logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

My Lovely Sister : ' Us '

*Yoongi POV*
Sudah beberapa bulan sejak terakhir aku melihat Sera. Malam dimana dia mengatakan perasaannya sampai sekarang masih menghantui pikiranku. Saat itu aku terlalu kaget untuk mengatakan apapun. Aku juga tidak tahu pasti bagaimana perasaanku.
Saat itu kenapa aku hanya bisa diam? Mungkin karena semuanya terjadi begitu tiba-tiba hingga aku tak dapat menjawabnya. Pada akhirnya kami malah kembali berpisah tanpa sepatah kata pun. Apakah Sera baik-baik saja disana? Atau dia mungkin akan sedih karena aku tidak memberikan jawaban.
"Yoongi? Yoongi!" panggil Yoonji membuatku kembali tersadar.
"Ada apa? Apa yg membuatmu tidak mendengarku bicara?" Yoonji terlihat sedikit cemberut
"Bukan apa-apa..." jawabku singkat
Kini Yoonji terlihat murung. Tentu saja dia akan kesal atau bahkan marah. Sejak tadi pikiranku melayang ke tempat lain sedangkan saat ini kami sedang makan bersama di sebuah cafe. Ya, kami sedang berkencan. Tapi aku malah sibuk memikirkan Sera dan tidak menaruh perhatian pada Yoonji yg sedang duduk di depanku.
"Apa ada yg terjadi? Kenapa kau diam saja?" Yoonji kembali bertanya
"Memangnya aneh ya jika aku diam?" tanya ku?
"Ya, kau memang suka diam tapi sekarang, kau jauh lebih pendiam dari biasanya. Ada apa? Tapi aku juga merasa kalau kau sedang memikirkan orang lain." Ucap Yoonji
"Tidak apa-apa..." jawabku
"Yoongi, haruskah kita putus saja?" Tanya Yoonji tiba-tiba
Aku menatapnya dengan intens. Ku pikir aku sudah salah dengar tapi melihat matanya yg sendu aku menyadari kalau aku tidak salah dengar. Padahal kami tidak memiliki masalah apa pun, tapi Yoonji tiba-tiba saja mengatakan putus seolah dia tahu apa yg ada dibenakku.
Yoonji mencoba terlihat tegar saat dia menatapku. Meski begitu, aku tahu dia menyembunyikan semuanya. Perasaannya, rasa sakitnya. Dia menahan semua itu saat mengatakan ingin putus. Seolah menyadari pertanyaanku dia lebih dulu bicara.
"Ini sudah setahun, ku rasa usaha selama setahun itu sudah cukup. Kau tahu apa yg ku lihat saat Sera datang waktu itu? Aku bisa melihat kalau diantara kalian masih ada cinta. Dibandingkan aku yg sudah berjuang selama setahun, Sera jauh lebih berharga di hatimu,kan?"
Aku hanya bisa terdiam memikirkan perkataan Yoonji itu. Aku tau bagaimana Yoonji telah berusaha untuk membuatku menyukainya. Aku merasa bersalah padanya karena selama setahun ini aku tidak bisa memberinya hatiku seutuhnya.
"Bagiku setahun ini sudah cukup. Jadi Yoongi, kau temui lah Sera. Aku dengan tulus mengharapkan mu bahagia." Ucap Yoonji sembari tersenyum meski matanya memancarkan kesedihan.
Aku hanya bisa termenung. Bagaimana Yoonji bisa begitu tegar? Aku sudah mengenalnya selama satu tahun ini dan kami sudah berpacaran selama 2 bulan. Selama itu dia terus berada di sisiku dan mendengarkan ceritaku.
Dia tahu semua tentangku dan juga perasaanku. Tapi dia tetap memberikan cintanya dengan harapan bisa membuka hatiku ini. Dan sekarang, dia melepasku.
Bagaimana dia bisa begitu baik? Haruskah aku kembali bersama Sera dan menyakitinya?.
Aku sangat bingung. Pada akhirnya liburan kali ini aku memutuskan untuk kembali. Kembali ke rumah dan menemui Ibu serta Sera.
Hari kedatanganku, Ibu menyambutku dengan sangat bahagia. Dan Sera, meski dia bersikap sedikit canggung tapi aku bisa melihat kalau dia juga senang.
Sudah lama aku tidak pulang dan entah kenapa aku jadi sangat merindukan kamarku. Ku tatap setiap penjuru kamar. Buku-buku, poster dan foto-foto ku masih tertata dengan rapi seperti terakhir kali ku tinggalkan. Sepertinya Ibu sering membersihkan kamarku.
Mungkin karena aku terlalu merindukan kamarku ini. Aku langsung tertidur begitu ku rebahkan badanku di atas kasur kesayanganku.
*Sera POV*
Setelah satu tahun akhirnya Kakak kembali ke rumah di liburan kali ini. Aku tidak tahu apa yg membuat kakak akhirnya mau pulang ke rumah. Tapi apapun alasannya aku tidak peduli, aku hanya sangat senang karena Kakak ada di sini.
Aku pun diam-diam memperhatikan kakak yg sedang berbaring di kamarnya. Kakak, bahkan saat tidur pun dia terlihat tampan.
"Bagaimana Kakakmu? Apa yg dia sedang lakukan?" tanya Ibu tiba-tiba
Aku sangat terkejut hingga segera aku berbalik dan menghadap Ibu.
"Itu, Kakak sedang tidur. Mungkin ... dia kelelahan." Duh, gara-gara Ibu datang tiba-tiba aku jadi bicaranya gugup begini.
"Ya, dia pasti kelelahan. Oh ya, Ibu sampai lupa. Kamu tolong Ibu ya masak makanan kesukaan Kakakmu." ajak Ibu dan tentu saja aku langsung mengiyakannya.
Akhirnya makanan kesukaan kakak sudah tertata dengan rapi di atas meja makan. Aku pun tersenyum membayangkan wajah kakak yg bahagia saat melihat semua ini.
"Sera, kamu bangunin kakakmu sana. Ibu akan memanggil Ayah di ruang kerjanya." ucap Ibu membuat jantungku berdegup tak karuan.
"Aku? Tapi Bu ... itu, apa harus aku yg membangunkan Kakak?"
"Iya, ayo cepat."
Aku tidak punya pilihan lain jika ibu sudah memaksa seperti ini. Aku melangkahkan kakiku dengan berat, tapi jujur aku juga senang.
Akhirnya aku melihat wajah kakak yg sedang tertidur. Aku mengulurkan tanganku hendak membangunkannya, tapi entah kenapa aku jadi ragu-ragu. Apalagi jantungku kian menggila saat aku berada di dekat kakak seperti ini.
"Kak, Kakak..."
Aku mencoba membangunkan Kakak tanpa menyentuhnya. Aku harap kakak akan terbangun, tapi hanya suara saja sepertinya tidak akan cukup.
Aku pun memberanikan diri untuk menyentuh kakak. Dengan pelan aku menggoyang tubuh kakak dan memanggil namanya. Tapi kakak tidak juga terbangun.
"Bagaimana ini? Jika aku terus di dekat kakak sepertinya aku akan mati karena serangan jantung. Mungkin sebaiknya aku memanggil Ibu."
Aku pun kembali berdiri dan hendak beranjak pergi. Tapi sesuatu yg tidak terduga terjadi. Tiba-tiba saja tanganku di genggam dengan erat. Aku masih terpaku memikirkan apa yg sedang terjadi. Namun, belum sempat aku menyadarinya Kakak sudah terlebih dahulu menarik tanganku hingga aku kembali terduduk dengan wajah kami yg saling berdekatan.
Mata kakak masih tertutup, apa itu artinya tadi itu hanya gerakan tidak sadar saat tidur?. Tapi ... wajah kakak yg sedang tidur sangat tampan. Tanpa sadar aku terus memandanginya tanpa henti.
"Kenapa melihat wajahku terus seperti itu? Apa aku setampan itu?"
Aku sedikit kaget saat kakak mengatakan itu, tapi aku hanya bisa tertegun. Lalu Kakak membuka matanya dan membuat jantungku kembali berdegup kencang.
"Kenapa?" Aku hanya bisa tersenyum tak karuan saat kakak bertanya seperti itu.
"Ah, itu Ibu memanggil Kakak. Sudah waktunya makan malam." Aku terus saja tersenyum tak karuan.
Aku terlalu salah tingkah di depan Kakak. Semoga saja ini tidak terlalu jelas.
*Yoongi POV*
Sera kelihatan lucu sekali saat dia salah tingkah seperti ini. Meski begitu aku harus terlihat tidak mengetahui perasaannya. Setidaknya sedikit membiarkan dia salah tingkah seperti ini cukup menyenangkan.
"Oh, makan malam? Ayo!"
"Iya!" Sera langsung mengikuti langkahku.
Sera tetap saja seperti dulu. Dia masih seperti anak kecil yg mengikutinya dengan langkah kecilnya itu.
Kami sekeluarga pun makan malam bersama. Berbagai pertanyaan pun diajukan padaku oleh Ayah dan Ibu. Mulai dari bagaimana sekolah ku disana? Bagaimana keadaanku? Dan banyak lainnya. Tapi justru ini membuatku sangat senang. Mungkin karena sudah lebih dari satu tahun, kebersamaan seperti ini menjadi momen yg sangat berharga bagiku.
Ting Nong Ting Nong...
Suara bel pun terdengar di sela makan malam kami. Sera pun bergegas ke depan dan membuka pintu. Aku merasa sedikit penasaran jadi aku memutar leherku dan mencoba mendengarkan pembicaraan mereka. Meski begitu aku hanya mendengar suara mereka samar-samar.
Tak lama kemudian aku pun melihat Sera berjalan kembali ke meja makan. Segera ku alihkan kembali wajahku menatap makanan di depanku dan berusaha terlihat normal.
"Ibu, aku izin pergi dengan Jaeha sebentar."
"Ya, hati-hati dan jangan pulang terlalu malam."
"Iya, Bu.."
Aku diam mendengarkan percakapan Ibu dan Sera. Bahkan saat dia mengucapkan salam sebelum dia pergi aku tetap diam. Diam dan menyembunyikan segala rasa penasaranku.
"Akhir-akhir ini Jaeha dan Sera sering bersama ya." ucap Ayah membuka percakapan
"Iya, sepertinya mereka sedang dekat." ucap Ibu membuat jantungku seperti terhantam batu
"Tidak terasa ya ... sekarang Sera sepertinya sudah mulai beranjak dewasa." ucap Ayah lagi
" Anak-anak sudah mulai dewasa. Mereka bahkan sudah mulai jatuh cinta. Baik Sera dan juga Yoongi." Ibu melirikku dengan tersenyum
"Oh iya, Ayah dengar Yoongi juga sudah punya pacar ya. Itu ... namanya Yoonji, kan? Bagaimana hubungan kalian, baik?"
"Ya, begitulah..." Ah, aku tidak ingin terlibat lebih jauh dalam perbincangan ini.
"Yoongi, biar Ayah beri tahu saat ini mungkin kau hanya ingin bersenang-senang dan tidak menjalani hubungan yg serius. Tapi, bagaimana pun jangan sampai membuat seorang gadis menangis. Karena jika kau melakukan itu..."
"Ehm, maaf Ayah. Aku undur diri ada yg harus ku lakukan. Untuk nasehatnya akan ku ingat." Aku pun beranjak dari dudukku, tapi samar-samar aku bisa mendengar percakapan ayah dan ibu.
"Kenapa? Apa tadi aku mengatakan sesuatu yg salah? Kenapa Yoongi tiba-tiba pergi dan tidak menghabiskan makanannya?"
"Jangan terlalu dipikirkan. Mungkin memang ada yg harus Yoongi lakukan."
Ibu benar, memang ada yg harus aku lakukan dan itu adalah mengintip apa yg sedang dilakukan Sera di luar sana.
Diam-diam aku mengintip dari jendela kamarku. Sera dan Jaeha dapat ku lihat dibawah sana. Mereka berbicara sejenak lalu pergi dengan mobilnya. Aku penasaran apa yg mereka bicarakan dan mau kemana?
***
Sudah 3 hari aku disini dan sekarang kami sekeluarga bersiap untuk menghadiri festival tahunan di kota kami ini.
Tidak seperti festival-festival di tempat lain dimana pengunjung bisa mengenakan pakaian bebas. Festival kami sangat erat dengan budaya jadi kami mengenakan hanbok selama festival.
Suasana festival pun mengisi seluruh kota. Pemandangan yg sangat indah terlebih lagi Sera yg begitu cantik saat mengenakan hanbok. Tanpa sadar mataku selalu mengikutinya.
Festival ini sangat menyenangkan karena kami sekeluarga menikmatinya bersama untuk pertama kalinya. Terlebih lagi saat aku melihat Ibu yg sangat bahagia.
"Kak..."
Mataku kembali terpusat pada Sera saat dia tiba-tiba mengait tanganku dengan tangannya yg mungil.
"Apa?"
"Ayo kita memainkan kembang api disana!" ajak Sera sambil menunjuk area kembang api yg dipenuhi banyak orang
"Kau ingin main kembang api?"
"Ini pertama kalinya kita menghadiri festival ini bersama. Jadi aku ingin memainkan kembang api bersama..."
"Baiklah, ayo!" ucapku sebelum Sera sempat menyelesaikan perkataannya.
Sera terlihat sedikit malu jadi aku meraih tangannya terlebih dahulu hingga kami memainkan kembang api sambil bergandengan.
Jantungku berdegup kencang saat tangan kami berpegangan dan saat aku melihat wajahnya tersenyum dengan cerianya. Mungkin Sera juga merasakannya.
Bersama cahaya kembang api yg warna-warni bersinar, kami tersenyum seolah tak ada beban. Saat ini, detik ini rasanya hanya ada kami berdua. Tanpa memikirkan apa pun, hanya menikmati kebersamaan kami yg berharga ini.
Tanpa ku sadari tanganku sudah melingkar di pinggang Sera dari belakang. Perlahan Sera memutar tubuhnya hingga kini kami berhadapan dan mata kami saling memandang.
Ada sesuatu yg mengalir di dalam tatapan itu. Sesuatu yg tidak bisa aku jelaskan. Terus mengalir membawa nafas dan detak jantung kami ikut serta. Tanpa kami sadar kami telah berciuman. Ciuman manis dan lembut. Ciuman yg berbeda dari sebelumnya.
Mata kami pun saling memandang setelah ciuman manis itu berakhir. Kami tersenyum dan tertawa kecil mengingat ciuman singkat yg terjadi tanpa kami sadari tadi.
"Yoongi?" Suara yg sedikit tidak asing itu memanggilku, suara itu milik sahabatku Lee Jaeha
Aku dan Jaeha pun berbicara di sebuah tempat yg sepi tak jauh dari tempat festival berlangsung.
Sudah setahun lebih kami tidak bertemu, mungkin itu sebabnya suasana terasa sangat canggung hingga mengalahkan dinginnya malam ini.
"Jadi, akhirnya kau pulang..." ucap Jaeha memecah kebisuan diantara kami
"Ya, begitulah..."
"Apa kau yakin dengan ini? Kau akan terus bersama Sera?" tanya Jaeha dan aku bisa melihat ada maksud lain dari pertanyaannya itu.
"Kenapa kau bertanya begitu?"
"Alasan kau pulang itu Sera, kan? Aku mencintai Sera. Kau juga tahu, kan kalau kau tidak bisa bersama Sera? Jika kau tetap melangkah maju pada akhirnya kau hanya melukai semua orang. Dari pada itu, kenapa kau tidak melepaskan Sera untukku?" ucap Jaeha
Aku terdiam mendengar perkataan Jaeha. Itu karena jauh di dalam hatiku, aku juga tahu kalau mustahil bagiku dan Sera untuk bersama. Meski pun kami bisa bersama, hal itu hanya akan menyakiti orang tua kami. Aku tahu semua itu dengan jelas.
"Apa kau siap? Untuk semua rasa sakit kedepannya apa kau siap? Asal kau tahu saja aku tidak akan pernah menyerah pada Sera. Aku pasti akan mendapatkan Sera..." Setelah mengatakan itu Jaeha pergi meninggalkanku dengan pertanyaan di benakku.
Apa aku benar-benar siap untuk semua rasa sakit nanti? Terlebih lagi untuk membuat Ibu menangis lagi?
***
Aku masih terbelenggu dengan kebimbangan di dalam benakku. Tapi sepertinya waktu tak mau menungguku untuk membenahi semuanya.
Badai datang dengan cepat tanpa peringatan. Baru saja aku dan Sera melangkah masuk ke rumah, kami langsung disambut oleh Ibu yg terlihat sedih dan Ayah yg menyembunyikan kemarahannya.
"Bisa bicara sebentar?" ucap Ayah seraya memendam kemarahannya.
Kami mengikuti langkah Ayah tanpa suara dan duduk di ruang keluarga. Mungkin Sera juga merasakan keanehan dari sikap Ayah apalagi saat kami melihat Ibu menundukkan kepalanya dengan mata yg sendu.
"Yoongi, bisa kau mengatakan apa maksud semua ini?" Ayah bertanya dengan menyodorkan sebuah buku yg sangat aku kenal. Buku itu adalah buku diary dimana aku menuliskan semua perasaanku.
"Itu..."
"Ibu menemukannya saat merapikan barangmu. Katakan, apa semua itu benar? Kau menyukai Sera?" Aku terdiam saat Ibu bertanya dengan air mata yg menggenang di pelupuk matanya.
"Ya, aku dan kakak saling menyukai Ayah..." jawab Sera tiba-tiba
"Apa?! Kau sadar apa yg kau katakan?!" Ayah mulai berteriak penuh amarah
"Kenapa? Memangnya apa yg salah? Apa karena kami kakak-adik?. Aku mencintai kakak. Aku ingin bersama kakak!"
Sera mengatakan perasaannya dengan lantang dan membuat Ayah serta Ibu marah besar.
Saat ini aku merasa menjadi orang yg paling pengecut di dunia karena di saat Sera menghadapi amarah Ayah dan Ibu, aku hanya bisa duduk diam dan memerhatikan mereka. Memerhatikan Ayah yg sedang marah, Sera yg terus mengungkapkan perasaannya dengan berani dan Ibu yg menahan air matanya.
Apa ini akibat dari cintaku? Bukankah cinta seharusnya berakhir bahagia? Tapi kenapa rasanya aku hanya merusak semuanya? Apa ini benar-benar cinta?.
Aku hanya bisa duduk terpaku seraya menyelam di kebimbangan yg memenuhi hatiku. Mungkin bungkam ku telah menyakiti semua orang tanpa ku sadari.
***
Ketika aku bangun di pagi hari Sera dan Ayah telah menghilang. Mereka pergi dari rumah tanpa berpamitan. Hanya sepucuk surat di atas meja yg menjadi pengantar ucapan selamat tinggal yg mereka tinggalkan.
Di dalam suratnya Ayah meminta maaf karena memilih pergi. Ayah memutuskan untuk berpisah dari Ibu dan pergi jauh. Ke tempat yg sangat jauh dimana kami tidak akan pernah bertemu lagi.
Beberapa hari setelah kepergian Ayah dan Sera, surat gugatan cerai datang. Ibu menandatanganinya tanpa keluhan dan tanpa satu patah katapun. Meski begitu, Ibu hanya berpura-pura tegar dan menutupi kesedihannya.
Pada akhirnya akulah yg telah mengambil kebahagian dari hidup Ibu. Hanya karena cintaku Ibu harus menderita lagi. Karena cintaku kepada Sera yg merupakan adikku. Adikku tersayang yg akan selalu ku rindukan dan tak akan pernah aku temui lagi.

Komento sa Aklat (220)

  • avatar
    Ubay Dilah

    sangat cocok

    15h

      0
  • avatar
    NurSuryani

    bagus

    9d

      0
  • avatar
    WawaAZWA

    Best

    21d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata