku menolak dengan alasan gaji.
"Kamu tuh apa-apaan sih Cindy! Ini tih bukan masalah gaji, ini tuh masalah ... "
"Ibu pikir, apa yang di minta sama Cindy itu hal yang wajar deh Wafa. Kamu kan di sini numpang, wajar dong kamu bantu-bantu di sini, menurut ibu sih wajar deh!"
Ibu mertuaku memotong alasan yang hendak ku berikan pada Cindy.
Aku menoleh ke arah mertuaku, bisa-bisanya wanita itu mengatakan wajar, aku yang harus menggantikan bibi, asisten rumah tangga.
Mengerjakan tugas di rumah ini, sedangkan ia sendiri tahu bahwa aku memiliki dua bocah cilik, dan kedua putra-putriku adalah prioritas utamaku. Aku bahkan rela tak bekerja demi kedua buah hatiku.
"Bu, Ibu kan tau, Delon sama Della, lagi butuh- butuhnya perhatian aku, jadi aku tuh nggak mungkin ... "
"Kamu tenang aja, ibu yang akan momong anak-anaknya Dika, mereka kan cucunya ibu. Biar ibu aja yang urus, kamu untuk sementara waktu ngerjain pekerjaan bibi, masa kamu di sini cuma numpang sih!" kritiknya blak-blakan.
Aku menghela napas kasar, setajam itu ibu mertuaku berulang kali mengatakan ucapan ulang mencubit hatiku. Hanya karena aku yang hanya numpang di sini, padahal aku dan Mas Dika sudah sepakat bahwa kami hanya numpang beberapa hari disini, setelah kami gajian, kami akan secepatnya angkat kaki dari rumah ini.
"Tapi Bu ... "
"Dika! bilangin sama istri kamu, untuk bisa menjaga etika dia, apa salahnya sih dia bantu-bantu menghandle pekerjaan bibi di rumah ini, cuma sementara. Lagian Cindy juga bakal bayar kok!"
Ibu mertuaku terlihat kesal padaku, ia bahkan dengan blak-blakan meminta agar Mas Dika membujukku untuk menyetujui agar menghandle pekerjaan asisten rumah tangga di rumah ini.
Mas Dika pun menoleh ke arahku, ia terlihat kebingungan. Namun, juga tak berdaya.
"Sayang, nggak papa kan? toh cuma untuk sementara waktu kok, sampai bibi pulang ke rumah ini lagi."
Mas Dika benar-benar menuruti apa yang diperintahkan oleh ibunya. Aku kalah. Dan dari ujung mata, bisa kulihat ibu yang tersenyum penuh kemenangan atas sikap Mas Dika yang ikut-ikutan menekanku.
"Tapi Mas ... "
"Ayolah Wafa sayang, kan cuman beberapa hari, nanti juga kalau bibi udah balik lagi, kamu nggak perlu ngerjain tugasnya bibi."
Lagi-lagi Mas Dika menekanku.
Akupun mengangguk-anggukan kepala, pasrah disertai dengan perasaan dongkol bukan main. Entah mengapa, rasanya harga diriku seperti dihinakan begitu saja. Bukankah aku seorang istri? mengapa Mas Dika bisa bisanya menyuruhku untuk menggantikan seorang babu.
"Bukankah Mas bilang bahwa aku ke sini adalah menjadi tamu? lalu kenapa tiba-tiba menjadi babu!" ujarku sinis.
Aku menghela napas panjang lalu meraih Dila dari pangkuan Mas Dika. Suamiku terlihat malu dengan pernyataan dariku.
"Aku mau istirahat! aku capek!" ucapku pamit.
"Ya udah, kamu duluan aja istirahat aku ada yang pengen diobrolin sama Mas Dika."
Cindy menahan suamiku untuk tetap duduk bersamanya. Wanita itu menatap Mas Dika dengan bahasa isyarat. Membuat suamiku semakin bingung.
"Ya udah sayang, kamu duluan aja ya,"
Mas Dika pun seolah pasrah dengan penahanan dari Cindy, ia bukannya membujukku atau meminta maaf atas apa yang terjadi hari ini. Tapi, dia malah seolah-olah mewajarkan apa yang terjadi saat ini dan hatiku semakin dongkol.
***
Ku rebahkan tubuhku setelah kedua putra putriku tertidur di ranjang.
Sudah hampir 1 jam Mas Dika bercengkrama bersama dengan ibu dan Cindy, apa yang mereka bicarakan tanpa kehadiranku? dan aku entah mengapa rasanya menjadi seperti asing untuk mereka, tiba-tiba aku merasa seperti amat tak berharga atau merasa tersisihkan.
Tiba-tiba saja rasa kantuk menyerangku, aku pun mulai menikmati rasa rileks menuju ke alam mimpi, perlahan tapi pasti tubuhku sangat rileks dan aku pun tertidur.
***
Ku raba-raba dengan tangan kananku posisi disampingku kosong. Sedangkan mataku masih terpejam.
Dengan kewarasan yang belum terkumpul sepenuhnya, kubuka mata, lalu mengerjap.
Aku melotot terkejut ketika sudah hampir tengah malam Mas Dika belum jua ada di sampingku.
Kemana dia? apa mereka bertiga masih saja berbicara?
Dengan masih perasaan yang kesal di hati dan dengan perasaan malas-malasan, ku paksakan diri beranjak untuk melihat apa yang saat ini Mas Dika kerjakan bersama kedua wanita itu.
Kulangkahkan kaki dengan setengah mengendap-ngendap, memindai apa yang terjadi di ruangan tamu.
Pikiranku berkecamuk Mas Dika sedang apa? mereka sedang ngobrol apa? dan mengapa selama ini mereka berbincang sampai berjam-jam.
Dengan pelan-pelan aku pun menoleh ke arah ruangan tamu.
Nihil.
Mas Dika, Cindy dan ibu mertuaku tak ada.
Kemana mereka?
Dengan perasaan yang menggunung penasaran, akupun mencari-cari keberadaan Mas Dika ke dapur, ke depan, bahkan ke taman.
Sayangnya mereka tak kutemukan.
Lalu kucari ke kamar tamu dan aku melihat ibu mertuaku yang tengah terlelap di ranjangnya.
Jika ibu mertuaku tertidur, bahkan terlelap di ranjangnya, lalu di mana Mas Dika dan Cindy?
Perasaanku semakin tak enak, mengapa mereka tidak ada?
Tubuhku lemas, pikiranku menerawang ke alam lain, menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
Detik berikutnya kudengar suara deru mobil, tepat berhenti di hadapan rumah ini.
Dengan pelan-pelan, aku pun melangkahkan kaki menuju sebuah kaca depan rumah untuk melihat mobil siapa yang terparkir di halaman rumah ini.
Dan aku terkejut, karena mobil yang terparkir adalah mobil mewah yang berwarna merah, alias mobil kepunyaan Cindy yang beberapa hari lalu aku tumpangi.
Dan lebih mengejutkannya lagi, adalah ketika Mas Dika yang keluar dari mobil itu, bersamaan juga dengan Cindy yang ikut keluar dari mobil itu. Anehnya, wajahnya Cindy begitu di penuhi dengan keceriaan.
Turun disertai gelak tawa yang renyah, melihat keadaan itu, jujur, dadaku bergejolak, hatiku memanas.
Apakah aku cemburu pada suamiku?
Dengan perasaan kesal, aku pun menunggu mereka, tepat di pinggir pintu. Aku ingin mengagetkan mereka yang tengah bersenang-senang berdua, entah apa maksud dari itu.
Pintu pun dibuka, perlahan Cindy masih saja tertawa renyah, begitu juga dengan Mas Dika, keduanya begitu ceria.
"Baru pulang ya Mas! dari mana aja nih!"
Aku sengaja membelah keceriaan mereka berdua, dan betapa menyenangkan sekali, melihat ekspresi wajah Mas Dika, yang kaget melihat aku tengah berdiri, dengan menyilangkan kedua tangan di dada. Dimana ekspresi wajahku yang kubuat sesangar mungkin.
Detik itu juga wajah Mas Dika menegang.
Hayo, jawaban apa yang akan kamu buat Mas!
Dadaku bergemuruh menanti jawaban suamiku.

Komento sa Aklat (275)

  • avatar
    waaphrr

    they say , if you lose something, it will be replaced with something better . however, I never interested with new people . I just want her back to be completely mine . It's sucks to realize the fact that you either gonna be the girl that i married to or the story that i tell my son when he get his first heartbreak . deeply inside i regret we cannot continue our story , im sorry it was all my fault , i will always wait for the last chance but i know it wont happen , i miss you . I miss us .

    30/08/2023

      0
  • avatar
    SetiadiWandi

    wahh kerennn kakkk 👍👍 penuh dengan cerita menarik dan pelajaran yang di petik.

    30/06/2022

      8
  • avatar
    SuhuWisnu

    iya

    6d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata