logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Calon Suami

Kediaman Roland.
Zakra sampai di rumahnya rumah bertingkat 3 dengan cat berwarna putih berpagar hitam menjulang tinggi dengan halaman yang luas. Rumah dengan aksen eropa terdapat taman kecil di depan dan di taman belakang. Adapun kolam renang yang luas serta kolam ikan tak terlalu besar.
Zakra memasuki rumahnya dan saat melewati ruang keluarga dirinya melihat papa dan mamanya ada di situ. Menyadari kehadiranya papa dan mamanya menoleh ke arah Zakra.
"Eh Za udah pulang kamu?" tanya Ratna.
"Iya Ma. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
"Kamu ganti baju dulu sana setelah itu makan siang dan kamu kembali ke sini mama dan papa ingin membicarakan soal penting sama kamu."
"Iya."
Zakra menjawab di sertai anggukan dan pergi ke kamarnya. Jadi ia putuskan untuk mandi saja badanya lengket dan gerah
Tak membutuhkan waktu lama untuk mandi Zakra sudah siap dengan pakaian santainya. Ia turun ke bawah dan menuju dapur untuk makan siang terlebih dahulu.
Selesai menuntaskan makan siangnya Zakra segera melangkah menuju ruang keluarga sesuai perintah papanya tadi.
"Ada apa pa?" tanya Zakra dan ikut duduk di sofa bedanya Zakra di sofa single dan papa mamanya di sofa panjang.
"Gini Za papa dan mama udah jodohin kamu waktu kecil dengan anak sahabat papa dan mama. Kita tadi sudah ketemu sama sahabat papa dan mama dan kami sepakat untuk melanjutkan perjodohan ini. Jadi kamu harus mau menerima perjodohan ini Za."
Denis menjelaskan maksudnya meskipun tak ada nada memaksa tetapi Zakra peka bahwa perjodohan ini harus terlaksana.
"Kamu tenang aja Za anaknya baik kok meskipun mama dan papa belum ketemu langsung sama anaknya tetapi kami percaya bahwa sahabat mama dan papa itu mendidik anaknya dengan baik lagipula sahabat mama dan papa orangnya baik," sambung Ratna.
"Lagipula kamu juga belum punya kekasih kan? Nah dengan perjodohan ini papa dan mama ga akan memaksa kamu buat cari calon istri lagi."
"Dan juga mama udah ga sabar pengin gendong cucu dari kamu Za."
"Bukan mama aja papa juga kali ma pengin gendong cucu segera."
"Eh iya pa mama lupa," cengir Ratna, Denis yang melihat hanya menggelengkan kepalanya.
Zakra berpikir-pikir apakah harus menerima perjodohan ini. Mungkin ini juga jalan terbaik ga mungkin kan papa dan mama milihin jodoh yang asal-asalan.
"Udah deh Za pokoknya ini yang terbaik buat kamu papa jamin umur kamu juga sudah matang untuk menikah."
Denis masih berusaha membuat Zakra meneriman perjodohan ini.
"Ya udah Zakra mau menerima perjodohan ini lagipula Zakra ga bisa menolaknya kan?" ucap Zakra final.
"Keputusan yang bagus." Denis tersenyum. "Nanti malam jam 7 kita harus sudah sampai ke rumah sahabat papa dan mama untuk membicarakan perjodohan ini, jika kamu menerimanya dan juga jika semua sudah setuju termasuk anak sahabat papa dan mama kita langsung melanjutkan ke jenjang pernikahan."
"Oke. Ya udah kalau tidak ada yang di bicarakan lagi Zakra mau istirahat dulu."
"Nanti sebelum jam 7 malam loh Za kamu harus sudah siap," ucap Ratna mengingatkan.
"Iya ma Zakra pamit."
Mendapat izin untuk istirahat Zakra pergi meninggalkan ruang keluarga yang masih ada papa dan mamanya. Membersihkan diri dan berganti pakaian dengan pakaian santai.
Merebahkan dirinya di kasur king sizenya sambil berpikir semoga saja ini pilihan yang terbaik buat Zakra menerima perjodohan ini. Tak lama kemudian Zakra pun terlelap memasuki dunia mimpinya
Sementara di kamar Stella sang pemilik kamar terlihat frustasi.
"Sebel sebel sebel. Kenapa sih papa dan mama seenaknya pake acara ngejodohin gue waktu belum lahir," dumel Stella dengan wajah memerah karena marah.
"Tapi gue kasihan lihat wajah papa dan mama sedih karena gue nolak perjodohan ini. Gue harus gimana ini?! Gue masih muda masa iya gue nikah muda apa nanti kata orang!"
Stella frustasi antara menolak atau menerima perjodohan itu.
Saking frustasinya Stella merebahkan dirinya tengkurap ke atas kasur dengan kasar.
"Hah." Helaan napas kasar Stella keluar.
Pintu kamar Stella terbuka dari luar tanpa di ketuk. Stella yakin itu pasti mama atau ga papanya.
"Stella sayang," panggil Risa memasuki kamar Stella dan melihat Stella berbarimg dengan tengkurap.
Tuh kan bener mamanya!
Stella diam tak menjawab panggilan mamanya.
Ratna mendekati Stella dan duduk si sisi pinggir ranjang mengelus kepala Stella lembut mencoba menyalurkan kasih sayangnya lewat usapan tanganya.
"Mama mengerti apa yang kamu rasain sayang. Memang menikah muda buat kamu pasti berat. Tetapi mama dan papa melakukan ini bukan hanya sebagai kebahagiaan mama dan papa semata ini juga demi kamu. Nanti jika papa dan mama ada urusan bisnis di luar negeri yang membutuhkan waktu berbulan-bulan kamu ga akan sendirian dan kesepian di rumah ini. Kamu nanti ada yang menemani. Mama berharap kamu mengerti dengan keputusan mama dan papa," ujar Risa lembut memberi pengertian kepada Stella.
Stella memang tak merespon apa yang di ucapkan mamanya tetapi ia mendengar kok.
Stella berperang di dalam otaknya. Apakah iya ia harus menerima perjodohan ini? Kalau itu bikin papa dan mama bahagia Stella akan coba kalbukan lagipula ia juga belum pernah balas kebaikan papa dan mamanya yang sudah mau merawat dan mengurus dirinya sewaktu kecil hingga sebesar ini dengan baik serta kasih sayang yang melimpah. Stella menghela napa kecil sebelum mulai berbicara. Ia bangkit dari posisi berbaring tengkurapnya.
"Ma, setelah Stella pikir-pikir Stella menerima perjodohan ini dan maaf tadi sempat menolak dan mungkin tanpa sengaja Stella tadi berkata kasar sama papa dan mama," ucapnya dengan nada menyesal.
"Kamu yakin sayang?" tanya Risa memastikan.
"Stella yakin ma."
Stella berkata mantap dan memandang mamanya penuh keyakinan.
"Mama percaya sama kamu."
"Dan soal tadi Stella minta maaf ya ma."
"Iya mama dan papa sudah memaafkan Stella kok."
"Ya sudah kamu lanjutin istirahatnya nanti malam jam 7 kamu harus sudah dandan cantik dan soal dress nanti malam mama bawa ke kamar kamu."
"Iya ma."
"Mama keluar dulu."
Setelah mamanya keluar Stella kembali merebahkan dirinya dan terlelap.
Risa kembali ke ruang keluarga dan masih ada sang suami.
"Gimana ma Stella udah setuju?" tanya Fathan memang tadi Risa izin untuk membujuk Stella lagi.
"Setuju kok pa."
"Alhamdulillah."
Risa duduk di sebelah Fathan dan mereka kembali menonton tv sambil romantis-romantisan.
Malam pun tiba keluarga Valerin sudah siap menyambut kedatangan keluarga Roland. Stella memakai dress warna biru muda selutut pemberian sang mama. Dirinya sedang merias diri sesuai permintaan sang mama harus dandan biar cantik untuk bertemu dengan calon suami dan keluarganya.
Mama dan papanya sudah ada di ruang tamu untuk menyambut kedatangan keluarga Roland.
Tak harus dandan menor Stella hanya memakai bedak, liptint, maskara dan blush on sedikit. Rambutnya hanya ia biarkan tergerai simple memang. Stella tak mau ribet-ribet dandan yang membutuhkan waktu lama.
Tak lama bell rumah terdengar bahkan sampai ke kamar Stella mungkin keluarga yang akan di jodohkan dengannya sudah datang.
Di sisi mama dan papanya Stella ketika mendengar bell rumah berbunyi. Risa menuju pintu dan membukanya. Terpampanglah keluarga Roland Denis dan Ratna.
"Kalian sudah sampai. Ayo silahkan masuk," pinta Risa.
"Iya Ris," jawab Ratna kemudian masuk dengan Denis di sampingnya.
Sampai di ruang tamu mereka bersalaman serta menanyakan keadaan masing - masing dan duduk.
"Anak kamu mana Ris?" tanya Ratna tak sabaran ingin bertemu dengan calon menantunya.
"Masih ada di kamarnya Na."
"Oh iya anak aku masih jalan kesini telat dia datangnya," ucap Ratna tak enak hati.
"Udah gak papa. Kalau gitu aku mau panggil Stella dulu."
Risa pergi menuju kamar Stella dan mengetuk sebentar lalu masuk ke dalam kamar Stella.
"Sayang kamu sudah siap?"
Stella yang menghadap cermin menoleh ke arah Risa.
"Udah ma."
"Wow anak mama cantik banget."
Puji Risa terpana melihat penampilan Stella.
"Mama bisa aja."
Stella malu-malu dipuji mamanya seperti itu.
"Serius ini beneran kamu cantik banget."
"Iya-iya Stella percaya kok ma."
"Ya sudah ayo sayang kita keluar keluarga yang akan di jodohkan dengan kamu udah datang," ajak Risa.
Stella dan Risa pun keluar kamar Stella menuju ruang tamu.
Di ruang tamu Fathan, Denis dan Ratna mendengar derap langkah dari arah tangga menoleh dan mereka semua terpana dengan kecantikan Stella.
Stella sendiri melihat dua orang paruh baya tetapi tak telihat seorang lelaki yang akan di jodohkan dengan dirinya.
"Denis Ratna, ini anak aku Stella yang aku jodohin sama anak kalian."
Fathan mengenalkan Stella langsung kepada Denis dan Ratna.
"Halo om dan tante," salam Stella menyalimi tangan Denis dan Ratna sedikit canggung.
"Cantik dan sopan ya," puji Ratna.
"Pasti dong anak siapa dulu," ucap Risa bangga.
"Iya-iya itu anak kamu. Oh iya Stella panggil kami mama dan papa ya. Mama namanya Ratna dan suami saya panggil namanya papa Denis."
"Iya tan—eh ma."
Stella mengucap sedikit kikuk untuk panggilan calon mertuanya.
"Stella anak papa masih di jalan mungkin sebentar lagi ke sini," ujar Denis.
"Eh i—iya pa."
Tak lama ada suara seorang laki-laki yang memasuki ruang tamu.
"Maaf saya terlambat," ucap seorang laki-laki dengan suara beratnya.
Semua orang yang ada di ruang tamu menoleh begitupun Stella dan betapa terkejutnya Stella setelah mengetahui siapa pemilik suara laki-laki tersebut.
"Pak Zakra?!"
"Stella?!"

Komento sa Aklat (379)

  • avatar
    insaniyehKhoirotul

    sangat tidak mendengarkan mama naya

    6d

      0
  • avatar

    Asik

    22d

      0
  • avatar
    SUWANDIROBY

    bacaan yg apa sih wow

    22d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata