logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 5

Acara pemakaman Sarah telah usai, Atnan terduduk dengan lemas di samping pusara istri tercintanya begitu juga Ambar yang tidak lagi memikirkan rasa malu dan dengan siapa ia berhadapan.
Para pelayat satu persatu meninggalkan Pemakaman dan hanya tersisah Atnan, Ambar dan para pembantu rumah Atnan, Bibi Iis dan suaminya? mereka tidak ada karena masih berada di luar negeri dan tidak dapat pulang ke Indonesia karena di sana sedang berlaku lockdown karena pandemik.
Ambar duduk dengan mengadahkan tangannya, mendoakan sang kakak yang sudah tiada agar di berikan jalan yang lurus pada yang maha kuasa.
Setelah berdoa dan mengusap tetesan sisah air matanya, Ambar beranjak dan berlalu tanpa mengucapkan apapun pada kakak iparnya yang masih memanjatkan doa-doa untuk istri tercintanya.
Setelah beberapa saat Ambar pergi, seseorang datang dengan berpakaian formal menghampiri Atnan yang baru saja selesai dengan doa-doa nya.
'' Selamat sore pak Atnan,'' salam seseorang itu.
'' Ya selamat sore, Pak Irwan?''
'' Iya benar saya Irwan pengacara Ibu Sarah, sebelumnya turut berduka cita atas kepergian ibu Sarah pak,''
'' Ya Terimakasih,''
'' Bisa berbicara sebentar pak?''
'' Silahkan,''
Atnan berjalan dengan di ikuti Irwan selaku pengacara mendiang istrinya, mereka berbincang mengenai warisan yang dimiliki Sarah juga tidak tertinggal juga membicarakan wasiat yang di titipkan padanya untuk di sampaikan ke terkait setelah Sarah meninggal.
'' Ini beberapa berkas-berkas kepemilikan warisan untuk di berikan pada saudari Ambar setelah ia berusia 20 tahun dan ini satu lagi,'' ucapnya tergantung setelah memberikan beberapa berkas ke tangan Atnan.
'' Ini apa Pak?'' tanya Atnan yang bingung dengan sebuah amplop coklat yang berbeda dari berkas-berkas lainnya.
'' Pak Atnan bisa membacanya sendiri. Saya hanya menjalankan tugas saya untuk menyerahkan nya pada pak Atnan setelah ibu Sarah meninggal sesuai permintaan nya.''
'' Kalau begitu saya permisi ya Pak, kalau ada yang ingin di tanyakan lagi, bapak bisa datang ke kantor saya, dan ini kartu nama saya.'' Pengacara mendiang Sarah berlalu setelah memberikan apa yang semestinya Atnan terima.
Atnan tidak mempedulikan maupun merasa penasaran dengan isi sebuah amplop itu, ia membawanya ke mobilnya dan berlalu meninggalkan tempat pemakaman umum itu untuk kembali ke rumah nya.
Setelah sampai di rumah yang sepi nan sunyi karena tidak ada yang berdiri untuk menyambutnya dia pulang, Atnan tertunduk lemas, senyum istrinya kala menyambut di tepi pelataran membuat ia sangat sulit menerima kenyataan kalau istri tercinta nya telah pergi untuk selamanya.
Saat Atnan ingin melangkah masuk, berbarengan dengan Ambar yang melangkah keluar dengan membawa koper besar miliknya.
'' Kau mau kemana?'' tanya Atnan dengan dingin.
'' Kakak ipar, saya pamit pulang, disini bukan tempat saya, permisi.'' Jawab Ambar dengan kepala yang menunduk.
Atnan hanya diam sejenak lalu ia mengingat sesuatu yang di berikan pengacara mendiang istrinya. '' Sebentar! kau ikut dengan ku,'' sirih Atnan yang sudah berjalan lebih dulu membawa beberapa berkas di tangannya yang ia ambil dari dalam mobil nya.
Ambar menghela nafasnya dengan panjang, dengan sangat terpaksa ia membuntut dari belakang walau jantung nya sedari tadi berdebar tidak karuan, bukan karena suka melainkan karena takut bercampur dengan rasa malu.
Atnan duduk di sofa ruang tamu dan membuka satu persatu berkas-berkas yang tadi ia terima dari pengacara mendiang istrinya juga ia membacanya dengan cepat.
Matanya melirik ke arah Ambar yang masih berdiri di tepi sofa yang ada di sebrang nya. '' Apa kamu mau berdiri terus di sana? duduk!'' perintahnya dengan tegas yang membuat Ambar terperanjat kaget dan duduk dengan ragu.
'' Ini bacalah,'' ucapnya setelah memberikan satu persatu berkas yang sudah ia baca.
Ambar membuka dan membacanya secara perlahan dan dengan polosnya ia bertanya dengan suara lirih, '' apa ini ka?'' tanyanya dengan pelan.
'' Apa kamu tidak bisa membaca?''
'' Aku tidak mengerti maksud dari isinya,'' jawab Ambar masih dengan suara pelan.
'' Itu salasatu berkas kepemilikan harta milik istri saya, kakak mu yang sudah di wariskan untuk mu,'' jawab Atnan yang masih membaca satu persatu berkas-berkas itu dan tiba saatnya ia membuka sebuah amplop yang berwana coklat.
Ia membaca tulisan tangan itu dengan cara membaca di dalam hati yang isinya membuat ia tidak mengerti di awal kalimat nya.
Assalamualaikum Suami ku.
Mungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah tidak lagi berada di samping mu.
Suami ku, maafkan aku jika selama hidup ku selalu merepotkan mu dengan adanya penyakit ku ini, tapi perlu kau ketahui, aku sangat mencintaimu dengan segenap jiwa dan raga ku.
Suami ku, aku tidak pernah meminta apapun padamu, sebagai gantinya aku ingin meminta sesuatu sekarang yang aku ingin kau mengabulkan nya, aku berjanji ini permintaan terakhir ku.
Jagalah adik ku, Ambar. Persuntinglah ia, jadikanlah ia sebagai istrimu, perlakukan lah dia sebagai mana kau perlakukan ku, sanyangi dia cintai dia dan kasihi lah dia, Aku mohon dengan sangat.
Hanya itu permintaan ku, bila mana kau mengabulkan nya aku akan pergi dengan tenang.
^^^Istrimu,^^^
Sarah.
'' Ya Allah apa-apaan ini, permintaan mu sungguh di luar nalar ku!'' ucap Atnan yang langsung membanting surat itu ke atas meja dan langsung di pungut Ambar dan di bacanya.
Atnan mengusap wajahnya dengan kasar, ia tidak menyangka kalau permintaan istrinya yang dulu pernah terucap dari bibirnya langsung itu sungguh-sungguh, apalagi permintaan nya untuk ia menikah dengan adik istrinya sendiri.
Atnan benar-benar frustasi, belum juga ia menerima kenyataan kalau istrinya telah tiada dan dia harus menerima kenyataan lain kalau adik iparnya harus ia nikahi.
Ia melirik ke arah Ambar yang sudah selesai membaca surat itu, terlihat air mata sudah membasahi pipi mulus Ambar.
Ambar menggeleng dengan pelan dan ia beranjak dari duduknya dan ingin berlalu dari sana namun suara Atnan membuat ia menghentikan langkahnya.
'' Tunggu!'' ucap Atnan menghentikan langkah Ambar.
'' Saya tau kamu merasa keberatan dengan permintaan istri ku yang tidak lain adalah kakak mu sendiri itu, aku juga sama, merasa keberatan tapi ini permintaan terakhir nya yang harus kita lakukan dan kabulkan.'' Ujar Atnan yang masih duduk di sofanya.
'' Kak, kakak boleh mengambil semua warisan yang di berikan ka Sarah untuk ku itu, tapi asal aku tidak ingin melakukan satu hal itu.'' Ucapnya dengan berlinangan air mata.
'' Heh, apa kau pikir aku tergiur dengan warisan itu, tidak! aku hanya ingin mengabulkan permintaan terakhir istri ku dan kau sebagai adiknya harus mengabulkan nya juga demi dia agar bisa tenang di alam sana.'' Ambar terdiam setelah mendengar ucapan Atnan.
'' Kau bisa memikirkannya kembali dan kembali ke kamar mu!'' tegas Atnan yang membuat Ambar kesal dan berlarian ke arah kamarnya berada.

Komento sa Aklat (237)

  • avatar
    Amoy Santy Arsya

    saya suka sekali dengan cerita novel ini🥰

    07/05/2022

      1
  • avatar
    Nevi

    wah, udah terbit ternyata.🤗 ceritanya bagus, semangat kak.💪🥰

    01/05/2022

      4
  • avatar
    Salwat Salwat

    Bagus sekali

    4d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata