logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Harus Kuat

"Mas," lirih Dilla. "Aku tidak mau pergi."
"Oh, kamu berani membuka suara juga rupanya?!" sinis Salwa.
"Mas, aku sedang hamil. Aku lelah, aku mau istirahat, Nara juga." Dilla merengek di lengan Aryan, membuat Salwa, Akmal, dan Rahma berdecih sinis.
"Jangan kau pikir dengan kau merengek seperti itu, kami akan menerimamu wanita murahan! Tak usah banyak drama, segera angkat kaki dari sini sebelum kami panggil bagian keamanan untuk menyeret kalian keluar!" pungkas Salwa membuat Aryan tak dapat berkata lagi dan berjalan keluar dari rumah itu. Begitu pun Dilla, ia mengikuti langkah Aryan keluar dari rumah itu dengan wajah masam.
Setelah kepergian Aryan dan Dilla, tangis Salwa dan Rahma pecah. Ia tak menyangka rumah tangga anaknya dan Alfea akan berakhir seperti ini. Mereka sangat menyayangi Alfea sebab Alfea wanita yang baik hatinya, lembut tutur katanya, sabar, dan penyayang. Mereka benar-benar tak menyangka, anaknya, putra kesayangannya lebih memilih seorang perempuan murahan untuk menjadi pendamping. Walaupun mereka menginginkan cucu, tapi mereka tidak terima bila Aryan memperolehnya dengan cara tak beradab seperti itu. Terlebih dengan menyakiti hati wanita sebaik Alfea.
***
Gema suara adzan subuh mengalun indah. Membuat 2 insan yang sedang terlelap mengerjapkan matanya. berulang kali. Mereka adalah Alfea dan Khalisa. Mereka berdua duduk di atas ranjang dan mencoba merenggangkan otot-otot yang kaku. Setelah dirasa nyaman, secara bergantian mereka masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus bersuci. Setelah selesai, mereka pun menggelar sajadah dan melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik.
Begitu banyak rencana yang telah Alfea buat untuk ia kerjakan hari ini. Beruntung hari ini Alfea tidak memiliki jadwal mengajar, jadi ia bisa mencari rumah untuk ia huni nanti. Ya, Alfea sudah membuat keputusan akan menjual rumah penuh kenangan itu dan membeli yang baru.
Sebenarnya Alfea bisa saja menempati rumah lama sang ibu, tapi rumah itu telah dihuni tetangga ibunya karena mereka tidak memiliki tempat tinggal. Jadilah beberapa hari yang lalu mereka menyewa rumah itu. Alfea tidak membebankan biaya yang besar untuk rumah itu. Asalkan rumah itu dijaga dan dirawat sebaik mungkin, Alfea sudah cukup bahagia. Alfea juga tidak tega mengusir mereka karena itu lebih baik Alfea mencari rumah baru. Ia akan membayar uang mukanya dahulu, nanti setelah rumah lamanya terjual maka barulah ia akan melunasi semuanya.
Alfea sedang mematut penampilannya di depan sebuah cermin rias di kamar Khalisa. Dia kini tengah mengenakan dress selutut berwarna merah muda milik Khalisa membuat penampilannya makin cantik dan mempesona. Lalu tangannya terangkat dan mengusap pelan perut ratanya seraya tersenyum manis.
"Hai, Sayang, baik-baik di dalam perut bunda ya! Bunda sayang banget sama dedek. Mulai hari ini, kita mulai lembaran baru ya, Sayang. Jadilah sumber kekuatan bunda, sayang. I love you," ucapnya lirih.
Setelah selesai berpakaian, ia keluar dari kamar bersama Khalisa.
"Pagi Paman, Bibi," sapa Alfea seraya tersenyum lebar, membuat orang tua Khalisa menoleh serentak.
Seakan tidak ada yang terjadi kemarin, Alfea melangkahkan kakinya menuju orang tua Khalisa. Ia terlihat lebih segar dari semalam saat ia baru datang ke rumah Khalisa. Walaupun binar matanya masih terlihat sendu, tapi ia berusaha sekuat tenaga agar terlihat baik-baik saja.
"Eh, nak Alfea. Pagi, Sayang. Kapan kamu datang? Kok paman dan bibi tidak tau kamu datang, Nak?" tanya bi Aqila, ibunya Khalisa.
"Silakan duduk, Nak," ucap paman Satya, ayah Khalisa.
"Fea datang semalam, Paman, Bibi. Waktu itu sudah agak larut jadi paman dan bibi sudah tidur."
"Oh, pantesan paman liat mobil kamu di depan. Mau tanya Khalisa, tapi dia belum keluar kamar juga," ujar paman Satya.
"Yuk Fea, kita sarapan dulu!" ajak Khalisa. Lalu ia membantu Alfea mengambil nasi goreng dan telur dadar dan menyodorkannya ke Alfea.
"Makasih, Za. " ucapnya tulus.
"Nak Alfea mau ke mana, sudah cantik gini? Tidak mengajar ya hari ini?" tanya bi Aqila karena melihat penampilan Alfea sudah seperti ABG yang mau pacaran.
"Fea, mau cari-cari rumah, Bi," ujar Alfea jujur.
"Rumah? Oh, kalian akan pindah ke rumah baru?" terka bi Aqila.
"Iya, Bi. Kami akan mencari rumah baru."
"Suami kamu mana? Kok nyari rumah tidak ditemani?" tanya paman Satya.
Khalisa menoleh ke arah Alfea dan menggenggam tangannya, membuat paman Satya dan Bi Aqila bingung, seperti ada sesuatu yang mengganjal.
"Alfea sudah pisah sama suami Fea, Paman, Bibi."
"Loh, kok?"
"Ma!" sergah Khalisa agar kedua orangtuanya tidak banyak bertanya.
Alfea menoleh ke arah Khalisa lalu tersenyum dan menggeleng seakan mengatakan tidak apa-apa, Za.
"Suami Fea lebih memilih wanita yang tengah hamil anaknya, Bi," ujar Alfea sendu.
"Astaga!" seru Bi Aqila. "Maafkan bibi ya, Nak. Bibi tidak tau," ucap bi Aqila penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa kok, Bi, kan emang belum tau," sahut Alfea seraya tersenyum seolah tak ada apa-apa.
"Terus kata kamu tadi, kalian akan mencari rumah baru itu, kamu sama siapa?" paman Satya bingung.
"Fea sama calon anak Fea, Paman. Alhamdulillah, setelah sekian lama penantian, Fea hamil," lirih Alfea.
"Masya Allah! Mantan suami kamu tau?"
Alfea menggeleng, "Dia lebih mengutamakan wanita itu. Fea tidak mau bertahan hanya karena anak, Paman. Mendengar fakta mas Aryan menghamili Dilla, orang yang sudah Fea tolong saja mengguncang batin Fea. Bagaimana Fea bisa bertahan dalam rumah tangga Fea kalau ada orang ketiga di dalamnya? Fea tidak sanggup, Paman," lirih Alfea.
"Ya sudah, kamu jangan sedih, Sayang. Kamu tenang saja, kami semua akan selalu ada untuk kamu. Jadi tidak perlu bersedih. Akan ada pelangi sehabis badai. Lihat! Di saat kamu hancur, justru si baby hadir. Dia tidak mau kamu sedih dan kesepian. Dia akan jadi sumber kekuatan kamu. Bibi yakin, kamu pasti sanggup jalani ujian ini. Terlebih, ada buah hati kamu di dalam sana yang selalu setia menemani kamu," ujar bi Aqila seraya menunjuk perut Alfea dengan dagunya.
"Iya, Bi. Terima kasih atas perhatiannya," ujar Alfea seraya tersenyum manis.
***
Alfea kini dalam perjalanan menuju kantor developer. Ia telah membuat janji temu dengan salah seorang yang bertugas memberikan saran rumah sesuai keinginan Alfea. Ia juga sudah meminta seseorang untuk menawarkan rumahnya agar dapat segera di jual.
Hanya dalam 30 menit, Alfea telah tiba di kantor developer yang cukup meyakinkan. Setelah menelepon, orang yang ditunggu pun datang.
"Silakan masuk, Nyonya," ucap karyawan developer tersebut.
"Sepertinya kita seumuran deh, jadi tidak usah panggil nyonya. Panggil Alfea saja atau disingkat Fea," ujar Alfea ramah.

Komento sa Aklat (142)

  • avatar
    Mohd shukeriNorhidayu

    bagus

    07/07

      0
  • avatar
    MuharmanImam

    mantap. cuy

    26/06

      0
  • avatar
    Sri Hartati Partll

    suka

    08/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata