logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 2

pagi harinya Marni sudah di boyong ke rumah Yanto. Sepanjang perjalanan Marni hanya menangis. Sedangkan Yanto masih saja cuek,tak pernah ia sedikitpun memperhatikan istrinya.
Suasana rumah yang masih sama dengan kediaman Romo. Rumah berdindingkan gedek dan beralaskan tanah. Marni tinggal satu rumah bersama kedua mertua dan juga marti.
"Selamat datang di rumah kami,nak Marni."kata Supono sembari tersenyum.
"Selamat datang di neraka dunia!"gerutu marijah.
"Ini opo bune?(ada apa Bu?)"tanya Supono.
"Nggak opo-opo. Ayo marti,kita harus segera mandi dengan tujuh mata air."kata marijah sembari menggandeng anak perempuannya memasuki rumah.
Sementara Supono mengantarkan Marni ke kamarnya. Dan sejak kedatangannya tadi Yanto sudah pergi entah kemana.
Marni sedang menata baju di almari kayu di kamar Yanto,yang sekarang otomatis menjadi kamarnya. Marni menepuk jidatnya sendiri sembari bergumam.
"Aduh,biyung. Bukankah aku baru tiga hari selesai datang bulan? Bisa langsung jadi(hamil) ini." Marni bergumam sembari menatap kosong ke depan.
Kini ia sudah tak memiliki semangat hidup lagi. Tak berapa lama Yanto memasuki kamar.
"Kamu ada uang?"tanya Yanto datar.
Sedangkan Marni hanya menggelengkan kepala.
"Ya sudah. Lupakan." Yanto kembali keluar kamar.
Marni terduduk di pinggir ranjang besi yang sudah usang. Kemudian ia mendengar percakapan marijah dan Yanto yang sedang berada di ruang tamu.
"Bune,aku minta uang. Aku pingin jualan kambing bune."kata Yanto.
"Kamu beneran?"tanya marijah.
Yanto hanya mengangguk.
"Yo wes. Ini buat modal."kata marijah sembari memberikan uang pada Yanto.
Sementara yanto akan beranjak dari duduknya,Supono datang.
"Duduk le."kata Supono.
"Ada apa,pak?"tanya Yanto.
"Semalem kamu sudah sempat nanam di ladang?"tanya Supono.(hubungan suami istri maksutnya)
"Sudah pak. Kenapa?"tanya Yanto.
"Tak apa. Siapa tau setelah ini langsung hamil."Supono berandai-andai.
"Sudah ya,aku mau pergi dulu."kata Yanto.
Kemudian Yanto pergi tanpa berpamitan pada Marni, Marni yang berada di kamar hanya bisa menitihkan air mata.
Yanto pergi dari rumah dengan membawa uang pemberian ibunya,dan tentu dengan senyum merekah di bibirnya. Bagaimana Yanto tak bahagia,ia sudah berhasil menghisap madu sang pembangunan desa yang selalu menjadi incaran para pemuda kaya dan mapan.
Namun kebiasaan lama Yanto tak bisa hilang begitu saja. Yanto gemar bermain judi dan pergi ke salon pijat plus plus. Bahkan saat sekarang Yanto sudah berstatus suami orang pun ia tak pernah berhenti dari kebiasaan buruknya
Hanya saja marilah dan Supono tak pernah tau akan kebiasaan buruk anak lelakinya. Yang ia tau Yanto adalah oseorang pekerja keras di kota. Karena selama ini Yanto jarang pulang dan setiap ia pulang selalu memberi uang yang banyak pada kedua orang tuanya. Tentu itu uang dari Yanto berjudi.
Sepeninggal Yanto,Marni menjalani hidupnya dengan penuh kesedihan. Kini pun ia tau kalau di dalam rahimnya telah tumbuh bayi yang Tek ia harapkan. Namun Marni tak pernah sekalipun membenci bayinya. Ia hanya menyesalkan apa yang Yanto lakukan.
Hari demi hari terus di lalui. Dan kini perut Marni pun semakin membesar,Marni hanya mendapatkan kasih sayang dari ayah mertuanya. Supono selalu memperhatikan makanan yang Marni makan dan tak pernah lupa memberikan susu khusus ibu hamil.
Suatu ketika,Supono sedang pulang dari ladang,untuk mengecek para petani yang sedang memanen sayuran. Karena hari sudah siang,iapun tak sempat makan. Melihat hal itu,Marni menawarkan makanan.
"Bapak tidak makan dulu?"tanya Marni.
"Di bungkus aja,nduk. Biar nanti bapak makan di mobil."kata Supono.
"Baik pak.timpal Marni.
Kemudian ia mulai memasukkan nasi,sayur beserta lauknya ke dalam tempat makan,dan iapun menyiapkan botol minum untuk Supono.
"Monggo,pak. Sudah siap."kata Marni dengan santun.
"Iyo,nduk. Bapak pergi dulu." pamit Supono.
Tanpa di sadari oleh Marni,ternyata martini tengah mengintainya dari balik dinding dapur.
"Bune,besuk-besuk nggak usah masak.!"kata marti berteriak.
Sontak memancing perhatian Marni dan Supono.
"Ada apa to nduk?"tanya marjilah.
"Itu bude. Palmerah,malah makan-makanan dari si Marni. Nggak sudi aku."umpat marti.
"Wooo dasar pakne. Buang nggak itu makanan. Pakne sudah bosen ya makan masakannya bune?"tanya marjilah sembari menunjuk-nunjuk Supono.
"Ada apa to? Aku udah kesiangan. Nanti keburu sayurannya pada layu di jalan."kata Supono.
"Halah,mentang-mentang baru di pakai sekali sama anaknya. Trus mau di lanjutin sana bapaknya ,gitu?"tanya marjilah dengan ketus.
Sedangkan Marni hanya diam saja. Diamnya Marni karena ia bingung,apa yang salah sehingga ibu dan adik iparnya marah besar.
Kemarahan marjilah dan marti tak cukup sampai di situ. Sudah banyak makian yang mereka lontarkan untuk Marni,namun Marni tetap hanya diam.
Keributan pun memancing perhatian para tetangga,kemudian banyak tetangga yang menjadi saksi ketika Marni di caci maki oleh ibu dan adik dari suaminya itu.
Sampai pada akhirnya datanglah pak RT melerai dan menjernihkan keadaan.
"Sebenarnya ada apa?"tanya pak RT.
"Itu,marni merayu pakne,supaya nggak makan masakannya bune. Mentang-mentang mas Yanto nggak di rumah."ucap marti.
"Benar begitu,mbak Marni?"tanya pak RT pada Marni.
"Bukan begitu pak. Tadi aku melihat bapak tergopoh-gopoh dari ladang,karena habis panen sayur. Dan bapak langsung mau ke pasar pasok sayuran. Tapi bapak belum sarapan. Dan bapak meminta aku untuk membungkusnya. Hanya itu pak."bela Marni.
"Betul begitu,pak Supono?"tanya pak RT pada Supono.
"Iya pak RT."timpal Supono.
"Ya sudah. Marti,kamu harusnya terimakasih. Mbaknya ipar ini walaupun sedang hamil masih bisa mengurus ayahmu."terang pak RT.
"Alah. Hamilnya juga belum tentu anak mas Yanto ini."celetuk marti.
marni hanya diam dan menunduk.
"Sudah bubar-bubar."kata pak RT.
Tak lama para tetangga pun sudah pulang ke rumah masing-masing.

Komento sa Aklat (115)

  • avatar
    RahayuningtyasSelfi Aprilia

    bagus

    2d

      0
  • avatar
    KhairunnisaYasmin

    bagus

    12d

      0
  • avatar
    NiRa

    ceritanya sangat bagus saya suka

    17d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata