logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Pengganggu

Sepulang sekolah Ardo dan Syifa memutuskan belajar bersama dirumah Ardo.
"Ma, Ardo udah pulang." teriak Ardo
Sementara Syifa hanya diam memperhatikan Ardo yang bertingkah seperti anak kecil.
"Syifa, sini duduk." panggil Ardo yang dituruti Syifa. Dia duduk di samping Ardo dan tak tahu harus apa sekarang, Syifa mengeluarkan buku fisika yang sengaja ia bawa dari rumah.
Syifa menatap Ardo, pria itu memejamkan matanya. Syifa menghela napas berat, pria di hadapannya saat ini benar-benar... "Arghh," teriak Syifa spontanitas.
Lantas Ardo membuka matanya yang terpejam.
"Syif, lo kenapa?" tanya Ardo penuh penekanan serta terselip rasa khawatir disetiap perkataannya.
"Eh, sorry." ucap Syifa menundukkan kepalanya, malu.
"Yakin?" tanya Ardo memancing, namun ditepis olehnya.
"Iya."
"Yaudah kalau gitu," ucap Ardo lagi. Dia kembali menidurkan kepalanya diatas bantal sofa dan memejamkan matanya.
"Is," Syifa mendesis.
"Do! Kita kesini itu kan mau belajar, persiapan bulan depan. Kok lo tiduran sih?" ucap Syifa memberanikan diri, protes.
Ardo kembali membuka matanya yang terpejam, menatap bola mata Syifa yang cokelat madu dengan sorotan tak dapat diartikan.
Ardo menatap Syifa sangat lama dan tajam. Membuat Syifa bergidik ngeri membayangkannya, Syifa memukul bibirnya pelan.
"Kenapa mesti keceplosan sih haduh," ucap batin Syifa.
"Eh, gue sorry lagi!" ucapnya polos.
Mendengar ucapan itu tiba-tiba saja Ardo tertawa lepas. Benar-benar polos ucapan wanita berparas cantik nan manis itu.
"Haha, lo kenapa sih? Kok minta maaf lagi?" ucap dan tanya Ardo dengan nada meledek.
"He-eh! Ya, ya. Gue gak kenapa-napa," jawab Syifa seperti orang bodoh.
"Kalau lo gak kenapa-napa terus kenapa lo minta maaf ke gue?" tanya Ardo lagi.
"Ya karna gue udah bangunin lo," balas Syifa.
"Haha, karena udah bangunin gue? Emang gue kapan tidurnya?" tanya Ardo menggoda.
"Hm, tadi. Kan lo tadi tidur," ucap Syifa cepat.
"Tadi gue tidur? Hahaha! Gue hanya mejamin mata doang. Gue gak ada tidur, kok." ucap Ardo dengan tawa yang masih berderai namun tidak sekencang tadi.
Syifa mengkerutkan dahinya, bingung.
"Jadi tadi lo hanya mejamin mata doang ya," ucap Syifa.
"Iyalah," balas Ardo singkat padat dan jelas.
"Ngng, terus waktu gue bangunin lo kedua kalinya, kok lo natap gue tajam banget? Ngeri tau gak," kesal Syifa.
Dan untuk kesekian kalinya Ardo tertawa lepas sampai-sampai perutnya sakit.
"Yaampun, jadi karna itu juga lo bilang sorry ke gue?" tanya Ardo menaikkan satu alisnya ke atas.
Plak! Syifa memukul lengan Ardo sarkas. "Yaiyalah bego,"
"Sakit Syifa. Gini yah biar gue jelasin," ucap Ardo dengan serius.
"Gue natap mata lo tadi, karna di mata lo ada tai mata. Bukan karna gue marah atau sebagainya. Enggak," ucap Ardo jujur.
Sementara Syifa? Malu bukan main! Bagaimana tidak? Ardo melihat kotoran dimata nya, malu banget kan? Mau ditaruh dimana muka dia sekarang. Persetan dengan semua itu.
"Hah, disini ya?" tanya Syifa dengan kedua tangan mengusap-usap matanya.
"Gimana Do? Udah bersih gak?" tanya nya lagi, Ardo tak menyahut. Dia memandang Syifa sepertu orang kesurupan, NGERI.
"Do, hello?" panggil Syifa.
Ardo akhirnya tersadar dan kembali ke alam nyata.
"Eh," ucapnya.
"Lo gak apa-apakan?" tanya Syifa memastikan.
"Gak," jawab Ardo cepat.
"Gimana, udah gak ada lagi kan?" tanya Syifa memastikan kembali.
"Syif, sebenarnya gue boongan."
"Maksud lo? Lo bohongin gue masalah tai mata?" tanya nya.
Ardo tersenyum sampai akhirnya mengadu kesakitan akibat cubitan yang diberi Syifa pada pergelangan tangannya. "Aww sakit."
"Biarin, emang gue peduli," balas Syifa ketus.
Sementara Ardo hanya tersenyum penuh arti.
***
Berbagai cemilan ringan lengkap dengan jus jeruk diatas meja yang sejak tadu disajikan oleh ibunda Ardo menambah semangat mereka untuk belajar.
"Syif lo udah selesaiin soal yang dikasih pak Subroto kemarin kan?" tanya Ardo sembari melirik Syifa yang tengah fokus pada soal-soal dihadapannya.
"Udah, ambil ditas gue aja," suruh Syifa. Ardo segera beranjak mengambil soal yang sudah di selesaikan Syifa dalam tasnya.
Setelah membuka resleting tas Syifa Ardo mencari-cari soal yang dia maksud tadi. Tak sengaja mata Ardo menemui sebuah buku diary yang diyakininya adalah milik Syifa. Sedikit ragu namun Ardo tetap mengambilnya dan secara diam menyembunyikan buku itu ke balik batal sofa sebelum ketahuan oleh Syifa, pikirnya.
Sementara Syifa sendiri perasaannya tiba-tiba saja tidak enak. Dia melirik ke arah Ardo yang sedang merogoh isi yang ada di dalam tasnya.
"Do, udah ketemu belum sih?" tanya Syifa memperhatikan gerak-gerik Ardo.
"Eh iya, Syif gue baru ketemu sama soalnya." ucap Ardo dengan memperlihatkan secarik kertas yang dia genggam ke udara.
"Yaudah buruan lo kesini," ucap Syifa setelahnya kembali fokus terhadap soal-soal yang ada dihadapan nya sekarang.
Penuh dengan rumus-rumus membuat Syifa tak tahan rasanya, sungguh memuakkan dan membuat mata bosan memandangnya.
"Oke," jawab Ardo santai.
***
Jam sudah menunjukkan pukul enam sore itu artinya Syifa harus segera pulang kerumah. Tapi dia naik apa untuk pulang? Sedangkan dia tidak membawa mobil. Kalau nelpon orang rumah, pasti dirumah gak ada papa-mama gak mungkin kan kalau dia menelepon bi Iis untuk jemput? Sedangkan bawa motor saja tidak bisa apalagi kalau mobil.
Pikiran Syifa menerawang kemana-mana, bingung dengan situasi saat ini. Tiba-tiba Ardo datang sudah rapi dengan setelan kemeja yang dia kenakan dipadu jaket kulit bewarna hitam dan sepatu skets menambah kesan yang elegan dimata Syifa. Tapi? Tunggu dulu. Mau kemana dia pergi? Emang dia gak mikirin nasib Syifa sekarang yang bingung pulang harus naik apa? Wah. Benar-benar gak punya hati nih orang!
"Mau kemana lo?" tanya Syifa penuh selidik.
"Mau ngapel dulu," jawab Ardo santai sepertu dipantai.
"Hah? Lo mau ngapel, dan lo gak mikirin gue. Wahh, benar-benar gak punya hati banget ya jadi orang." ucap Syifa tak terima.
"Gak punya hati? Maksud lo apaan dah," tanya Ardo berpura-pura.
"Ya iyalah gak punya hati. Lo asyik jalan sama cewek lo sementara gue bingung harus pulang gimana. Lo mikir gak sih?" cerocos Syifa.
Ardo tertawa mendapat omelan tak jelas dari Syifa.
"Apa lo? Ketawa aja terus! Sampai bubur kembali menjadi nasi," omelnya.
Ardo terdiam untuk beberapa saat tak mengeluarkan suara apalagi gelak tawa.
"Syif," panggilnya.
"Apa," balas Syifa.
"Jangan pernah ngomong kalau gue gak punya hati. Justru karena gue punya hati makanya gue sayang sama lo. Dan asal lo tau juga, maksud ngapel yang gue kata itu ngajak lo jalan berdua." ucapnya.
Tiba-tiba saja Syifa merasakan tubuhnya lemas seketika, sukit rasanya dia untuk bernapas seperti pasokan udara menjauh darinya.
"ma-maksud lo apa?" tanya Syifa gugup.
"gak, lupain. Yaudah ayo kita pulang sekarang, beresin dulu barang-barang lo." Ardo berjalan luan keluar rumah setelah mengucapkan itu sementara Syifa melakukan beres-beres barang seperti yang Ardo suruh.
Diluar terdengar suara stateran motor, sepertinya Ardo sudah siap. Syifa pun keluar dan tak lupa pamit dulu pada ibunda Ardo sampai akhirnya mereka keluar dari pekarangan rumah Ardo yang minimalis namun nyaman itu.
***

Komento sa Aklat (31)

  • avatar
    PratiwiBunga

    bagusss bangett

    22/07

      0
  • avatar
    Muhd Zuhair

    good seronok membaca

    30/06

      0
  • avatar
    EdayantiSelvi

    sangat bagus untuk aplikasi ini bagi saya 👍👍😃

    25/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata