logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Janji dan Sepucuk Surat

Sejak kejadian pagi tadi, Elna dan Ardo saling bertukar nomor ponsel dan saling bertanya kabar. Kali ini mereka berdua sudah janjian malam ini di sebuah starbucks di pusat kota Jakarta.
"Udah lama banget Do kita berdua nggak ketemu, kalau nggak salah lima tahun yang lalu itupun waktu perpisahan SD saja. Setelahnya kita udah hilang contact." ucap Elna kembali ke masa lalu.
"Haha iya juga, udah lama banget yah," seru Ardo.
"Waktu emang cepat banget berlalu. Nggak terasa sekarang mau naik ke kelas dua belas saja. Benar-benar nggak terasa," curhat Elna mengenai perjalanan waktu ini.
"Tapi nih ya omong-omong kita kan udah lama banget nggak ketrmu, lo kok masih kenal gue sih? Jelas-jelas gue udah tambah keren sekarang," dengan bangganya Ardo mengucapkannya.
"Najong lo,"  cerca Elna cepat.
"Gini yah, gimana gue nggak kenal sama lo justru dari suara lo gue kenal banget lah sama lo dan gue juga lihat dari sosial media lo kali. Jadi wajar dong kalau gue kenal sama lo," ucapnya dengan santai.
"Hm, oke. Berarti selama ini lo sering nge-stalking gue dong, wah ketahuan banget ya lo suka sama gue. Haha," blush. Muka Elna pucat pasi sekarang. Kedoknya sudah ketahuan. Elna tak menanggapi ucapan Ardo itu, pikirannya berkecamuk sekarang ini.
"Elna lo kok diem sih. Lo kepikiran sama ucapan gue yang tadi yah? Yaelah santai aja lagian gue juga bercanda kok ngomong kaya gitu, kalaupun memang betul juga ya gapapa kali haha," ucapnya.
Di liriknya Ardo, ada perasaan lega dan malu tersendiri di hatinya.
"Eh, siapa yang kepikiran sih? Gue itu cuma lagi bingung aja sekarang," elak Elna.
"Bingung?" tanya Ardo. Elna mengangguk.
"Bingung kenapa lo? Kaya bisa bingung aja," sambungnya.
Elna memutar bola matanya, "Ya bambang gue juga manusia kali jadi gue bisa bingunglah. Hewan aja bisa bingung, gimana sih," ucap Elna.
"Ya, ya. Gue pikir tadi lo alien ternyata lo manusia. Baru tahu gue." ucap Ardo.
"Terserah lo deh," Elna tak terlalu ambil pusing dengan ucapan Ardo itu, toh kalau diladeni terus-terusan nggak akan ada habisnya. Lebih baik diam dan mengalah.
Tak tahan di diami oleh Elna Ardo kembali membuka suara, "El perempuan yang sama gue di kelas tadi pagi itu temen lo yah?" pertanyaan Ardo melesat pada sosok Arsyifa Natalea.
"He-eh. Kenapa emang?" kali ini Elna yang balik bertanya.
"Oh, gak kenapa-napa sih." ucap Ardo.
"Tuh cewek namanya siapa Syifa ya El?" tanya Ardo yang notabene nya sudah tahu karena diberitahu si sang empunya nama.
Elna menatap wajah Ardo, "Yap. Nama lengkap Arsyifa Natalea. Lo bisa panggil dia Syifa saja." ucap Elna.
"Arsyifa Natalea. Nama yang bagus." ucapnya pelan namun masih dapat terdengar oleh Elna.
"Tadi waktu gue mau kenalan sama dia kayanya dia nggak suka gitu. Apa karna gue masih siswa baru yah? Atau karna Syifa emang kaya gitu?" ucap dan tanya Ardo.
Elna mengkerutkan dahinya, "Maksud lo?" tanya Elna yang bingung.
"Ya itu kenapa tadi pagi gue ajak dka kenalan tapi dia kelihatan risih gitu." ucap Ardo mengingat kejadian pagi tadi.
"Syifa itu perempuannya introvert banget. Banyak anak laki-laki yang berusaha deketin dia tapi dia selalu menolak kehadiran mereka," Elna menjelaskan tentang Syifa sembari menyesap minumannya.
Ardo mengerti sekarang. Saat ini Ardo benar-benar ingin masuk ke dunia perempuan bermata cokelat itu. Rasa penasaran telah menggerogoti perasaannya sekarang.
***
"Gue pulang ya Do, makasih traktirannya." Elna pun keluar dari dalam starbucks itu. Sedangkan Ardo masih tetap duduk santai di dalam starbucks. Belum tergerak di hatinya untuk kembali ke Apertement walau hari semakin larut dan jam menunjukkan sudah pukul delapan lewat dua puluh menit malam.
"Kalau Syifa se-introvert begitu, gue harus bisa menghancurkan pertahanannya. Apapun caranya gue akan bikin dia bisa membuka hati buat gue," ucap Ardo seeperti berbisim dan tekatnya pun sudah bulat.
Hatinya benar-benar jatuh pada Syifa sekarang. Ya, dia sudah menaruh hati pada perempuan berbola mata cokelat itu walaupun pertemuannya hanya sehari. Namun perempuan itu sudah bisa membuat hatinya penasaran tentang segala akan tentangnya.
Jangan salahkan perasaan. Jika kalian menganggap gue terlalu cepat suka sama dia. Gue gak bisa jelasin. Karena untuk suka tidak pernah ada alasannya.
***
Besok paginya, Ardo datang lebih awal disaat gerbang sekolah masih tertutup. Dia berencana akan memberi kejutan pada Syifa hanya menggunakan sepucuk surat yang akan dia taruh di dalam laci meja Syifa.
Ardo menyusuri koridor sekolah setelah sepuluh menit menunggu gerbang dibuka. Pandangannya menyapu seluruh kawasan sekolah yang teramat besar ini.
"Horor banget," serunya sambil  menempelkan telapak kedua tanggannya hingga bersentuhan lalu menggosok-gosokkan nya sampai menimbulkan rasa hangat karena pagi ini sungguh dingin.
Benar-benar sunyi dari keributan juga keramaian. Hingga sesampainya di kelas, Ardo meletakkan tasnya ke kursi lalu membuka tasnya dan mengambil sesuatu dari dalam, apalagi kalau bukan surat untuk Syifa. Biarlah dia menjadi screat admire untuk seorang Arsyifa Natalea.
"Ini dia. Gue harap nanti dia baca surat dari gue ini," setelah berkata seperti itu, Ardo memasukkan nya ke dalam laci.
Sambil menunggu anak-anak datang, Ardo bermain game yang ada pada ponselnya.
***
Jam menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit, sebagian kelas sudah dipenuhi anak-anak dan keributan sudah memecah kesunyian sejak lima menit tadi.
Seorang perempuan mendekat. Ardo merasakannya karena ada bayangan dan hentakan sepatu sedang menuju ke arahnya. Dalam diam, perempuan itu meletakkan tasnya lalu duduk dibangkunya.
Benar-benar cantik, Ardo terpukau dengan penampilan Syifa pagi ini. Dengan rambut pajang hitam lurus yang digerai menambah sisi manis dari seorang Syifa. Sederhana namun indah.
"Pagi Syifa," ucap Ardo dengan semangat. Sebelumnya dia sudah mematikan ponselnya dan memperhatikan Syifa yang datang dalam diam tanpa berkata apa-apa dengannya pagi ini.
Syifa tak menanggapi sapaan Ardo. Kelihatannya dia sibuk memasukkan beberapa buku ke laci. Disaat itu pula, sepucuk surat terjatuh ke lantai. Syifa melihatnya lalu menunduk ke bawah untuk memungut surat itu. Namun kalah telak dari Ardo, pria itu telah memungut nya luan dari lantai sebelum Syifa.
Syifa kelihatan marah atas perlakuan Ardo barusan, terpampang jelas dari raut wajahnya yang tidak suka karena Ardo yang memungut surat itu luan dari lantai, padahal itu bukan haknya. Tapi seorang Ardo tetaplah Ardo tidak perduli walau sudah diberi lampu ketidaksukaan.
"Syifa surat lo gue buka ya," saat Ardo ingin membuka surat itu yang dia sudah tahu apa isinya pun secepatnya langsung dicegat sama Syifa.
"Jangan! Lo jangan buka!" teriaknya.
"Lah kenapa jangan dibuka? Apa lo nggak penasaran sama isi suratnya. Gue aja penasaran, serius!" ucap Ardo mendramatisir.
"Kembaliin suratnya. Ini surat buat gue bukan buat lo. Jadi biar gue sendiri aja yang buka itu surat, lo nggak perlu bukainnya surat gue," ucap Syifa.
Ardo berpura-pura menyerah dan menyerahkan surat itu pada Syifa. Syifa sendiri segera merampas surat itu dari tangan Ardo.
"Lo jangan intip isinya," titah Syifa
"Yah, gue gak bakalan intip isinya kok. Asalkan lo nanti ngasih tau isi surat itu apa. Gimana?" tawar Ardo.
"Ye-ee, sama aja lah lo bakalan tau. Gak gue nggak bakalan kasih tau isinya sama lo. Lagian lo siapa gue coba," ucap Syfia.
"Gue kan calon pacar lo nantinya," ucap Ardo.
"Males banget. Udah sana, lo ngadap ke jendela, " titah Syifa kembali.
Ardo menurut saja seperti anak kecil.
Sedangkan Syifa mulai membuka surat itu.
Isinya :
Dear Syifa
Gue tau lo adalah gadis introvert. Tapi gue mohon sama lo jangan pernah tarik diri lo dari dunia luar karena sifat introvert lo itu. Gue gak suka kalau lo seperti ini terus.
Sreet Admire
Syifa membaca nya berulang-ulang dalam hati. Ini surat dari pengagum rahasianya, tapi siapa? Selama ini dia tidak pernah mendapatkan surat apapun seperti ini semenjak Syifa mengeluarkan pengumuman bahwa dia merasa terganggu dengan segala surat-surat yang selalu ditaruh di laci meja. Tapi kali ini? Dia mendapatkannya lagi.
Syifa menutupnya kembali dengan rapi, bersamaan dengan Ardo yang kembali menoleh ke arah Syifa.
"Isinya apaan?" tanya Ardo sama seperti tadi berpura-pura penasaran.
"Lo banyak tanya," ucap Syifa.
Ardo hanya menyengir kuda.
"Itu dari pengagum rahasia lo ya," tanya Ardo.
"Kepo," balas Syifa dengan singkat.
"Emang isinya apaan?" Ardo tak menanggapi ucapan Syifa barusan.
Sedangkan Syifa memilih diam dan berusaha untuk tidak mendengar ocehan makhluk halus di sampingnya itu.
Tak kunjung memberi jawaban, Ardo pun ikutan diam bersamaan bel masuk berbunyi.
***

Komento sa Aklat (31)

  • avatar
    PratiwiBunga

    bagusss bangett

    22/07

      0
  • avatar
    Muhd Zuhair

    good seronok membaca

    30/06

      0
  • avatar
    EdayantiSelvi

    sangat bagus untuk aplikasi ini bagi saya 👍👍😃

    25/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata