logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Secret Crush

Rembulan telah bernaung di tempatnya menatap sebuah rumah yg berdiri sendiri di tepi kota. Di salah satu kamarnya seorang gadis jelita menatap sang rembulan sembari memeluk lututnya. Matanya sendu seakan dia sedang memikirkan sesuatu. Hatinya gundah dan resah karena beberapa hal yg memenuhi pikirannya. Dia memandang rendah dirinya sendiri dan sampai pada titik merasa dirinya tidak berguna. Merasa kecewa pada dirinya sendiri dan menatap dirinya sebagai sebuah kegagalan.
Di keheningan itu suara derit pintu membuatnya tersadar dan memutar kepalanya menatap sang ibu yg kini perlahan menghampirinya. Chaeyoung pun kembali memandang sang rembulan yg setia, membiarkan sang ibu memeluknya dan membelai rambut panjangnya penuh kehangatan.
Begitulah seorang ibu, seseorang yg akan selalu merasakan apa yg dirasakan oleh anaknya. Seseorang yg akan memahami tanpa perlu mendengar keluh kesahnya. Seperti itu juga Chaeyoung bisa merasakan kalau ibunya mengerti dirinya melalui belaian hangat dan pelukannya yg sangat menenangkan.
"apa yg sedang putri Mama pikirkan saat ini? Kenapa menjadi sangat pendiam seperti ini?"tanya Hana sembari memeluk dan membelai rambut putrinya itu.
"Ma, kenapa aku tidak seperti Kakak? Aku, aku tidak bisa melakukan apa pun dan hanya bergantung pada Kakak saja, kenapa? Aku, aku juga ingin bisa melindungi seseorang.."ucap Chaeyoung yg merasa kecewa pada dirinya sendiri dan memandang rendah dirinya. Dengan kepala menunduk menyembunyikan raut wajah penuh kesedihannya.
"Chaeyoung"ucap Hana sembari memutar tubuh putrinya lalu perlahan mengangkat dagu Chaeyoung dan mensejajarkan mata mereka hingga kini mereka saling memandang "apa ada sesuatu yg terjadi?"tanya Hana tapi di jawab dengan gelengan kepala oleh Chaeyoung. Namun Hana sangat mengenal putriny Chaeyoung yg suka memendam masalahnya sendiri meski dia selalu terlihat ceria.
"Chaeyoung, tidak harus menjadi kuat untuk melindungi seseorang. Seperti air yg mampu menenangkan api, seperti itu juga kamu bisa melindungi Jimin dengan membuatnya tenang. Dan Chaeyoung, kau bisa memberikan kehidupan kepada orang lain jadi, jangan menganggap dirimu rendah. Kau itu berharga karena kau adalah kau.."ucap Hana sembari menatap mata putrinya itu meyakinkan Chaeyoung bahwa dirinya juga berharga dan istimewa sama seperti Jimin meski dengan cara berbeda.
Chaeyoung pun berbaring di pangkuan Hana sembari terus menatap rembulan seakan menunggu jawaban. Menenangkan dan menghibur diri dalam pangkuan dan hangatnya belaian sang Ibu. Menenggelamkan dirinya dalam kasih sayang yg besar dari ibunya hingga dia terlelap.
Mentari kembali menyambut setelah kepergian sang rembulan. Angin yg sepoi-sepoi menggoyangkan dedaunan yg sedang berfotosintesis disertai kicauan burung-burung yg sedang asyik bercengkrama di dahan pohon.
Sementara itu, apel pagi pembukaan festival sekolah tengah berlangsung. Semua siswa tengah berbaris dengan rapi mendengarkan pidato panjang lebar dari kepala sekolah. Di antara keramaian itu, mata Chaeyoung terus saja melirik kesana-kemari seakan mencari seseorang. Ya, dia sedang mencari sosok Jungkook yg sejak tadi tak juga kelihatan batang hidungnya. Melihat tingkah aneh dari sahabatnya itu, Jiyoon pun berbisik dan bertanya apakah gerangan yg mengganggu sehabatnya yg berdiri di depannya itu.
"Chaeyoung, ada apa? Kau mencari siapa?"tanya Jiyoon yg berada tepat di belakangnya
“ Ah, bukan apa-apa..."ucap Chaeyoung berbohong dan masih terus melirik kiri dan kanan namun dia tak juga menemukan Jungkook.
Hoseok yg berbaris di samping Chaeyoung terus saja melirik gadis pujaannya itu. Hoseok menyadari sikap aneh sang pujaan hati itu. Meski tidak tahu siapa yg dia cari, tapi Hoseok sudah cemburu dibuatnya. Dia pun penasaran pada orang yg berhasil menarik perhatian Chaeyoung hingga dia bergumam sendirian dan mengganggu Jimin yg berdiri di depannya itu dengan celotehan tidak jelasnya.
"aneh, siapa yg dari tadi dia cari? Padahal aku ada disini.."gumam Hoseok dengan kesal berceloteh sendiri.
"kau yg aneh, berhentilah melirik adik ku seperti itu. kau seperti paparazzi"ucap Jimin menegur pria yg berdiri di belakangnya itu karen merasa kesal dan merasa diganggu oleh gumaman tidak jelas dari sahabat karibnya itu.
"Jimin, bantu aku mendekati adikmu, ya?!"pinta Hoseok sembari memasang wajah memelasnya dan memegang bahu Jimin dengan kedua tangannya, namun Jimin langsung menepis kedua tangannya.
"cih, tidak akan"jawab Jimin datar dan membuat Hoseok muram dan memasang wajah sangat sedih.
"kenapa? Kenapa tidak?"ucap Hoseok yg tidak mau menyerah dan kembali lagi memelas dengan tatapan memohon seperti anak anjing yg terlantar.
"kau harus berusaha sendiri lagipula, Chaeyoung sepertinya sudah memilih seseorang"ucap Jimin sembari melirik adiknya itu. Jimin mengatakan itu karena dia menyadari bahwa perhatian adiknya itu sudah tertuju pada orang lain. Meski sebenarnya sudah lama dia berpikir dan berharap jika adiknya akan membalas perasaan sahabatnya itu karena baginya Hoseok adalah seseorang yg pantas dan sangat cocok untuk mendampingi adiknya yg berharga.
Dan jauh dari pandangan orang lain, seseorang yg berada di lantai kedua sekolah tepatnya di ruang perpustakaan.
Tanpa di ketahui siapapun, seorang laki-laki tengah memperhatikan kedua saudara kembar itu dari kejauhan dari balik jendela, tepatnya di lantai dua yg merupakan ruang perpustakaan.
Laki-laki itu menghela napas panjang lalu berbalik dan bersandar di dinding. Matanya berbinar sembari tangan kanannya menekan dadanya, entah apa yg digambarkan sinar matanya itu. Laki-laki itu sendiri tidak tahu apa yg dia pikirkan dan rasakan. Laki-laki itu adalah Jungkook.
Sejak keanehan yg dirasakannya Jungkook telah bertekad untuk mencari jawaban atas semua pertanyaannya. Dia pun diam-diam memasuki perpustakaan saat semua orang berdiri di lapangan untuk apel pagi. Dia ingin mencari catatan apapun yg akan bisa memuaskan rasa ingin tahunya.
Akhrinya setelah mencari cukup lama dari satu rak ke rak lainnya, Jungkook berhasil menemukan sebuah buku yg sangat usang dan terlihat sangat kuno di rak paling ujung.
Jungkook perlahan meraih sebuah buku bersampul hitam bertuliskan The Legend and Secret Cursh dari jajaran buku mitologi.
Perlahan ia membalik halaman demi halaman sambil membaca cepat seakan sangat penasaran, raut wajahnya begitu serius hingga ia terfokus pada satu kata yaitu Nephilim. Baru saja Jungkook akan membaca halaman itu, derit pintu perpustakaan yg ia dengar membuatnya segera menutup buku itu lalu menyembunyikannya. Jungkook tidak ingin ada satu orang pun yg mengetahui apa yg sedang dia baca atau dia cari, itu karena dia takut Chaeyoung atau bahkan Jimin bisa mengetahui apa yg sedang dia lakukan.
Jantung Jungkook pun berdegup kencang dan dia menjadi sangat gugup begitu melihat Chaeyoung lah yg berdiri di depan pintu.
" Kau disini rupanya, ayolah, kita nikmati festival ini bersama"ucap Chaeyoung yg berdiri di depan pintu sembari tersenyum
" Ya, tunggu sebentar."ucap Jungkook lalu segera menghampiri Chaeyoung setelah meletakkan kembali buku itu ke tempatnya
"apa yg kau baca disini?"tanya Chaeyoung penasaran
"bukan apa-apa, hanya buku pelajaran biasa.” ucap Jungkook bohong sembari tersenyum dengan gugup
"kau rajin sekali ya, di hari bebas pun masih belajar"puji Chaeyoung sembari tersenyum meski dia menyadari ada yg aneh dari tingkah Jungkook.
"ya, begitulah. Ayo!"ucap Jungkook memegang tangan Chaeyoung dan membawanya keluar agar Chaeyoung tidak menyadari apapun.
Jungkook dan Chaeyoung pun berkeliling menikmati berbagai permainan dan jajanan yg disediakan oleh tiap kelas. Keduanya tersenyum dengan cerianya tanpa menyadari Hoseok yg sedari tadi memerhatikan dengan tatapan cemburu.
"apa yg kau lihat? sudahlah, biarkan saja mereka..."ucap Jimin seraya memegang bahu Hoseok mencoba menghibur temannya yg sedang terbakar api cemburu.
"ya, tapi jika kau tidak suka, bawa saja Chaeyoung pergi"ucap Jiyoon memberikan dorongan kepada Hoseok agar dengan berani maju dan merebut Chaeyoung.
Hoseok terlihat berpikir keras hingga ia menggigit bibir atasnya seraya menggaruk kepalanya yg tak gatal. Lalu dia membayangkan Chaeyoung akan dimiliki oleh orang lain dan membuatnya merasa tidak rela.
"Tidak!"pekiknya lalu berlari mengejar Chaeyoung
Jimin yg melihat itu pun menghela nafas seraya menggelengkan kepalanya karena dia tau sahabatnya itu akan bertingkah konyol di depan adiknya.
"huh, dasar pemabuk cinta.” gumam Jimin lalu melangkah pergi diikuti Jiyoon
Jimin terus berjalan ke depan tanpa menoleh ke belakang dimana Jiyoon terus mencoba mengimbangi langkahnya. Meski terus berada di belakang tanpa bisa berjalan berdampingan dengan Jimin, Jiyoon tetap tersenyum dan bahagia. Baginya berada di dekat Jimin sangatlah berharga, walaupun jauh di dalam benaknya bagian dirinya ingin sekali dilihat oleh laki-laki tampan itu sebagai seorang wanita bukan hanya seorang teman. Bahkan sampai sekarang ia masih berharap suatu hari Jimin akan bisa melihat cintanya.
Langkah Jiyoon pun terhenti di sebuah stan yg menjual aksesoris. Matanya lekat menatap sebuah kompas kuno yg tergantung disana. Merasa suara langkah yg sedari tadi mengikutinya tidak lagi terdengar, Jimin pun berhenti lalu berbalik melihat Jiyoon yg berdiri menatap kompas.
"apa yg kau lakukan?"tanya Jimin
Mendengar perkataan Jimin, Jiyoon pun segera mengalihkan pandangannya lalu segera menghampiri Jimin seraya tersenyum.
"ada apa? Kenapa kau berhenti disana?"tanya Jimin
"ah,bukan apa-apa. Jimin, ayo kita makan dulu. Aku merasa sedikit lapar.."ucap Jiyoon ber-puppy eyes
"ayo, kita cari stan makanan"ucap Jimin di sambut anggukan kepala dari Jiyoon
Jiyoon pun segera berjalan mencari stan makanan sedang Jimin untuk sejenak melirik kembali kompas yg diperhatikan Jiyoon sebelum ia menyusul gadis manis itu.
"Jungkook, ayo masuk ke rumah hantu!"ucap Chaeyoung bersemangat sembari menunjuk pintu masuk wahana menyeramkan itu
"Ya,ayo!"ucap Jungkook dengan senyum lebar setelah sejenak berpikir.
Baru saja mereka hendak melangkah masuk tiba-tiba saja Chaeyoung berhenti karena tangannya yg ditahan seseorang. Chaeyoung pun berbalik dan menoleh, rupanya Hoseok yg menahan tangannya.
"Hoseok? Ada apa?"tanya Chaeyoung ketika melihat Hoseok yg telah menahannya
Saat itu Hoseok terlihat berbeda. Dia yg selalu tersenyum dan bercanda kini terlihat sangat serius dengan mata yg menatap ke tanah. Jungkook yg juga berada di sana hanya bisa melihat tanpa berani ikut mencampuri urusan kedua orang yg sebenarnya baru saja ia kenal.
"Chaeyoung, bisa kau ikut aku sebentar? Ada yg ingin ku katakan."ucap Hoseok terdengar berat dan parau .
Hoseok begitu berbeda dari biasanya hingga Chaeyoung hanya bisa menganggukan kepalanya dan ikut saja ketika Hoseok menariknya. Entah karena daya tarik Hoseok yg berbeda ataupun karena takut. Entahlah, yg jelas kini keduanya tengah berdiri di rooftop. Hening, mereka berdua terdiam satu sama lain.
Hoseok pun mengepalkan kedua tangannya mencoba mengumpulkan keberanian, hingga akhirnya....
"Chaeyoung, aku...."

Komento sa Aklat (387)

  • avatar
    Bang Engky

    ok.....

    1d

      0
  • avatar
    Budi Mahesa

    good

    12d

      0
  • avatar
    Arjuna Putra

    baik sangat

    12d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata