logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

bab 4. perubahan sikap Arka

"Tugas utama seorang istri itu menyiapkan semua keperluan suami, bukan malah pergi dan janjian sama pria lain," ucap Arka saat Luna tengah meladeninya makan.
Mendengar ucapan menohok dari sang suami, kepala Luna terasa mendidih.
"Kamu mengatakan tugas seorang istri seolah-olah kamu adalah suami yang paling baik di dunia ini," jawab Luna tidak kalah sinis.
"Selama ini apa yang kamu mau sudah ku penuhi, apa itu kurang?"
"Kamu memang memenuhi secara materi, Mas. Tetapi aku tidak cuma membutuhkan itu saja. Aku butuh kamu, aku butuh waktu kamu, aku butuh kasih sayang belum bisa kamu penuhi," jawab Luna dengan derai air mata.
Sudah mencoba tegar tetapi tetap saja tidak bisa. Luna tidak bisa mengontrol emosinya.
"Uang itu bisa membeli kebahagiaan. Seharusnya kamu beruntung sebagai istri kamu mendapatkan apa yang orang lain belum tentu dapatkan," jawab Arka sambil tetap menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya.
Terasa nikmat, ntah karena kelaparan atau karena ada Luna di sisinya. Ah, kenapa dengan perasaan ini. Arka sendiri juga bingung dengan perasaannya.
Dia mencintai wanita lain tetapi dia merasa sakit ketika melihat istrinya berbincang dengan pria lain. Egois memang, tetapi itulah kenyataan. Kenyataan yang Arka sendiri bingung untuk mencerna.
"Aku harus pergi," ucap Luna setelahnya. Dia merasa jengah dengan apa yang sudah suaminya katakan. Diam jauh lebih baik dan melangkah pergi.
Memang uang bisa membeli semuanya, tetapi tidak bisa membeli kasih sayang. Nyatanya sampai saat ini Luna merasa kesepian padahal sudah bergelimang harta.
"Kemana?"
"Buka urusanmu. Kamu menemui wanita itu saja aku diam saja," jawab Luna sambil tetap melangkah pergi.
Sudah jam sepuluh, pasti teman yang ia telepon tadi sudah menunggu.
Arka merasa kalah telak dengan ucapan istrinya. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun sambil menatap kepergian sampai menghilang dari pandangannya.
💔💔💔
Di sebuah restoran...
"Aku mau kembali bekerja," ucap Luna kepada wanita di hadapannya.
"Kamu yakin? Suami mu itu adalah pemilik perusahaan yang sedang bekerjasama dengan kantor ini," ucap wanita itu yang telah diketahui bernama Irma.
"Lalu hubungannya apa?" tanya Luna tak mengerti.
"Kamu bagaimana sih? Apa suamimu mengizinkan kamu bekerja dengan perusahaan lain, secara garis besar kamu adalah seorang istri bos. Apapun yang kamu mau pasti terpenuhi lalu untuk apa kamu bekerja?" tanya wanita itu tak mengerti.
"Aku tidak ada kegiatan," jawab Luna.
Wanita itu menghela nafas panjang. Bingung dengan jalan pikir wanita di hadapannya, dia ingin sekali memberi pekerjaan tetapi takut kalau sampai suaminya tahu dan marah malah akan mencabut saham di perusahaanya.
"Bagaimana?" tanya Luna.
"Maaf, kali ini aku tidak bisa membantu." Akhirnya kata yang terlontar dari mulut wanita itu.
Luna tak menjawab, dia merasa kecewa. Orang yang dirasa bisa membantunya sekarang tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Luna pamit.
💔💔💔
Arka mengabaikan telepon dari putri yang sudah berulang kali. Entah kenapa moodnya kepada wanita itu mendadak hilang.
Disaat mobil yang dikendarai Luna memasuki pekarangan, Arka yang mendengar langsung cepat-cepat datang menghampiri.
"Mulai hari ini tanpa seizin ku, kamu tidak boleh pergi kemana-mana," ucap Arka dengan lugas.
"Baiklah, tapi dengan satu sarat," ucap Luna menggantungkan ucapannya.
"Apa?"
"Tinggalkan wanita itu."
Arka melongo mendengar jawaban Luna. Untuk meninggalkan Putri rasanya teramat berat tetapi dia tidak bisa kehilangan Luna.
Karena tidak kunjung dapat jawaban Luna langsung melenggang masuk.
Baginya, percuma saja bicara dengan Arka, dia tidak akan mau meninggalkan wanita itu.
***
Malam ini yang biasanya ada celoteh Luna mendadak kamar menjadi sepi. Luna lebih banyak diam dan cenderung menatap layar HP.
"Hallo." Luna mengangkat panggilan di HP nya.
"Iya, besok saya kesana," ucap Luna
"Sendiri, mungkin agak siang ya?" ucap Luna saat orang yang menelpon menanyakan waktu kedatangannya.
"Iya." Panggilan pun di akhiri.
"Dari siapa?" tanya Arka mendadak kepo dengan percakapan sang istri.
"Teman," jawab Luna cuek. Ia lebih memilih merebahkan tubuhnya karena dilanda lelah seharian. Bukan lelah fisik tetapi lelah batin.
Ia ingin dicintai, ia ingin disayangi seperti pasangan suami istri pada umumnya. Bukan cuma dikasih uang dan membelanjakan apa yang dimau.
Luna ingin waktu Arka lebih banyak kepadanya, Luna ingin Arka bersikap manis dan perhatian kepadanya tetapi semua itu bagaikan mimpi.
Luna tak pernah mendapatkan itu semua, ia hanya diberi materi yang berlimpah tanpa diberi kasih sayang.
Kembali ke awal...
"Besok mau pergi kemana?" tanya Arka lagi.
"Bukan urusanmu."
Ada nyeri ketiak Luna bersikap seperti ini, biasanya Luna akan banyak bercerita kepadanya, tetapi kali ini Luna berubah. Dia bersikap dingin bagaikan es.
Arka sadar apa yang sudah diperbuatnya tetapi sebagai lelaki dia juga tidak bisa memaksa cinta untuk Luna.
Arka bingung apa yang harus diperbuatnya, melepas Luna dan menikahi Putri dengan mengorbankan ibunya atau lebih memilih melupakan Putri dan membuka hatinya untuk Luna.
💔💔💔
Luna menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum dia pergi.
Hari ini dia akan pergi ke yayasan karena tadi malam anak yang memanggilnya dengan sebutan Ibu demam tinggi dan selalu menyebut namanya.
"Sayang." Panggilan Arka membuat aliran darah Luna terasa membeku, bagaimana tidak, selama ia menikah, baru kali ini Luna mendengar Arka memanggilnya dengan sebutan sayang.
"Kamu mau kemana?" tanya Arka.
Luna mendadak gugup tapi sebisa mungkin ia menetralisir hatinya. Ia tidak boleh terlena dengan sikap Arka.
Bukankah hatinya selama ini sudah diisi nama wanita lain? Mana mungkin Arka langsung mencintainya.
"Aku.." Luna bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin ia bilang mau ke yayasan. Ia tidak mau suaminya tahu kalau selama ini uang yang suaminya berikan telah ia donasikan ke yayasan itu.
Bagi Luna, biarlah ini menjadi rahasia dia. Cukup Oliv sebagai temannya yang mengetahuinya.
Alasan Luna tidak memberi tahu suaminya karena selama ini Arka tidak pernah terbuka kepadanya. Dulu pernah dia mau bercerita tetapi Arka sama sekali tak menanggapinya setelah itu Luna tidak mau bercerita kemana perginya uang yang sudah suaminya berikan.
"Kemana, Sayang?" ucap Arka semakin mendekati istrinya. Dia meraih kedua tangan Luna.
Darah Luna berdesir, tidak biasanya Arka bersikap seperti ini. Apa yang akan Arka lakukan, Luna bagaikan terhipnotis ketika Arka mengecup keningnya dengan mesra.

Komento sa Aklat (643)

  • avatar
    Wicaksono

    👍 mungkin bisa jd saran

    19m

      0
  • avatar
    fakotbbiibb

    cerita nya banyak plotwis nya

    16h

      0
  • avatar
    PoyoPak

    bagus banget

    1d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata