logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Gavin dan Qinan

"Laper," gumam Aileen mengusap perut kurusnya, ia menoleh kearah Erlan yang ada dipojok ruangan, pria itu tengah sibuk berkutat dengan layar laptop.
"Pak, Ay ke supermarket sebentar, ya?" izin Aileen mengusik konsentrasi Erlan.
"Mau ngapain?" tanya Erlan dengan pandangan tak lepas dari laptop.
"Mau beli yang bisa dimakan buat ganjel laper," balas Aileen.
Dengan cepat Erlan melipat laptopnya dan berdiri, "Maaf saya lupa, harusnya kita singgah makan tadi, ayo," Erlan langsung menggenggam jemari Aileen dan menuntun langkah sambil menenteng tas penuh berkas dan laptopnya. Aileen tersenyum malu-malu, dia memang sudah mengagumi Erlan sejak semester pertama dan tidak menutupi hal itu sampai detik ini.
Drtt... Drtt...
Getaran ponsel membuat Aileen menghentikan langkahnya.
"Halo?"
"Arah jam dua, cepet gue sibuk," balas orang dari seberang telepon.
"Gavin? Kamu ngapain disini?" tanya Aileen yang menangkap sosok Gavin, pria itu datang dengan mobil yang selama ini terparkir digarasi.
"Lo bego? Supir sakit Mami nyuruh gue jemput lo," tandas Gavin langsung memutuskan sambungan telepon.
"Pak, aku langsung pulang aja, udah dijemput soalnya," ujar Aileen melepas genggaman tangan mereka. "Dadah pak Erlan!" ucap Aileen sedikit berteriak.
"Hati-hati." hanya itu kata yang keluar dari mulut Erlan, mau bagaimana lagi?
Aileen masuk dan langsung duduk di jok belakang, Gavin tidak lagi bersuara dan langsung menancap gas.
"Padahal baru aja mau makan," gumam Aileen bete, cacing dalam perutnya tak henti-henti berdemo.
Aileen mengerutkan keningnya saat menyadari sesuatu, "Kita mau kemana, Vin? Kan jalan pulang disebelah sana," tanya Aileen bingung.
Gavin diam tak mengindahkan pertanyaan Aileen. Ia memarkirkan mobilnya didepan sebuah minimarket dipinggir jalan. Mata Aileen berbinar, dia turun lebih dulu sebelum Gavin. Rak roti dan cemilan yang menjadi sasaran empuk Aileen, ia memeluk semua belanjaan yang lumayang banyak.
"Barengin sini," suara berat Gavin membuat Aileen menoleh, ia meletakkan semua belanjaannya kedalam troli yang didorong pria itu.
Aileen ingin bertanya mengapa Gavin belanja bahan dapur sebanyak ini namun ia mengurungkan niatnya itu, sudah pasti Gavin akan menutup mulut tak akan menjawab.
Aileen terus mengekori Gavin dari belakang, pria itu sibuk melakukan pembayaran dikasir.
"Lo duduk didepan, jok belakang penuh," ucap Gavin menutup pintu mobil, Aileen yang tidak percaya memilih mengecek langsung dengan mengintip jok belakang dari jendela mobil. "Masuk, gue mandi tiga kali sehari, harum, gak bau asem." tukas Gavin yang jengkel saat Aileen menimbang-nimbang untuk duduk disampingnya.
Mobil kembali melaju membelah jalan raya yang terik dan padat. Lantunan musik selow membuat Aileen yang mengunyah beberapa bungkus cemilan tertidur sambil menggenggam susu rasa strawberi.
"Kebo bilang kebo," ucap Gavin pelan.
Hampir lima belas menit, mereka tiba didepan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Gavin menambah volume musik menjadi lebih tinggi membuat tidur Aileen terusik.
"Berisik banget, sih!" teriak Aileen emosi. Gavin melongo, dengan cepat ia mematikan musik itu dan keluar dari mobil.
Bukk...
Hentakan pintu yang ditutup dengan keras membuat Aileen tersadar dari tidurnya, ia menatap tajam Gavin yang kini berada disamping mobil mengeluarkan kantong-kantong plastik belanjaan tadi.
"Ini dimana?" tanya Aileen saat keluar dari mobil.
"Apartemen gue," jawab Gavin dan berlalu mendahului Aileen.
"Kok kita kesini?" tanya Aileen mengekori Gavin dari belakang, lagi, Gavin diam membisu.
Huayem...
Aileen menguap saat lift mulai naik, lantai lima belas tempat mereka berhenti, keduanya berjalan santai menyusuri koridor bernuansa Eropa itu.
"2118," ucap Gavin tiba-tiba membuat Aileen kebingungan. "Password kamar gue," Gavin mengangkat kedua tangannya yang menenteng plastik, Aileen yang mengerti langsung menekan empat angka itu ditombol yang menempel didepan pintu.
Saat pintu terbuka, aroma apek seperti ruangan yang sudah lama tidak dihuni menyambut mereka, ruangan yang lumayan besar berwarna cream keemasan.
Gavin langsung menuju dapur, menyalakan kulkas dan memasukkan belanjaannya kedalam sana, setelahnya, ia membuka satu pintu disudut ruangan.
"Widih, bagus banget!" ujar Aileen takjub, kamar dengan nuansa galaksi saat lampu padam, dan menjadi kamar berwarna abu muda saat lampu dinyalakan.
"Dikebas dulu kalo mau tidur, udah setahun gak dipake, banyak debu." ujar Gavin sambil membuka gorden kamar lebar-lebar. Ia berlalu meninggalkan Aileen seorang diri dalam kamarnya, fasilitas didalam sini begitu lengkap, ditambah karpet lucu yang menutupi lantai dingin membuat Aileen betah jika berguling-guling diatasnya.
Aileen menyalakan AC, meraih gitar disamping meja nakas, menggenjerengnya asal sambil bernyanyi. Menyalakan dan mematikan lampu kamar berulang kali. Kegabutan Aileen terhenti saat hidungnya mencium sesuatu, ia berjalan keluar kamar mencari dimana asal aroma itu.
"Kamu masak, Vin?" Aileen menghampiri Gavin yang kini berdiri didepan kompor dengan celemek dibadannya.
"Coba dicicipi, apanya yang kurang," Gavin menyuap ujung sendok pada Aileen.
"Udah pas kok, enak," balas Aileen membuat Gavin langsung mematikan kompor. Aileen segera mengambil tempat duduk diruang makan, memerhatikan Gavin yang dengan lincah menangani dapur.
"Gue cuma tau masak nasi goreng," ucap Gavin meletakkan dua piring diatas meja, tak lupa juga ia mengambil minuman yang ia beli di minimarket tadi.
"Kamu kenapa gak tinggal dirumah aja?" tanya Aileen melihat keadaan.
"Nama lengkap lo apa?" Gavin balas bertanya.
"Aileen Qinan Lethesia."
"Biasa dipanggil?"
"Aileen."
"Gue manggilnya Qinan aja,"
"Kenapa?"
"Biar beda."
Keduanya berbincang sambil mengunyah, tidak ada rasa canggung untuk keduanya, Gavin yang santai dan Aileen yang kelewatan santai membuat mereka terlihat seperti sudah lama saling kenal.
"Disini gak sunyi, ada dua curut yang selalu ramein, lagi dijalan kesini," tutur Gavin membuat Aileen manggut-manggut.
"Besok lo ada kelas?" tanya Gavin.
"Besok sabtu, gak ada kelas, adanya tugas."
"Baguslah, kayaknya kita balik ke rumah tengah malem, gue udah izin sama Mami tenang aja," ucap Gavin.
Ting. nung.
"Itu mereka," Gavin berjalan menuju pintu.
"Selamat malam pak Gavin Almero, saya Valentino Zedrak mau mengantar paket-"
"Bacot!" Gavin kembali masuk membiarkan Valen, sahabatnya, berbicara seperti orang gila didepan pintu.
"Vin, binik gue lagi di toilet woy!" teriak Valen menahan pintu agar tidak tertutup.
"Pass-nya gak gue ganti," teriak Gavin yang sibuk menyetel musik di TV.
"Parah banget lo! Eh- siapa?" Valen terkejut saat tiba didalam dan melihat Aileen dimeja makan.
"Sepupu," jawab Gavin santai.
"Ay?" panggil seseorang.
"baby, kamu kenal sama dia?" tanya Valen heran saat seorang wanita tiba disampingnya mengambil alih tubuh bayi mungil yang ia peluk.
"Wulan?" Aileen melongo ditempatnya.

Komento sa Aklat (50)

  • avatar
    9235Strawberry

    best

    36m

      0
  • avatar
    Ferry Kurni Awan

    oke baik

    22d

      0
  • avatar
    AinulSiti

    i like it

    16/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata