logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Cemburu Membawa Berkah

Pagi sudah berganti menjadi malam, aku sedang merapikan mukenaku setelah selesai menunaikan sholat Isya. Ku usap sisa-sisa air mata sisa curhatanku dengan Yang Maha Kuasa.
Saat aku hendak menaruh mukenaku di lemari, terdengar suara mobil Mas Rama berhenti di depan rumah. Dengan bodohnya aku ingin sekali melihat mereka. Ku buka sedikit pintu kamarku menunggu mereka masuk ke dalam rumah.
“Maaas.”
Ku dengar suara gadis yang di cintai suamiku memanggil suamuku dengan manja. Aku belum bisa melihat mereka kerena masih terhalang pintu.
‘Kemana saja kalian Mas, kenapa berangkat pagi-pagi sekali dan baru pulang jam segini?? Kenapa tidak sekalian saja kalian menginap di luar.’ batinku
Meraka mulai memasuki rumah, gadis itu mengaitkan tangannya ke tangan Mas Rama. Ia terlihat sangat bahagia, senyuman lebar tak pernah pudar dari wajahnya.
“Makasih ya Mas buat hari ini.” Ujarnya menghentikan langkah sembari menatap wajah Mas Rama dengan ekspresi yang dibuat semanis mungkin.
“Iya.. sama-sama.” Jawab Mas Rama tersenyum singkat sembari mengelus pucuk kepalanya.
‘Apa-apaan mereka sekarang, Astaghfirullah. Ya Allah aku tidak kuat lagi melihat ini, apa mereka kira di sini hanya ada mereka berdua saja. Apa tidak cukup mereka bermesraan di luar sana, sampai-sampai di rumah juga masih bermanja-manjaan. Kamu pikir aku tidak sakit Mas melihat semua ini, percuma saja kemarin aku mengalah padamu. Percuma saja aku percaya padamu Mas, sekali orang jahat selamanya akan menjadi orang jahat’ Ujarku dalam hati
Aku sudah tidak sanggup lagi melihat mereka, dengan segera ku tutup pintu kamar perlahan. Aku berjalan ke arah kursi di dekat meja rias dan mendudukan diriku di sana.
‘Aku tak bisa jadi wanita lemah seperti ini selamanya. Baiklah, kalau memang Mas Rama tidak mau menceraikanku. Aku akan tetap bertahan sebagai istrinya. Tapi jangan harap aku akan tetap menjadi istri yang patuh seperti kemarin Mas. Kakek Mas bilang dia ingin aku bahagia kan, ingin hidupku terjamin. Oke aku akan menggunakan uangmu untuk kebahagiaanku, ya kamu harus menebus semua air mata ini dengan uangmu Mas. Karena hanya itu yang bisa kau berikan kepadaku kan. Kamu bisa Anisa!!! Mulai besok kamu harus bisa menunjukan pada Mas Rama dan gadisnya itu bahwa kamu tidak pernah peduli dengan kemesraan maupun hubungan mereka mereka. Kamu punya kehidupan sendiri yang lebih penting dari pada mereka.’
Setelah ku bulatkan tekatku aku pun mulai memikirkan apa yang harus ku lakukan mulai besok. Aku harus lebih banyak menghabiskan waktu diluar, dari pada di rumah. Tapi kegiatan yang akan ku lakukan nanti haruslah positif. Aku tidak mau karena ego sesaat ini nanti bisa menjadi masalah yang akan menyeret nama keluargaku menjadi buruk.
Ya, aku harus merencanakannya matang-matang sebelum bertindak besok.
Setelah semalaman aku berpikir, akhirnya aku sudah memutuskan untuk mengisi waktu dengan melanjutkan pendidikan saja. Menurutku ini pilihan yang terbaik, aku bisa menghabiskan banyak waktu untuk fokus belajar. Dan kegiatan ini tidak akan berakhir sia-sia. Aku berpikir jauh ke depan, kalau suatu hari nanti benar adanya aku bercerai dengan Mas Rama aku bisa menjamin hidupku dengan pendidikanku.
Besok pagi aku berencana memberi tahu Mas Rama, dan aku juga berencana mempersiapkan diri untuk mengikuti tes nanti. aku akan memberi tahu Mas Rama saat sarapan nanti. Setelah sarapan aku berencana pergi ke perpustakaan daerah untuk belajar.
Semangat Anisa!!!!
Aku sudah selesai mandi, kini tinggal berganti pakaian lalu memoles sedikit wajahku yang polos ini dengan sedikit bedak dan juga pelembab bibir supaya terlihat lebih segar. Sekarang sudah hampir jam tujuh pagi, aku yakin Sari dan Mbok Minah sudah selesai menyiapkan sarapan untuk kami.
Tapi aku tidak ingin sarapan hari ini, aku hanya akan berpamitan dengan Mas Rama, lalu pergi sarapan di luar saja. Sesuai rencana, aku akan menghabiskan lebih banyak waktuku di luar, supaya kemungkinan aku melihat suamiku bermesraan dengan wanita lain lebih sedikit.
Setelah selesai berdandan dan memakai jilbab, lalu ku ambil tas gendong warna coklat yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Ku lihat kembali jam yang melingkar di tangan kiri, sudah jam tujuh lebih sepuuh menit. Sebaiknya aku keluar sekarang, pasti Mas Rama saat ini sudah berada di meja makan.
Ku buka pintu kamar, lalu melangkahkan kaki menuju meja makan. Benar saja, Mas Rama sudah berada di sana dengan gadisnya. Aku mendekat ke arahnya, Mas Rama menoleh setelah aku berada tepat di sampingnya.
“Ada apa Nis, kok malah berdiri di sini gak duduk sana. Kita sarapan.” Ujarnya bingung melihatku yang berdiri di sampingnya.
Mas Rama kini melihat penampilanku mulai dari atas sampai ke bawah yang sudah terlihat sangat rapi tidak seperti biasanya.
“Kamu kok udah rapi dan bawa tas segala, mau kemana kamu Nis?” Tanyanya setelah menyadari diriku yang sudah terlihat rapi.
“Emm, aku mau minta ijin Mas mau ke perpustakaan daerah, mungkin seharian aku akan disana.” Ujarku meminta ijin padanya.
“Perpustakaan daerah? Mau ngapain kamu ke perpustakaan Nis?” Tanyanya
“Aku mau belajar mas, aku mau kuliah lagi. Semalam aku sudah daftar, ujian masuknya satu minggu lagi jadi mungkin satu minggu ini aku akan sibuk belajar untuk persiapan ujian.” Ujarku
“Daftar kuliah, kok kamu gak ijin sebelumnya?” Tanyanya
“Yang penting ini kan aku sudah ijin Mas, ijin sebelumnya ataupun sekarang sama saja kan. Kamu pasti akan mengijinkanku.” Jawabku sembari ku lengkungkan bibirku memberinya senyuman palsu yang tersirat akan ejekan untuknya. Ia terdiam tidak lagi bisa menyanggah.
“Yaudah Mas aku pamit ya.” Pamitku sembari mencium punggung tangannya.
“Hati-hati di jalan Mbak.” Ucap gadis yang sedari tadi berada di samping Mas Rama. Dia melambaikan tangan dan tersenyum lebar padaku.
‘Kau senang kan, kau pasti sangat senang sekarang karena aku memilih menyingkir dari dunia kalian. Selamat gadis cantik, aku tidak akan lagi peduli denganmu sekarang. Aku pastikan air mataku tidak akan jatuh lagi karenamu mulai sekarang.’ Ucapku dalam hati
“Iya.” Jawabku sembari membalas senyumannya.
“Nis.” Panggil Mas Rama tepat saat aku membalikan tubuhku dan hendak melangkah pergi.
“Kamu gak sarapan dulu?” Lanjutnya
“Gak Mas, aku sarapan nanti saja di luar. Taksi onlinenya sudah sampai di depan.” Jawabku memberi alasan.
‘Percuma saja aku pagi-pagi sudah siap kalau masih harus ikut sarapan dengan kalian. Mas Rama yang baik, mulai sekarang mungkin kamu akan sangat jarang bertatap muka denganku lagi. Bukankah itu yang kau inginkan, jadi tak usah sok peduli lagi denganku. Aku sudah benar-benar muak sekarang‘ rutukku dalam hati
“Hati-hati Nis, nanti kabari Mas kalau sudah sampai.” Ucap Mas Rama
‘Nanti kabari Mas kalau sudah sampai? Masih sok perhatian kamu sekarang??? Jangan harap Mas, aku tidak akan mengabarimu!!!”
“Iya.” Jawabku sembari tersenyum palsu
Aku langsung berbalik dan berjalan keluar meninggalkan mereka yang masih terduduk di ruang makan.

Komento sa Aklat (228)

  • avatar
    IryouwRickofhy

    good👍

    17d

      0
  • avatar
    SetiawanTendy

    bagus

    18d

      0
  • avatar
    Riss

    Critanya sangat bagus dan menarik, Tapi sayang nya Udh tamat, next in dong kak critanya

    13/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata