logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

3. Ririy Kambuh

Pagi hari yang cerah, setelah Ririy berpamitan pergi kesekolah pada kedua orang tuanya, ia langsung mengambil sepeda motor digarasi rumahnya untuk ia kendarai. Hari ini Ririy ingin pergi kekampus sendiri karna ia merasa tak enak dengan Rian atas kejadian kemarin. Padahal ia tahu bukan hanya ia sendiri yang menolak, namun Rian juga menolak untuk menikah dengannya.
Suara sepeda motor Rian dinyalakan terdengar dari sebelah rumahnya, namun langsung dimatikan ketika Rian mendengar Ririy menyalakan sepeda motornya hendak mengemudi.
"Riy, tidak berangkat bersamaku?" tanya Rian. Ririy menggeleng dan melajukan motornya.
"Bye kak, aku duluan ya," katanya sambil tersenyum dibalik helmnya.
Rian mengerutkan alisnya bertanya tanya, lalu mengendarai sepeda motornya menyusul Ririy.
Ia melajukan motornya dengan cepat dan menyeimbangkan lajunya serta memposisikan kendaraannya disamping motor Ririy.
"Jangan ngebut," kata Rian ketika melihat Ririy semakin mencepatkan lajunya setelah posisi kendaraan mereka berdampingan. Ririy melakukan apa yang Rian katakan, meski ia merasa malas berdampingan dengan Rian dalam berkendara. Mengapa? Bukannya malah setiap hari Ririy selalu dibonceng Rian ketika pergi kekampus?.
"Kamu kenapa sih Riy?" tanya Rian ketika ia dan Ririy memarkirkan motornya.
"Nggak ada apa apa kak, hanya canggung saja soal kemarin. Aduh bagaimana kalau kita berjodoh, aku mungkin akan sangat hancur." kata Ririy lalu menghela nafas. Rian menarik nafas legah, ia khawatir tadi kalau Ririy marah dengannya.
"bisa-bisa aku menjadi orang paling sengsara di dunia karna menikah denganmu," sahut Rian berkecak pinggang, Ririy memelototkan bola matanya.
"Hey, aku yang akan lebih sengsara jika kita berjodoh karna sifat kakak yang menjengkelkan dan suka mengatur itu!" Ririy tak mau kalah dengannya.
"Hmm okey, oh ya ngomong-ngomong thanks ya udah membantu agar kita nggak berjodoh." kata Rian lalu beranjak dan melemparkan senyuman mengesalkan pada Ririy. Ririy menggertakkan giginya gemas.
"Hey tumben kok nggak berangkat sama kak Rian? Lagi marahan ya?" tanya Agustine penasran. Ririy memutar bola mata.
"malas saja kalau setiap hari harus berangkat dengan orang paling menjengkelkan sedunia." kata Ririy lalu berjalan menyusuri koridor bersama Agustine. Agustine terkekeh, padahal jika saja Agustine memiliki kesempatan bisa berangkat bersama Rian kekampus, ia tak akan pernah menyia-nyiakannya.
Ririy dan Agustine terhenti ketika melihat dari kejahuan Arabel berjalan menuju Rian membawa kotak makan. Ririy memandang kearah Agustine yang matanya sudah tertunduk karna sedih dan Ririy ikut sedih dibuatnya.
"Hey tenang, kak Rian nggak bakalan menyukainya kok," kata Ririy menghibur.
Hati Ririy begitu kalut ketika melihat sahabatnya bersedih.
"Suka juga nggak apa-apa kok, lagi pula mana mungkin kak Rian menyukaiku, aku hanya sangat mengagumi kak Rian itu saja. Siapapun yang disukai kak Rian aku akan mendukungnya," kata Agustine berlawanan dengan ekspresi sedihnya.
Ririy tersenyum dan mengelus pundak sahabatnya itu. "Ayolah aku akan mendukungmu! Aku Ririy, fans terberatmu!" hibur Ririy, Agustine mulai terkekeh lagi.
"Rian ini untukmu, karna sudah mengajari aku kemarin," Arabel memberikan sebuah kotak makan pada Rian.
"Terimakasih, tapi sebenarnya ini tidak perlu, aku senang bisa membantu," kata Rian menerima kotak makan itu.
Arabel tersenyum, wajahnya terlihat begitu manis.
"Nanti setelah makan siang, mau belajar bersama di halaman belakang sekolah?" tawarnya. Rian mengangguk.
"Ok, akan aku usahakan." jawabnya. Senyum Arabel begitu merekah mendapat jawaban dari Rian. Sebuah kebahagiaan menjalar diseluruh tubuhnya.
"Aku pergi ke teman temanku dulu ya" Arabel memberikan senyuman yang menawan pada Rian sebelum ia beranjak.
Sang dosen memberikan tugas kelompok kepada para mahasiswa jurusan seni di kelas Ririy. Para mahasiswa harus membuat animasi 2D dengan masing-masing kelompoknya.
"Ok kelompok terakhir, Agustine, Ririy, Steven, Fadhil dan Kelly," kata sang dosen.
"Ada pertanyaan anak-anak?" tanyanya, para mahasiswi hening sejenak lalu menjawab, "tidak ada bu."
Panas dingin menjalar keseluruh tubuh Ririy. Ririy merasa sangat canggung jika bertemu dengan Steven apalagi jika satu kelompok dan selalu bertemu selama dua pekan dengannya.
Semua mahasiswa berkumpul pada kelompok mereka masing-masing setelah sang dosen mengakhiri pelajarannya dan pergi meninggalkan kelas.
"Jadi kita mau kumpul dimana nanti?" Tanya Kelly mengawali pembicaraan,
"Bagaimana kalau dicafe?" Tawar Fadhil,
"Itu terlalu berisik," kata Steven menyilangkan kedua tangannya. Yah Steven menyukai ketenangan.
"Emm... bagaimana kalau dirumahku?" usul Riry.
"Apa ada Wi-fi?" tanya Fadhil,
"Ya, ada," kata Ririy.
"Ok, setuju dirumah Ririy?" Tanya Kelly lagi. Dan semuanya mengangguk.
"Ayo kita buat rangkaiannya dulu, semuanya bawa pensil dan kertas," kata Steven. Dia yang paling cerdas disana. Semuanya melakukan apa yang dikatakan oleh Steven.
"Jadi kita akan membuat animasi yang bercerita tentang seorang anak kecil yang memiliki robot," kata Steven.
"Itu terlalu kekanakan, mirip seperti film doraemon" kata Fadhil menolak ide Steven.
"Lalu apa idemu?" Tanya Ririy,
"Entahlah, tapi apa ada usul lain?"
"Bagaimana kalau tentang cinta?" Agustine tiba-tiba berbicara. Semua yang ada disana mentertawakan Agustine, mereka menganggap Agustine seperti gadis puber yang barusaja jatuh cinta sehingga memasukkan tentang cinta pada tugas mereka. Ririy sedikit kesal akan teman temannya yang mentertawakan ide Agustine.
"Hey, bagaimana kalau kita buat cerita seorang pemuda memiliki robot dan ia sangat menyayangi robotnya seperti bagian hidupnya sehingga ia tak pernah bisa melupakan dan tak bisa jauh dari robotnya itu. Dan tokoh utamanya ini seorang remaja," usul Ririy mereka semua tertegun dengan ide Ririy yang cukup brilian, tidak biasanya Ririy memiliki ide seperti itu.
"Apa yang merasukimu sampai bisa pintar begini," kata Kelly bercanda sambil menepuk pundak Ririy.
"Ok kalau begitu kita susun ceritanya sekarang dan setelah itu kita bagi pekerjaan masing masing," Steven mulai memberi aba aba lagi.
Ririy menggambar tokoh utama, Agustine menggambar si robot, kelly dan fadhil menggambar keperluan dekorasi animasi. Sedang Steven menggambar beberapa tokoh figuran dan bagian yang merapikan semua tokoh kedalam Video.
"Durasi 10 menit dalam dua pekan, haaaah aku bisa gila!" kata Ririy menjatuhkan kepalanya kemeja. Yah memang jam mata kuliah dipendekkan. Namun ia juga harus mengurangi mengobrol ria bersama teman temannya.
"Tak apa, kan kita kerjakan bersama-sama, oleh karna itu kita mulai dari sekarang," Kata Agustine.
"Kita juga bisa mengcopy gambaran pertama tinggal rubah beberapa bagian, ekspresi atau gerakannya" kata Steven lalu tiba tiba ia berdiri dari duduknya.
"Mau kemana Stev?" tanya Kelly,
"Kekantin beli minum, hanya sebentar." jawab Steven dengan nada datar dan beranjak.
Ririy mulai menggambar seorang pemuda yang menjadi toko utama pada video animasinya.
"Begini bagus tidak?" tanyanya setelah ia menyelesaikan gambaran wajahnya.
"Iya menurutku sudah bagus," jawab Agustine dan disetujui oleh teman-temannya.
"Kita harus membuatnya sebagus mungkin, setiap karya akan ditampilkan ditahun baru di kampus ini. Dan kelompok yang membuat karya terbaik akan mendapatkan hadiah menarik" kata Kelly menyemangati teman-temannya.
"Ayo semangat-semangat!" Ririy mulai menyemangati dirinya juga teman temannya.
Mereka mentarget dalam satu hari harus mendapatkan 80 gambar, 80 gambar sama dengan sekitar 1 menit untuk hasil animasi yang bagus. Setiap hari mereka harus menyetorkan gambaran pada Steven untuk disatukan dan dirapikan.
"Guys ini kopi, supaya nggak mengantuk," kata Steven yang baru tiba dengan membawa 5 gelas mika kopi.
Ririy sedikit tertegun, rupanya dibalik gayanya yang dingin steven memiliki sifat yang perhatian. Dada Ririy mengembang kempis memikirkannya.
"Wah out of the box!" Seru Agustine, ternyata bukan hanya Ririy yang terkejut dengan sifat perhatian Steven.
"Thanks," jawab semua yang ada disana.
Teman-teman Ririy mengambil kopi itu dan langsung meminumnya, naumun tidak dengan Ririy, ia hanya mengambil minuman itu dan tak meminumnya. Karna kopi adalah salah satu yang dapat memicu epilepsinya kambuh.
"Kok nggak diminum? Nggak bisa minum kopi?" tanya Kelly setelah melihat Ririy hanya meletakkan minuman itu disampingnya.
"Tadi masih panas sekali, sekarang mungkin sudah tidak terlalu," kata Ririy lalu meneguk kopi itu. Agustine terbelalak kaget melihat Ririy yang begitu berani meminum kopiitu. Agustine merasa sangat panik ketika melihat Ririy memejamkan matanya sejenak dan tak bisa berkonsentrasi.
'anak itu!' batin Agustine kesal, ia sangat marah pada Ririy yang tak memikirkan kesehatannya.
"Ririy sepertinya terlalu kelelahan aku akan membawanya ke ruangan kesehatan sebentar," kata Agustine lalu menggandeng tangan Ririy yang sudah melemas. Agustine tahu, Ririy tak ingin dilihat siapapun jika kambuh selain orang terdekatnya. Karna jika itu terjadi, itu akan memperburuk mentalnya.
"Kenapa kamu meminumnya?!" kata Agustine, air matanya sudah berderai membasahi kedua pipinya.
Ririy merasakan seluruh tubuhnya tak dapat ia kendalikan, tiba tiba ada sebuah cahaya berkilat berkali kali didepannya dan bumi berputar begitu cepat. Tiba tiba Ririy merasa kehabisan nafas.
"Ririy, Ririy, tarik nafas... ayo Ririy kuat, Ririy nggak sakit. Aku harus beri pesan pada kak Rian dan dokter kampus," air mata jatuh mengalir menetesi handphonenya, Agustine kesulitan untuk membaca kalimat dihandphonenya. Suara tangisan Agustine terdengar bergemuruh, ia amat terluka melihat keadaan sahabatnya.

Komento sa Aklat (28)

  • avatar
    Yohanes panda Baso

    Gilla bagus sekali cerita nya makasih

    21d

      0
  • avatar
    Rifal Rifal

    keren banget

    25/06

      0
  • avatar
    MeiCahyaning

    bgs

    17/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata