logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Sopir Itu Suamiku (Suamiku Sopir Yang Ternyata  Kaya)

Sopir Itu Suamiku (Suamiku Sopir Yang Ternyata Kaya)

Susan Susanti


Bab 1. Sah

Bab 1. Sah
"Saya terima nikah dan kawinnya Monalisa Permana binti Andi Permana dengan mas kawin tersebut tunai!" ucap Ahmad Jaelani mantap, meski hatinya belum bisa menerima pernikahan ini.
"Bagaimana para saksi, sah?" tanya Pak penghulu menimpali.
"Saaaah!" jawab tamu undangan serempak.
Mereka menjadi saksi pernikahan seorang desainer muda berbakat, Monalisa Permana dengan seorang pria sederhana Ahmad Jaelani. Sepasang pengantin itu tampak tak bahagia akan pernikahan yang baru saja terjadi.
Monalisa dengan keahliannya sukses memiliki beberapa butik dalam kurun waktu beberapa tahun, sedangkan Ahmad adalah sopir pribadi ayahnya sekaligus asisten pribadi di kantor YP Grup milik Pak Andi Permana.
Sangat berbanding terbalik dengan Mona. Mereka terpaksa menikah karena Mona sudah berbadan dua, sedangkan sang kekasih Brian, lari dari tanggung jawab.
Jadi Ayah Mona, Andi Permana memohon pada Ahmad agar mau menikahi putri semata wayangnya. Dan disinilah mereka sekarang, di pelaminan yang seharusnya menjadi tempat Brian dan Mona. Tapi sampai menit terakhir, Brian tak kunjung datang dan tak bisa dihubungi.
Akhirnya ayah Mona membubarkan tamu undangan, dan hanya menyisakan keluarga dekat mereka saja. Dan terjadilah pernikahan dua orang yang tak saling cinta ini.
"Huh," Mona mendengus kesal.
"Kapan sih acara ini bakal kelar, aku sudah capek pengen tidur," keluhnya.
"Sabar Mona, sebentar lagi acaranya selesai. Kamu bisa istirahat," tukas Ahmad.
"Heh, jangan panggil aku Mona kalau kita hanya berdua! Panggil aku nona Mona! Paham?" tegasnya.
"Ya ampun! Gadis ini, sudah terpuruk. Masih aja belagu!" batin Ahmad bermonolog.
"Tapi kan aku sekarang suamimu," ucap Ahmad.
"Itu hanya di depan Ayah, bagiku kau masih tetap sopir!" ketus Mona.
"Tahukah dia kalau aku bukan hanya sekedar sopir pribadi ayahnya? Kenapa dia selalu memanggilku sopir-sopir terus!" protes Ahmad dalam hati.
Sebenarnya, Ahmad ingin membantah perkataan Mona, dan membuat gadis itu terdiam dengan jawaban Ahmad.
Tapi, Ahmad masih memikirkan Pak Andi yang merupakan ayah dari Mona, sekaligus adalah atasan Ahmad di kantor. Jadilah Ahmad menahan diri untuk tidak menanggapi ucapan gadis itu.
"Dan kalau aku tidak terpaksa karena perut si**an, aku tidak akan menikah denganmu!" imbuhnya sambil memukul perutnya.
Mona merasa sangat kesal, sebab karena kehamilannya. Brian meninggalkannya, dan menyebabkan dia jadi menikah dengan asisten pribadi sang ayah.
"Tolong jangan begitu, anak itu tidak bersalah. Yang salah adalah tindakan orang yang membuatnya hadir ke dunia ini, anak itu terlahir suci dan tanpa noda!" tutur Ahmad mengingatkan.
Memanglah, bayi yang dikandung seorang wanita dalam keadaan belum menikah memang tidak bersalah. Hanya kelakuan pelakunya yang salah, sedangkan bayi itu masih suci dan murni. Tanpa dosa dan noda, itu yang selalu dipercaya oleh Ahmad.
"Yang jelas, aku benci anak ini. Karena dia aku kehilangan Brian!" ketus Mona kesal dan menyalahkan bayi tidak berdosa itu.
"Harusnya pria itu yang kau benci, dan bukannya anak itu! Dia telah meninggalkanmu dan membiarkan dirimu memikul beban berat ini sendirian, pria pengecut!" cibir Ahmad kemudian.
Karena Ahmad tahu benar siapa lelaki yang sempat dicintai oleh Mona itu, bahkan keburukannya pun Ahmad tahu. Hanya saja, Ahmad tidak pernah secara terang-terangan mengungkapkannya kepada Mona.
"Jaga bicaramu sopir! Pasti ada alasan kenapa dia tidak hadir dalam pernikahan ini, bukannya sengaja meninggalkanku!" tampik Mona dengan mata melotot.
Lagi, Mona menyangkal kata-kata Ahmad. Meski dia merasa jika Brian mulai berubah saat mengetahui dirinya tengah berbadan dua, dan Mona menolak percaya akan semua itu.
"Benarkah? Aku tidak yakin dengan itu semua, kamu pacaran dengannya tapi tidak terlalu mengenalnya Nona!" ujar Ahmad yang membuat Mona bingung.
"Aku sangat mengenalnya, dia baik, perhatian dan juga royal!" sanggah Mona.
"Terlihat baik di awalnya, setelah mendapatkan semuanya, dia pergi meninggalkanmu!" imbuh Ahmad lagi.
"Jaga bicaramu sopir, kamu tidak tahu apa-apa tentang dia!" tukas Mona.
Ada sedikit rasa nyeri yang menjalar dalam hati Mona, saat Ahmad mengatakan semua hal tentang Brian. Hatinya tahu, bahwa jalan yang dilaluinya selama ini salah.
Namun, egonya menolak untuk percaya dengan kata hatinya. Bahkan egonya sendiri menjerumuskan Mona ke jalan yang salah, dan Mona gengsi untuk mengakui kesalahannya itu.
"Aku tahu lebih banyak daripada kamu!" jawab Ahmad lagi.
"Terserah!" ucap Mona ketus dan memalingkan wajahnya.
"Aku tahu jika semua ini memang salahku. Salahku telah melabuhkan hati pada orang yang salah. Salahnya juga, aku jadi memilih orang lain sebagai pelampiasan hatiku yang begitu menginginkannya!" batin Mona bermonolog. Setelah beberapa saat menatap Ahmad, dan kemudian dia menunduk.
Terlihat pandangannya sedikit menerawang saat Ahmad mengamatinya, lalu dari mata Mona menetes sedikit air mata.
"Masih memikirkan lelaki yang tidak bertanggung jawab itu?" tanya Ahmad.
"Memang kenapa? Masalah?" ujar Mona mencebik dan menghapus jejak air matanya.
Hati Mona lagi-lagi terluka dengan ucapan pria dingin yang kini telah berstatus sebagai suaminya itu. Kata-katanya selalu terdengar menyakitkan di telinga Mona, apalagi jika itu mengenai Brian.
"Tidak .... Hanya merasa kalau ternyata wanita terpelajar seperti kamu, bisa dengan mudah dibodohi pria Bre**s*k macam Brian! Sehingga membuatku terjebak dalam pernikahan konyol ini!" ujar Ahmad.
"Jika kamu keberatan, kenapa kamu tidak menolaknya! Aku pun tidak sudi jadi istri sopir macam kamu, kamu pikir aku senang?" ucap Mona bersungut dengan mata melotot.
Meski sakit, Mona mencoba tegar dengan apa yang telah dia alami sekarang.
"Kamu pikir aku pun bahagia dengan pernikahan ini? Harusnya kamu merasa beruntung ada orang yang mau menikah dengan keadaanmu yang seperti sekarang. Apa saat melakukannya, kamu tidak sedikit pun memikirkan ayahmu?" sindir Ahmad.
Tanpa terasa, Ahmad melontarkan kata-kata yang menyakitkan lagi. Meski dia tidak sengaja melakukannya, sesungguhnya Ahmad hanya merasa kesal kepada Brian. Karena lepas dari tanggung jawab, dan membuatnya terjebak dalam ikatan pernikahan ini.
"Aku. Beruntung! Huh! Nggak kebalik? Kamu kali yang beruntung, bisa menikah dengan anak seorang pengusaha sukses yang kaya raya dan memiliki istri yang cantik dan sukses!" cibir Mona.
"Andai Pak Andi tidak sakit jantung, aku tak akan menerima pernikahan ini!" bisik Ahmad nyaris tak terdengar.
"Apa katamu?" tanya Mona penasaran dengan apa yang diucapkan Ahmad.
"Tidak, aku bingung denganmu. Kenapa masih memikirkan pria yang sudah meninggalkanmu!" ujar Ahmad.
"Kamu mana mengerti, kamu saja tidak pernah pacaran, atau mungkin jatuh cinta juga nggak pernah!" cibir Mona.
"Kamu tidak tahu apa-apa tentang aku, begitu juga tentang Brian. Kamu tak tahu apapun tentangnya!" imbuh Ahmad.
"Apa maksudmu? Dari tadi ngomong aku tidak tahu apapun tentang Brian!" kata Mona bingung.
"Ya ... Suatu saat kamu akan tahu sendiri, mungkin dari teman-temanmu."
***
Mona bingung dengan kata-kata Ahmad, ada apa ini sebenarnya.
Ahmad dan Mona bagaikan kucing dan tikus jika bersama, mungkinkah akan ada cinta di antara mereka?

Komento sa Aklat (262)

  • avatar
    ArifinMuhammad Ichsan

    👍good

    22h

      0
  • avatar
    NadhifiantoRaakan

    bagus novelah

    5d

      0
  • avatar
    MUTIARESKYMUTIARESKY

    bagus sekali

    6d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata