logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

7. Grogi, mau nikah.

"WHAT! ARE YOU SERIOUSLY? GHEY?!" Respon Sasha setelah Ghea memberikannya undangan pernikahannya memang sudah ia perkirakan.
Itulah alaan yang membuat Ghea mengantarkan undangan tersebut langsung ke rumah gadis itu, bukan di kampus, maupun di cafe.
"Lo pikir gue gabut apa ngadi-ngadi bikin undangan atas nama gue," jawab Ghea dengan tawa kecil, gadis itu masih menatap Sasha yang masih menampilkan wajah terkejutnya.
Tiba-tiba Sasha langsung menatap Ghea dengan serius. "Apa ini karena usulan gue? Oh ayolah, Ghey, gue tau lo orangnya penurut tapi enggak semua omongan harus lo turutin!"
"Gue emang nerima usulan lo sih, tapi gue nikah atas kemauan dasar gue sendiri kok," jawab Ghea dengan senyum simpul.
"Secapek apa sih lo, jadi babu, sampai nikah langsung gini." Sasha mengambil tissue, dan mengelap bawah matanya yang sebenarnya tidak mengeluarkan air mata. Biasalah, sifat lebay nya kumat.
"Hahaha, Sasha. Gue emang agak jenuh sih, jadi babu, tapi bukan itu penyebabnya. Hem, gue ikhlas, Sha. Ngurusin mereka, apalagi mereka juga keluarga gue," jawab Ghea dengan menggoyang-goyangkan gelas yang tengah ia pegang.
Sasha menatap Ghea dengan pandangan terharu. "Gue gatau lo bakal punya calon secepat ini, gudluking emang beda sih."
"Dia, anak pertama sahabat mama gue."
"Mamak lampir?"
"Gak lah, mama Hannah."
Ghea mengambil bantal sofa, lalu dipeluknya dengan erat. "Terus lo gimana?"
"Belum boleh nikah sih, tapi gue justru dipaksa tunangan," jawab Sasha diikuti dengan hembusan napas kasar.
Wajah Sasha tidak bersemangat saat dia membicarakan tentang orang yang disukainya. "Perjodohan?"
Sasha mengangguk.
"Sini peluk, ayo semangat!"
Tanpa berpikir dua kali, Sasha langsung menubruk tubuh Ghea, dua gadis itu saling berpelukan dan menguatkan satu sama lain.
"Eh, Ghey! Lo udah lamaran kok enggak undang gue sih?"
Pertanyaan Sasha membuat Ghea kembali cengengesan. Lamarannya saja dilakukan sehari setelah Ghea diajak ke rumah Orion, dan semuanya serba dadakan dan sederhana.
Pernikahannya nanti pun, akan sederhana. Orion tidak mau menggelar pesta meriah yang mengundang semua teman-temannya, maupun teman kuliah Ghea.
Ghea tidak masalah juga sih, meskipun sebenarnya tidak ada larangan nikah di kuliahnya, pokonya apapun keinginan Orion, Ghea mah ngikut.
Toh, Ghea juga tidak suka pesta.
"Mau lihat calon suami lo dong, Ghey," pinta Sasha penasaran dan Ghea langsung mengeluarkan ponselnya dan mengstalking Instagram milik Orion.
Shasha mengangguk, bahkan gadis itu mengzoom wajah Orion beberapa kali. "Ganteng anjay! Top lah! Tapi keknya dia, teman calon tunangan gue deh, soalnya gue kek pernah lihat fotonya," ucapnya. Gadis itu mengscroll lebih jauh lagi, lalu mengklik foto Orion yang sedang bersama cowok seusianya, mungkin teman SMA atau sahabatnya, karena di sana mereka memakai pakaian casual.
"Siapa tuh, Sha?"
"Nah kan bener! Dia calon tunangan gue, Ghey!"
Ghea tersenyum lebar. "Ganteng euy! Nanti kapan-kapan double date nih, wkwk."
Sasha menanggapinya dengan antusias.
Bayangin aja dulu, meskipun Ghea tau Orion belum tentu mau. Emangnya dia mau apa? Ngedate bareng Ghea, calon suaminya kan, masih bucin sama sahabatnya, kasihan kena friendszone.
***
"Babu, lo ngapa sih, gelisah gitu?" tanya Rere dengan jengah. Semalam saja dia gayanya semangat banget mau nikah, giliran paginya gugup gini, dari tadi mondar mandir di dalam kamar seperti orang kebelet berak, tapi WC nya masih dipakai orang.
Ghea berhenti di depan kaca, gaun pengantin modern bewarna putih sudah melekat pas di tubuhnya, baju sudah terpakai, menunggu periasnya datang saja.
"Biasalah, Mer. Orang mau nikah gugup wajar," jawab Ghea sembari menoleh ke arah Rere yang sedang tengkurap di kasurnya.
"Jangan-jangan lo takut ya? Terus lo berencana kabur, gapapa kok gapapa! Gue ikhlas gantiin posisi lo, Bu."
Langsung saja Ghea melemparkan bantal berisi tissue ke arah Rere yang seenaknya berbicara. Sumpah, setiap hari, dia nonton sinetron apa gimana, sih? Pikirannya penuh drama banget.
"Orion emangnya mau nikah sama lo?"
"Jangan ngeremehin gue lo! Kalau lo kabur kan, otomatis jadi kacau tuh, terus gue berkorban biar enggak malu-maluin keluarga Orion di depan tamunya," jawab Rere sembari senyum-senyum sendiri.
"Pfffttt, gue banyakin nonton berita deh! Jangan cuma nonton sinetron doang!"
Rere menatap sinis Ghea yang telah menghancurkan semua haluan yang sedang gadis itu pikirkan. "Sok banget sih, lo. Eh, jangan pikir, mentang-mentang mau nikah, lo  bakal ngelepas sandang babu lo itu? Yang ada nanti juga tugas babu lo jadi bertambah banyak."
Ghea balas menatap Rere dengan senyum manis. "Gak papa, jadi babu suami sendiri."
"Dih dih."
"Apa, iri?"
"Ngapain iri sama babu?!"
"Bentar lagi babu lo minggat, baek baek ya, dek."
"Adek mata lo soak!"
"Hoyy, stop please!" seruan dengan suara ngebass dan seksi itu langsung mengalihkan perhatian dua kakak beradik itu.
Rere sudah menoleh dengan semangat, dari suaranya yang berat, terdengar sangat manly sekali, namun apa yang sekarang dirinya lihat?
Cowok pendek bertubuh gempal yang tengah membawa koper make up bewarna pink, selaras dengan baju yang dipakainya.
Parah si Rere, langsung body shaming.
"Hey girl, you berdua cangtip bingit! Kok masih pagi udah cekcok sehh!"
Ghea melongo, loh? Kok suaranya berubah? Bukannya tadi ngebas? Kok sekarang seperti cewek?
"Om, kamu perias Ghea, ya?" tanya Ghea yang sudah duduk di depan meja riasnya.
"Eh, Say! Jangan panggil Tina Om ya. Panggilnya Ci' Nana ajhah!" ucapnya dengan kemayu.
"Emang nama lo Tina?" tanya Rere yang duduk di pinggir kasur.
"Hu'um Say, panggil Ci' Nana yah, biar kyutee gitu loh," jawabnya sembari mengeluarkan alat-alat tempur berupa make up.
Mata Rere memincing, gadis itu melipat tangannya sembari berpikir, lalu mengambil undangan yang tidak sengaja Ci' Nana jatuhkan. "Tapi, kok di sini namanya SiTono? Jangan bohong deh, nama lo Tina apa Tono!"
Yaampun Rere! Untung wajah Ghea belum terpasang foundansion dan macam-macam bedak, jadi dirinya bisa bebas tertawa tanpa takut crack.
"Dua-duanya!" jawab Ci' Nana setengah kesal. Untung lakiknya enggak keluar.
"Ton, skincare lo apaan? Wajahnya kok bening bener?" tanya Rere, iseng-iseng gadis itu menyentuh jidat Ci'Nana yang licinnya ngalahin perosotan.
"Haduh, Say! Jangan sentuh-sentuh Nana sembarangan, kulit wajah Nana itu sentsitip, gaswat bingit, nanti jerawatan, apalagi tamu bulanannya udah mau datang!"
"EMANGNYA BISA DATANG BULAN?" tanya Rere dan Ghea dengan kompak, membuat Ci'Nana menutup telinganya.
"Jangan teriak-teriak dung! Perempuan itu harus anggun dan kalem seperti Nana."
"Ton Ton! Serius lo? Datang bulan?" tanya Rere kepo.
"Ci' kamu pernah minum Kirantea gak? Rasanya gimana? Ghea belum pernah cobain loh."
"Kalian tanya apaan sih, haduh! Aw endas Nana jadi pusing hiks," jawab Nana dengan lebay. "Nana bukan Lucinta gue kagak, ya! Tamu bulanan yang Nana maksud itu, Bebeb Jackey! Fotografer bulanan, enggak sempurna dung, kalau jerawatan pas pemotretan!"
Ghea dan Rere tertawa mendengarnya. Lumayan lah, bisa membuat kegugupan Ghea berkurang.
Setelahnya selesai di rias, Ghea selfie-selfie terlebih dahulu, sedangkan Rere?
Gadis itu tengah di rias, kerena memaksa.
"Ghea, siap-siap. Sebentar lagi mempelai pria datang."
***
"Lama-lama gigi kamu kering, kalau senyum seperti itu terus, sebahagia itu kah? Menikah sama saya," ucap Orion tanpa menoleh ke arah Ghea.
"Emangnya kenapa, Kak? Jangan-jangan kak Orion takut diabetes ya? Lihat senyum Ghea?" goda Ghea sembari mencolek lengan Orion yang terbalut setelan pengantin bewarna putih.
Memang, dari awal acara mulai, sampai sekarang memasuki menyalami tamu, Ghea terus mengembangkan senyum lebarnya. Berbeda dengan Orion yang masih berekspresi datar.
"Tidak. Saya capek aja lihatnya, emangnya pipi kamu tidakk pegal apa?"
"Enggak dong! Emangnya kak Orion apa? Dari tadi wajahnya butek banget, kek orang kepaksa kawin," jawab Ghea dengan tawa kecilnya. Sebenarnya pengen ngakak, tapi malu banyak tamu.
"Memang." Jika saja, Melati yang ada di sampingnya menjadi mempelai wanita, mungkin Orion akan terus tersenyum untuk Melatinya.
Dada Orion sedikit sesak, saat mengingat dulu, dirinya pernah membayangkan hari di mana, dirinya bisa memiliki Melati sepenuhnya, berdiri berdampingan di altar dan sama-sama tersenyum bahagia.
Melihat sosok Melati memakai gaun putih yang sangat wangi dan indah, sepertinya namanya.
Bunga Melati putihku.
"Kak, Ghea hari ini cantik gak?" tanya Ghea sembari mengedipkan sebelah matanya. Sengaja, agar membuat Orion tidak melamun.
Tidak lucu, jika cowok itu kesurupan di hari pernikahannya.
Orion menoleh, sedikit menunduk untuk menatap Ghea. "Lebih cantik Melati."
Sudah Ghea duga.
"Hellow, Kakanda Orion, pertanyaan Ghea itu cantik apa enggak! Bukan lebih cantikkan mana. Emangnya di dunia ini cuma mbak Melati doang yang cantik?" tanya Ghea dengan lebay.
"Ya. Itu menurut saya."
"Lebih cantik Kendall Jenner atau mbak Melati?"
"Melati!"
" Jisoo? Rose? Lisa? Jennie?"
"Melati."
Ghea mengangguk beberapa kali, lalu mengedarkan pandangannya ke arah para tamu. Sedang mencari wanita yang paling cantik di ruangan ini, barangkali ada yang namanya Melati di antara mereka.
Bukan terlalu percaya diri apa bagaimana ini, tapi setelah Ghea lihat semuanya. Ghea merasa dirinya lah yang paling cantik di sini, hehe.
"Terus mbak Melati mana? Datang enggak?" tanya Ghea akhirnya, daripada menduga-duga. Bikin haus saja.
"Gak ada."
"Kok bisa?"
"Belum datang, mungkin," jawab Orion tidak yakin.
"Gheby, gue bawain lo minum, nih. Lo pasti haus, 'Kan? Suami lo enggak peka banget ya?"
Langit memang pengertian, tau saya jika Ghea sedang haus dan capek, dan gusinya sedikit kering akibat terlalu lama tersenyum.
"Eh iya, gue minum sambil duduk ya!" seru Ghea sembari berjalan untuk mencari tempat duduk. Tidak mungkin minum sambil berdiri, seperti kuda saja.
Di belakangnya ada Langit yang mengikuti Ghea, meninggalkan Orion yang tengah berdiri tanpa ekspresi seorang diri. Persis seperti manekin yang di pasang baju pengantin.
Mereka duduk berdua, dengan Langit yang terus memperhatikan Ghea. Mungkin, jika ada orang yang tidak tau, pasti akan menyangka jika Langit pengantin prianya, karena cowok itu juga ikut-ikutan memakai setelan jas berwarna putih.
Bukanya pakai seragam batik, ada-ada saja memang.
Bulan datang dengan seragam kebaya modern yang sangat pas di tubuhnya, membuat gadis itu bertambah anggun, apalagi rambutnya di sanggul ala-ala tokoh pahlawan wanita.
"Eh, gue kira kak Orion masa!" seru Bulan sembari memukul kepala Langit dengan kipas yang dibawanya.
"Bul, datang-datang langsung mukul, kualat lo sama kakak sendiri!"
"Hehe, maafkan adikmu ini Kak Lang, tapi lebih kualat lo yang ngecosplay pengantin di nikahan kakak sendiri!" jawab Bulan tak habis pikir. "Nanti yang orang-orang tau, kak Ghea nikah sama dua pria sekaligus!"
Benar juga.
"Bodoamat, daripada ngelihat Gheby kek nikahan sama patung!" Langit berucap dengan santai, membuat Ghea tertawa mendengarnya.
Gadis itu menoleh ke arah Orion yang masih belum bergerak dari tempatnya. Kok betah banget sih, apalagi berdiri sendirian.
Tidak enak dilihat lah, suami berdiri sendiri sedangkan di sini Ghea makan dan minum bersama adik ipar.
"Kak, mau ke mana?" tanya Bulan saat melihat Ghea berdiri dengan sangat energik.
"Mau ke kak Orion."
Ghea bermaksud menghampiri Orion dan kembali berdiri di tempat tadi, baru saja dirinya mau memanggil nama suaminya. Namun, seorang gadis berpakaian elegan lebih dulu memeluknya.
"Rio! Lo beneran nikah?" tanyanya tidak percaya.
Dapat Ghea lihat Orion yang tengah mematung menerima pelukan tiba-tiba itu, tapi tidak lama kemudian, tangannya bergerak dan membalas pelukan gadis itu.
"Menurut kamu? Siapa yang nikah?" tanya balik Orion.
"Di undangan nama lo sih, tapi gue gak percaya aja! Bisa jadi Langit, 'Kan?!"
Orion mengurai pelukannya, lalu mendaratkan sentilan di kening gadis itu. "Ngawur."
Kok uwu ya?
"Kak Orion," panggil Ghea dengan canggung, mau tidak mau, ia harus menghampirinya, karena dapat ia lihat di kursi sana, ada Bulan dan Langit yang sedang menyaksikan.
"Eh, Hallo! Kamu pasti, istrinya Rio ya?" tanya gadis itu dengan nada ramah, tidak seperti tadi yang berbicara dengan Orion dengan nada sedikit marah.
Ghea mengangguk dengan senyum manis, lalu menerima uluran tangan gadis itu.
"Kenalin, aku Melati. Sahabat Rio, eh tapi masih bisa dibilang sahabat enggak ya? Masa mau nikah sahabatnya enggak tau? Tiba-tiba udah di kasih undangan aja, kan kaget!" ucapnya dengan satu tarikan napas.
Ghea tertawa kecil. Jadi dia yang namanya Melati?
Cantik kok, seperti model, gaya pakaiannya juga anggun dan elegan, menjadikannya nampak dewasa.
Jangan lupakan, wanginya yang semerbak ke mana-mana. Wangi sih wangi, tapi enggak bau bunga melati  juga kali, mentang-mentang namanya Melati parfumnya juga bau bunga.
Seperti kuntilanak saja.
Untung masih siang, jika Ghea mencium bau ini saat malam, patut dipertanyakan.
"Mel, aku nikah dadakan!" sahut Orion.
Melati pura-pura tidak mendengarkan ucapan Orion. Gadis itu menggenggam tangan Ghea. "Kamu pasti cewek yang disukai Rio, ya? Andai, dia kenalin kamu lebih awal, pasti kita bisa temenan. Huft, Rio curang tau, dia berkali-kali bilang sama aku kalau suka cewek, tapi enggak pernah nyebutin namanya!"
Ghea tersenyum ngeri, Mbak Melati ini, selain wanginya yang bau bunga, tapi tangannya juga sangat dingin.
Sekilas, Ghea melihat Orion yang menampilkan senyum kecut, ah andai gadis di depannya ini tau, siapa yang sebenarnya di sukai oleh Orion.
"Rio, lu kenapa nyembuyiin gadis se imut dia dari gue sih!"
Orion membuang napasnya kasar. "Aku minta maaf, aku tidak bermaksud gitu, Mel. Panjang pokonya."
Melati menatap Orion dengan tatapan merajuk. "Selamat ya pokonya! Ghea, kamu yang betah ya, jadi istri Rio yang super duper kaku dan ngeselin!" serunya dengan sindiran yang ditujukan untuk Orion.
"Ah, iya. Em, Mbak Melati, cepat nyusul ya," ucap Ghea.
"Iya dong, sebentar lagi aku nyusul loh," jawab Melati sembari melirik ke arah Orion.

Komento sa Aklat (34)

  • avatar
    SyahputraWijaya Mauludi

    good

    16/08

      0
  • avatar
    Cahya Ani

    Bagus banget

    07/08

      0
  • avatar
    RiantoRian

    bagu bagus dan bagus pokonya

    24/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata