logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Aku Capek

Diane masih terpantau mengawasi Siska yang baru keluar dari gedung kampus fakultasnya. Malaikat maut itu mengecek presentasi resiko bunuh dirinya yang perlahan semakin naik.
Sudah waktunya dirinya harus menyapa dengannya. Diane berjalan mendekati Siska yang tengah duduk menunggu bis datang di halte.
Diane tengah duduk di sebelah Siska dan mereka berdua tengah terdiam satu sama lain.
"Permisi..." Siska menoleh ke arah Diane dan memasang wajah kebingungan.
"Apakah anda memiliki tisu kering?"
"Saya punya. Sebentar..." Diane yang tengah menutup area hidung dan mulutnya menggunakan tangan kanannya menunggu mahasiswi semester akhir itu mengeluarkan tisu miliknya.
Siska akhirnya menyerahkan dua lembar tisu kepada Diane dan wanita berponi rata itu langsung mengambil dan membersihkan darah di hidungnya.
"Kamu mimisan?" Siska mulai khawatir melihat darah dari hidung Diane semakin bertambah keluar.
"Ah! I-iya..." balas Diane suara pelan.
Diane sengaja menggunakan kekuatannya seakan-akan dirinya sedang mimisan sungguhan.
Siska yang mulai panik itu membantu Diane agar darahnya berhenti keluar.
"Kamu baik-baik saja?" Diane mengangguk pelan menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.
Siska buru-buru memberikan botol air mineral yang dia barusan beli di kantin kampus. "Minumlah... Aku belum memakainya sama sekali."
Dengan terpaksa, Diane menyerahkan minuman tersebut dan menghabiskan.
Mereka berdua kembali diam satu sama lain hingga Diane berkata, "Akhir-akhir ini... Tugasku masih banyak yang harus aku kerjakan."
Siska menoleh sedikit ke malaikat maut itu yang sedang menyamar menjadi mahasiswi.
"Bahkan aku tidak sanggup mengerjakan tugas itu..."
"Rasanya capek jika dipaksakan seperti itu." Siska terdiam beberapa saat. Curahan yang dialami oleh Diane sama dengannya.
"Ya, rasanya benar-benar capek. Capek untuk hidup." Diane langsung menoleh ke arah Siska dengan tatapan kebingungan.
"Kenapa?"
Siska terdiam beberapa saat dan wanita muda itu akhirnya menceritakan semuanya.
Bukan hanya masalah skripsi, tetapi masalah keluarga yang semakin besar.
Kedua orang tuanya beberapa hari yang lalu berpisah. Ayahnya ternyata selingkuh dengan teman satu kantornya.
Hak asuh dipegang oleh ibunya. Sehingga perekonomian keluarganya semakin turun. Siska ingin membantu ekonomi keluarganya, membayar biaya sekolah adiknya dan dirinya.
Tetapi, ibunya menolak keras dan meminta Siska untuk fokus kuliah.
Dia semakin stress karena skripsi dia belum kelar dan dosen pembimbingnya tidak membantu dia sama sekali.
Siska menghela nafas panjang dan kedua wanita itu saling diam satu sama lain.
Beberapa saat kemudian, Diane berkata, "Aku jadi ingat dengan perkataan ibuku dulu..."
"Kata ibuku, jika kamu mengalami kesulitan, tenangkan dirimu dan kerjakan sebisamu." Siska kembali menoleh ke arah Diane.
"Aku juga berpikiran sama denganmu. Capek untuk hidup. Di sisi lain, jika aku meninggal, siapa yang jaga ibuku nanti?"
Diane tersenyum lembut dan melanjutkan perkataannya. "Aku memiliki keinginan suatu saat nanti aku harus membahagiakan ibuku."
Siska termenung beberapa saat. Perkataan Diane sukses membuat hatinya luluh. Dia baru saja teringat dengan ibunya serta adiknya yang selalu menunggu dan mendukungnya.
Beberapa saat dia semangatnya kembali lagi. Siska memiliki keinginan yaitu membahagiakan ibunya serta adiknya.
Siska bangkit berdiri dan Diane segera menoleh ke arahnya. Bersamaan dengan bis telah tiba di depan halte.
"Terima kasih atas curahannya." Siska berjalan menuju ke dalam bisa dan sebelum naik, Siska menoleh ke arah Diane.
"Kamu harus istirahat, oke?" Diane mengangguk dan setelah bis telah pergi, malaikat maut itu segera mengeluarkan ponsel pintarnya.
Data presentasi resiko bunuh diri milik Siska langsung turun drastis.
Misinya telah selesai. Diane berjalan kembali ke perusahaan. Sekalian mengecek dengan anak magang itu.
********
"Bagaimana dengan misimu, Diane?" Ujar direktur menyadari bahwa wanita itu telah datang di ruangan direkturnya.
"Berjalan lancar, direktur." Ujar Diane dengan nada datar.
"Oh ya... Masalah kasus Andy kemarin..." direktur terdiam beberapa saat dan akhirnya direktur menjawab, "Ada kesalahan teknis. Seharusnya Andy meninggal akibat dibunuh bukan bunuh diri."
"Tapi... Kenapa bisa begitu?" Direktur menghela nafas panjang.
"Aku juga tidak tau kenapa. Tim pencatat arwah sedang menginvestigasi tentang kasus itu."
Direktur melirik ke arah Diane dan berkata, "Temuilah anak magang itu. Tampaknya dia ingin berbicara sesuatu kepadamu."
Diane mengangguk kecil dan segera berjalan meninggalkan ruangan direktur.
"Oh ya satu lagi!" Seru direktur membuat Diane berhenti berjalan dan menoleh ke belakang.
"Setelah urusanmu dengan anak magang selesai. Panggil dia ke sini."
Diane mengangguk lagi dan segera meninggalkan tempat.
Sementara itu, Izekiel tengah duduk di atas sofa di ruangan kerja Diane. Menunggu ketua divisi pengawal arwah itu kembali.
Pintu besar berwarna hitam dengan aksen klasik bewarna emas itu terbuka dan memunculkan sosok yang mantan prajurit itu cari.
Izekiel langsung bangkit berdiri dan Diane segera berjalan mendekati Izekiel.
"Kamu ingin membicarakan apa?"
"A-aku...." dengan gugupnya, Izekiel berkata, "Aku meminta maaf atas perkataanku yang kasar kemarin."
Diane terdiam beberapa saat, kemudian dia membalas, "Apa kamu tau kesalahanmu?" Lelaki itu mengangguk kuat dan Diane langsung melipatkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Ingat, Ijak. Kamu harus berpikir dengan logis apa yang harus kamu lakukan ke depannya, mengerti?"
"Mengerti, bu." Diane kemudian berjalan menuju ke tempatnya.
"Oh, ya! Direktur ingin berbicara denganmu." Kata Diane sambil membuka dokumen yang harus Diane kerjakan.
"B-baik..." balas Izekiel pelan dan segera berjalan meninggalkan ruang kerja Diane.
Setelah Izekiel pergi, Diane segera menyalakan komputer dan mencari sosok Izekiel sebenarnya.
Dimulai dari nama panjangnya adalah Izekiel Hartgile. Seorang ksatria berpangkat sersan di Kerajaan Ardatis. Sebuah kerajaan yang luas dan makmur.
Dia adalah sahabat dari Komandan Eric Van Dumorigh, kstaria yang disebut sebagai pahlawan kerajaan itu.
Komandan Van Dunorigh dikabarkan akan menikah dengan putri mahkota di kerajaan itu, Putri Felicia yang diketahui juga merupakan wanita yang disukai oleh Izekiel.
Diane berdecak malas. Kisah cinta yang cukup tragis.
Meski Izekiel dipandang sebagai 'bayangan' Eric, persahabatan mereka selalu erat dan bersama. Tidak bisa dipisahkan.
Diane melanjutkan dengan membaca kisah hidup Izekiel dari lahir hingga mati. Hampir keseluruhan, lelaki itu mengalami kehidupan yang pahit dan memilukan.
Pantas saja dewi memberikan hadiah berupa Izekiel akan hidup kembali dengan kehidupan baru yang serba enak dan mudah.
Dia memutuskan untuk tidak membaca profil Izekiel secara keseluruhan sambil menghela nafas panjang dan memijit kepalanya yang terasa pusing dan berat. Akibat pekerjaannya yang terus bertambah serta dia mengalami kesusahan tidur belakangan ini.
Pekerjaan bersama mantan ksatria akan menjadi menyulitkan kali ini.
Ya, terutama Izekiel, si mantan ksatria yang tentu saja tidak tau apa-apa soal kehidupan yang serba modern ini.
Diane harus ekstra mengajarkan Izekiel perbedaan budaya ini.

Komento sa Aklat (172)

  • avatar
    MiiRed

    bagus ceritanya

    1d

      1
  • avatar
    BudyantoAgus

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    YantoDaryanto

    ceritanya bagus

    6d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata