logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Kerusuhan Dua Penguntit

Misi Amoy dan Ana berlanjut hingga minggu ke tiga. Di sela-sela latihan, mereka mencari celah untuk berbincang dengan Key.
“Onii-san, O-genki desuka?”
Rana berusaha untuk bersikap ramah dengan bertanya kabar pada Key yang terlihat sangat dingin saat memposisikan diri menjadi seorang pelatih.
“Baik!” Key hanya menjawabnya singkat.
“Yoi o-tenki desu ne?”
Amoy menatap langit yang cerah dan menyatakan bahwa cuaca hari ini cerah. Laki-laki itu memandang aneh ke arah Amoy. Melihat eskpresi wajah Key, gadis itu nyengir kuda. Sepertinya mood Key sedang buruk.
“Onii-san, Suppotsu wa suki?”
Pertanyaan Rana jauh lebih konyol dari pernyataan Amoy tadi, dia bertanya apakah Key menyukai olah raga. Mereka berdua terlihat seperti orang bodoh di hadapan Key.
“Iya lah, kalo gak suka ngapain capek-cepek Taekwondo?” seru Key ketus.
Rana menunduk, merasa bersalah telah bertanya. Sesekali melirik ke arah Amoy yang memberikan kode untuk terus bertanya.
Key yang merasa kesal dihujani pertanyaan aneh lainnya langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Laki-laki itu berjalan menuju ruangan olahraga.
“Tenisu wa suru no?"
Amoy mengejar langkah Key sambil bertanya apakah Key suka bermain Tenis. Rana mengikuti di belakang. Mereka berdua masih saja mewawancarai Key menggunakan bahasa Jepang.
Bagi kedua siswa SMA itu, satu menit saja berada di dekat Key adalah peluang untuk melatih kemampuan bahasa Jepangnya.
“Iie!”
Key berteriak dan menghentikan langkahnya. Kali ini laki-laki itu benar-benar geram.
“Kalian mau latihan Taekwondo apa mau ngobrol?” lanjut Key dengan nada lebih tinggi.
“Mian Hamnida! ”
Rana meminta maaf sambil menunjukan deretan giginya, entah sejak kapan gadis cantik itu mengadopsi kebiasaan Amoy.
Dalam mengikuti Taekwondo hanya ada beberapa kata berbahasa Korea yang Rana hafal. Di antaranya, cara untuk meminta maaf. Sebab, sudah berapa kali dirinya melakukan kesalahan lalu mendapat hukuman dan harus meminta maaf. Walaupun begitu, mereka tetap saja melakukan kesalahan yang sama.
“Ichi, ni, san, yon, go, roku, nana, hachi, kyuu, juu.”
Kedua siswa SMA itu tetap berlatih Taekwondo dan berhitung secara bergantian menggunakan bahasa Jepang. Mereka sedang berlatih jurus baru yang diajarkan Rena. Rena dan beberapa senior lain memandang aneh.
Key sadar dengan kehebohan yang dibuat Rana dan Amoy. Baginya kehadiran mereka berdua justru menjadikan latihan kurang kondusif. Terlihat beberapa junior saling berbisik. Ada yang tertawa-tawa kecil, ada juga yang bergosip.
“Stop!”
Suara Key memecah keheningan. Seluruh senior dan junior menatap ke arah mereka. Key tidak bisa lagi menahan emosinya.
“Amoy, Rana. Ikut saya!”
Kedua gadis itu saling bertatapan, mereka menundukkan kepala pada senior dan junior lain untuk berpamitan, lalu keduanya mengikuti langkah kaki Key ke arah tempat parkir.
“Aku tau, kalian tidak bermaksud berlatih Taekwondo di sini!”
Seperti tersambar petir, sejenak kedua pelajar itu tertegun. Mereka saling bertatapan, dari mana Key bisa tau semua itu. Siapa yang memberi tahu Key. Rana langsung angkat bicara.
“Mian Hamnida!”
Dia menundukkan kepalanya meminta maaf dengan penuh penyesalan.
“Onii-san, Aku yang salah. Aku juga yang minta Rana buat gabung Taekwondo biar bisa belajar bahasa Jepang!”
“Aku tau!”
Key membentak ke arah gadis yang kini tubuhnya turun dua setengah kilo akibat berlatih Taekwondo tiga minggu.
“Mian Hamnida! ” Amoy memelas, dia terlihat ketakutan saat menatap mata key yang memerah akibat menahan marah.
“Kalian harus keluar dari Klub Taekwondo ini!”
“Aku bisa menjelaskan semuanya, Onii-san! Sebenarnya,”
“Diam!”
Key menatap tajam ke arah Rana. Mata mereka saling bertemu, Rana langsung menunduk. Wajah kedua pelajar itu mirip seperti pelajar yang sedang kena tilang polisi, lalu diintrogasi sampai hampir menangis. Key tidak kuat menahan tawa. Keduanya bingung dengan sikap Key yang tiba-tiba berubah.
Key kembali bicara dengan lemah lembut.
“Kalau kalian mau belajar bahasa Jepang, kenapa gabung Taekwondo? Kalian bisa gabung Japaness Club!”
Kedua pelajar itu terdiam, mengakui kesalahannya.
“Aku bisa bantu kalian belajar bahasa Jepang. Kalian tidak perlu ikut Taekwondo!”
Key tersenyum ramah. Kedua gadis itu pun bertatapan. Amoy memberikan isyarat dengan mengangkat alis. Rana membalasnya dengan gelengan kepala, tanda tidak tau.
“Sudah-sudah pulang sana, kalian bisa memintaku untuk mengajarkan bahasa Jepang kapan saja!”
Amoy kembali memandang ke arah Rana, mereka saling tersenyum.
“Tapi ada syaratnya?”
Baru merasa bahagia, raut muka kedua siswi SMA itu berubah seketika.
“Boleh yah makan gratis di Kafe? Kalian tinggal calling, lalu aku akan datang dan siap menjadi Sensei.”
“Kamsha Hamnida! ”
Senyuman pun kembali mengembang. Bagi mereka, persyaratan yang diajukan Key sangat mudah dan tidak masalah. Kini tidak perlu lagi mencari sejuta alasan untuk bisa belajar bahasa Jepang pada laki-laki berambut cokelat itu.
“Ucapkan Arigatou Gozaimasu! Tidak perlu pura-pura pake Bahasa Korea.”
“Arigatou Gozaimasu!” seru kedua gadis berjilbab itu berbarengan. Key pun memberikan nomor ponselnya.
Entahlah, hari ini Rana dan Amoy harus bahagia atau sedih dikeluarkan dari Klub Taekwondo. Yang jelas, mereka masih bisa belajar bahasa Jepang pada Key. Itu semua adalah hal yang paling penting.
Sebenarnya, ada yang mengganjal. Dari mana Key bisa tau tentang alasan mereka gabung Klub Taekwondo bukan untuk belajar bela diri. Lalu kenapa Key justru berbaik hati menawarkan menjadi sensei. Padahal seharusnya dia marah karena telah dibohongi.

Komento sa Aklat (111)

  • avatar
    Niko

    bagus ceritanya

    20d

      0
  • avatar
    MichelleYan

    beautiful story

    19/08

      0
  • avatar
    AzahraPutri

    terlalu panjang

    18/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata