logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bayi?

Badan Kara rasanya sudah sangat segar. Setelah terbangun tadi Kara memutuskan untuk membersihkan badanya. Tak terasa ketika ia bangun tidur hari sudah menjelang malam.
Dikamar Kara tak menemukan keberadaan suaminya. Entah dimana suaminya itu berada Kara tak tahu. Daripada bosan dikamar Kara memutuskan untuk ke lantai bawah, dia akan memasak untuk makan malam.
Kara sampai di dapur mengambil bahan makanan dalam kulkas dan mulai berkutat untuk segera memasak.
Kara sebelum sampai di dapur tadi ia sempat bingung sesampainya di lantai bawah, dia tak tahu dimana keberadaan dapur. Lagipula kemarin malam Kara belum sempat untuk melihat seisi rumah suaminya. Suasana lantai bawah pun sepi seakan tak ada kehidupan lainya.
Ada asisten rumah tangga tapi mereka pulang sore setelah bekerja. Bekerja hanya membersihkan mansion saja.
Kara berjalan mengelilingi mansion dan menemukan letak dapurnya berakhirlah dia sekarang berada di dapur.
Kara tersentak kaget ketika ada lengan kokoh yang melingkari perutnya.
"Sayang. Kamu masak apa hm?" tanya Gilang mengecup pipi kanan Kara.
"Masak rica-rica ayam, tempe goreng, tahu goreng, sama capcay mas," jawab Kara agak sedikit canggung. Pasalnya Kara belum terlalu terbiasa berdekatan dengan suaminya.
"Dari bau harumnya pasti enak. Ga sabar aku pengin makan."
"Mas tunggu aja di meja makan bentar lagi matang."
"Ga aku disini aja." Gilang mempererat pelukanya pada perut Kara.
"Ih mas aku susah gerak ini. Lepas dulu dong pelukanya."
"Engga."
Kara hanya menghela napas pelan. Makanan yang di masak Kara pun sudah tersaji di meja makan.
Kara seperti istri umum layaknya mulai menyendokan nasi beserta lauk pauknya untuk sang suami.
Gilang menerimanya dengan senang hati. "Terimakasih sayang." Kara membalasnya dengan senyuman tulus
Mereka makan dalam hening tak bersuara hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar.
Selesai makan Gilang menuju ruang keluarga untuk menonton tv sedangkan Kara membereskan bekas makan malam mereka dan mencucinya.
Kara menyusul sang suami dan duduk di sebelah Gilang. Gilang mengalihkan fokusnya ke arah tv ke Kara.
"Sayang kamu geser ke ujung sofa dong," pinta Gilang.
Kara bergeser hingga mentok ke ujung sofa. Gilang segera merebahkan kepalanya di atas paha Kara. Menyusupkan wajahnya pada perut datar Kara.
"Kapan ada baby dalam perut kamu?" Gilang mengelus perut datar Kara.
Ucapan Gilang membuat tubuh Kara menegang dan terdiam kaku.
Baby? Kenapa dia tak memikirkan bayi? Setiap pernikahan pasti ada keinginan untuk mempunyai seorang bayi yang lucu-lucu. Tapi dirinya belum siap apalagi masih sekolah!. Takut tidak bisa membagi waktunya! Apa kata teman-temannya nanti ketika ia mengandung dalam keadaan masih sekolah! Walaupun ia mengandung di dalam pernikahan yang sah! Tapi tetap saja, pemikiran orang pasti berbeda pikir Kara.
Menyadari keterdiaman Kara, Gilang mendongakan kepalanya dan melihat wajah istrinya yang tegang.
"Kamu engga mau punya baby?" tanya Gilang mengelus pipi Kara dari bawah.
Kara tersadar dari lamunanya. "Mau tap..."
"Kamu jangan khawatir soal sekolah kamu. Kamu bisa homeschooling nanti ketika hamil dan itu bisa untuk menghindari omongan dari teman-teman kamu kalau kamu hamil dalam keadaan masih sekolah. Jika itu yang membuat kamu keberatan soal hamil. Atau mungkin kamu malu hamil anak aku?"
"Aku engga mungkin malu hamil anak mas."
"Lalu kenapa kamu diam saja?"
"Aku hanya berpikir aku masih sekolah kalau aku hamil nanti aku takut engga bisa bagi waktu buat anak kita pas udah lahir. Soal sekolah, iya awalnya aku takut mereka nanti akan memandang aku buruk hamil di saat masih sekolah tapi aku berfikir lagi apa salahnya hamil toh aku hamil di pernikahan yang sah."
"Kalau itu kamu ga perlu khawatir dan takut ada aku yang akan membantu kamu untuk mengurus baby kita nanti. Soal sekolah kamu homeschooling saja."
"Kamu mau kan punya baby?"
Kara mengangukan kepalanya dan tersenyum. Gilang pun balas tersenyum lebar. Keinginanya untuk punya baby sudah di setujui oleh istrinya. Tinggal usaha untuk membuahkan hasil.
**
Kara terbangun terlebih dahulu dari suaminya. Ia melepaskan pelukan tangan suaminya di perutnya dengan perlahan agar tak membangunkan suaminya. Ia bergegas mandi dan menggunakan seragam sekolah miliknya. Setelah izin seminggu tidak sekolah sekarang Kara harus kembali masuk sekolah.
Kemudian setelah bersiap Kara menuju dapur untuk memasak. Asisten rumah tangga akan datang nanti jam setengah 7 untuk membersihkan mansion yang ditinggalinya.
Kara mulai berkutat dengan alat dapur. Hanya nasi goreng menu untuk sarapan pagi ini. Kalau memasak makanan lain takutnya nanti keburu telat masuk sekolah.
15 menitan nasi goreng buatan Kara sudah jadi. Ia meletakan nasi goreng buatanya pada piring dan diletakan di meja makan. Membersihkan peralatan dapur yang kotor setelah Kara bergegas ke kamar untuk membangunkan suaminya.
Saat memasuki kamar, suaminya masih tertidur posisi tidurnya sekarang berubah yang tadinya menyamping sekarang malah tengkurap.
Kara mendekati suaminya. Ia duduk di tepi ranjang dekat suaminya yang tertidur tengkurap. Kara mulai mengelus rambut kecoklatan milik suaminya. Agar sang suami segera bangun.
"Mas bangun sudah pagi."
Gilang yang mulai terusik melenguh, "Eungh." Gilang mulai membuka matanya dengan perlahan. Mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
Bisa dilihat oleh Gilang, istrinya tersenyum menyambut dirinya ketika bangun tidur. Gilang pun balas tersenyum dan membalikan badanya hingga terlentang.
Gilang bangun dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kepala ranjang.
"Morning sayang."
"Pagi juga mas," balas Kara tak lupa menampilkan senyuman manisnya.
"Sekarang mas bangun dan mandi. Aku sudah siapin sarapan untuk kita. Mas hari ini akan kembali kerja ke kantor kan?" tanya Kara. Setaunya Kara suaminya ini memimpin perusahaan keluarganya yang sekarang sudah berpindah tangan ke tangan suaminya. Ia juga tahu dari mamanya sendiri.
"Iya. Nanti aku juga akan mengantar kamu untuk kesekolah." Dirinya baru menyadari istrinya sudah memakai seragam sekolahnya yang artinya hari ini juga istrinya itu akan kembali beraktivitas di sekolah.
"Ya sudah sana mas cepet mandi nanti keburu nasi goreng yang sudah aku buat dingin."
Gilang segera bangkit dan beranjak memasuki kamar mandi. Kara beranjak menyiapkan pakaian kantor yang akan dikenakan oleh suaminya.
Ia pun juga merapikan penampilanya lagi. Sedikit memoles wajahnya dengan bedak dan pelembab bibir agar bibirnya tidak kering. Menyemprotkan perfume aroma vanila kesukaanya.
Setelah selesai Kara keluar kamar menunggu suaminya di meja makan. Tak lama kemudian Gilang datang.
Gilang mengecup pipi istrinya setelah sampai di meja makan dan duduk di kursi utama. Meletakan jas dan tas kerjanya di samping kursi duduknya.
Kara dengan sigap mengambilkan nasi goreng untuk suaminya dan menuangkan segelas air putih.
Gilang menerimanya dengan senyuman. Mereka makan dalam diam. Sehabis beberapa menit makanan mereka tandas. Kara segera meletakan piring kotor ke wastafel dan akan mencucinya.
"Sayang, udah ga usah di cuci."
"Tapi mas..."
"Udah biarin aja nanti juga di cuci sama pelayan."
"Pasangin dasi aku dong baby," pinta Gilang sambil menyerahkan dasi belum terpasang ke arah Kara.
Kara pun menyimpulkan dasi keleher suaminya dengan Gilang yang memeluk tubuh Kara agar dekat dengan dirinya.
"Udah. Ayo mas berangkat."
Gilang segera menggandeng tangan istrinya dan keluar dari mansion ke halaman depan menuju mobilnya yang sudah terparkir.
"Bi Rai," panggil Gilang pada kepala asisiten mansionya yang tengah menyiram tanaman di halaman depan mansion.
"Ya tuan?" ucap Bi Rai.
"Saya dan istri saya akan berangkat. Saya serahkan keamanan mansion pada bibi," ucap Gilang datar namun terkesan tegas.
"Baik tuan, saya akan melaksanakan tugas saya dengan baik," balas Bi Rai dengan tegas pula.
Gilang mengangguk dan segera membukakan pintu mobil untuk istrinya.
"Kara pamit bi," pamit Kara dengan ramah.
"Hati-hati nyonya," jawab Bi Rai tak kalah ramah. Beruntung sekali tuanya ini memiliki istri yang baik, cantik, dan ramah pula batin Bi Rai mengaggumi sosok Kara.
Kara mengangguk masih disertai dengan senyumanya. Gilang pun memasuki mobilnya bagian kemudi menyalakan mesinnya dan mengklakson mobilnya. Bi Rai menundukan kepalanya ketika mobil tuan dan nyonyanya melintas.
Satpam penjaga gerbang utama langsung saja membukakan pintu untuk mobil tuanya yang akan keluar mansion.
Perjalanan kesekolah Kara membutuhkan waktu 25 menitan akhirnya mobil Gilang sampai di depan gerbang SMA laskar tempat Kara menimba ilmu.
"Mas, aku masuk dulu," pamit Kara menyodorkan tanganya bermaksud untuk menyalami tangan Gilang.
Gilang dengan sigap menerima uluran tangan istrinya dan Kara mengecup punggung tangan Gilang. Gilang merasakan hatinya menghangat ketika Kara mengecup punggung tanganya.
"Terimakasih sudah mengantar aku sampai kesekolah."
"Itu sudah kewajiban aku sayang. Belajar yang rajin supaya nanti anak-anak kita pintar seperti ibunya."
Kara tersenyun mendengarnya."Pasti mas, kalau gitu aku keluar ya," pamit Kara sekali lagi dengan tanganya yang akan membuka pintu mobil.
"Tunggu," cegah Gilang.
"Ada apa mas?"
"Ada yang ketinggalan." Gilang mencium kening Kara lembut dengan segenap perasaanya.
Kara yang dicium keningnya pipinya merona malu mendapat perlakuan manis dari suaminya.
"A-ku mau masuk mas. Semangat bekerja mas."
"Kamu juga sayang. Selamat belajar."
Kara tersenyum kecil setelahnya keluar dari mobil memasuki area sekolahnya. Gilang pun melajukan mobilnya meninggalkan area SMA Laskar menuju perusahaanya Kennedy Corp.

Komento sa Aklat (780)

  • avatar
    Faraaira

    ceritanya beneran bagus , aku suka sama ceritanya bener bener kayak kehidupan

    05/09/2023

      0
  • avatar
    PutraAidul

    bleh lah

    13d

      0
  • avatar
    Syazana Rusman

    Bagus banget

    19d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata