logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

PENTAS SENI

PART 7
PENTAS SENI
“Papa, ayo cepetan! Nanti kita terlambat!” teriak Bulan.
“Iya, sayang! Sabar, ya!” sahut Ardhan. Bulan mengerucutkan bibirnya sambil menunggu Papanya bersiap.
“Anak Mama sudah cantik banget! Siapa yang dandanin tadi?” tanya Kienan sambil berusaha bangkit dari tidurnya.
“Tante Airin!” sahut Bulan.
“Tante Airin? Memangnya dia ada disini?” tanya Kienan heran. Kini dia sudah duduk sambil bersandar di kepala tempat tidur.
“Iya, aku yang nyuruh karena Mama lagi sakit, jadi gak bisa dandanin aku!” sahut Bulan polos. Kienan memandang tak suka ke arah Ardhan.
“Iya, tadi pagi-pagi dia sudah sampai sini. Aku gak bisa menolak saat Bulan merengek minta diteleponin Airin,” ujar Ardhan memberi penjelasan. Tapi tetap saja, rasanya masih ada yang mengganjal di hatinya.
“Sekarang Tante Airinnya mana? Sudah pulang?” tanya Kienan lagi.
“Belum. Aku mau ajak Tante Airin lihat penampilan aku,” sahut Bulan. Kienan kembali menatap ke Arah Ardhan. Ardhan yang sedang dipandang, memilih pura-pura tidak tahu.
“Papa, cepetan!” ujar Bulan lagi.
“Iya, Sayang! Ini sudah selesai, kok!” sahut Ardhan.
“Sayang, aku pergi dulu, ya! Kamu istirahat saja!” pamit Ardhan, lalu mengecup kening istrinya. Kienan memandang kepergian mereka dengan nelangsa. Dia sedih, namun tak bisa berbuat apa-apa. Kondisinya beanr-benar tak memungkinkan untuk bepergian.
Hari ini, di sekolah Bulan sedang ada pentas seni dalam rangka HUT sekolah. Seluruh siswa diminta tampil untuk memeriahkan acara, termasuk siswa-siswa kelas satu. Bulan dan teman-temannya akan menampilkan peragaan busana. Dia akan berlenggak-lenggok bak peragawati kecil.
“Selamat datang, Pak Ardhan! Selamat datang, Ibu!” sambut sang Kepala Sekolah.
Sambil bersalaman.
“Terima kasih, Pak! Bagaimana perkembangan sekolah ini?” tanya Ardhan ramah.
“Syukurlah, sejak Bapak menggelontorkan dana yang cukup besar, sekolah ini semakin maju. Saya yakin, dalam lima tahun ke depan, sekolah ini bisa menjadi sekolah andalan di kota ini,” sahut sang Kepala Sekolah.
“Bapak berlebihan. Kontribusi terbesar justru ada pada Bapak dan dewan guru yang sudah berusaha keras mendidik anak-anak.”
“Bapak bisa saja. Silahkan duduk, Pak! Mari, Bu!” ujar Kepala Sekolah. Ardhan dan Airin segera melangkah menuju kursi yang telah disediakan.
Para tamu undangan sudah mulai berdatangan. Tak lama kemudian, acara dimulai. Ardhan mengikuti rangkaian acara dengan khidmat. Usai sambutan-sambutan, siswa-siswi kelas satu mendapat giliran tampil pertama. Bulan dan teman-temannya beraksi dengan penuh percaya diri.
“Bulan punya bakat!” ujar Airin seraya berbisik dan mendekatkan tubuhnya ke arah Ardhan agar suaranya terdengar.
“Benar, dia tampak sangat percaya diri!” sahut Ardhan.
“Aku yakin, dipoles sedikit saja, dia bisa menjadi model kecil yang terkenal!”
Ardhan tersenyum sekilas.
“Aku rasa itu tidak perlu. Lebih baik, dia fokus dengan pendidikannya saja!”
“Pendidikan itu memang yang utama, tapi mengembangkan bakat juga perlu. Ini bisa meningkatkan percaya dirinya!” sahut Airin.
“Bagaiamana kalau aku sendiri yang mendidiknya? Aku yakin dia pasti bisa!” lanjut Airin.
“Aku rasa tidak perlu. Aku gak mau dia sibuk dengan semua itu sehingga mengganggu jadwal sekolah dan belajarnya!” sahut Ardhan.
“Semua itu bisa diatur. Kalau perlu, dia bisa homeschooling. Bulan itu anak yang pandai, aku yakin dia pasti bisa mengikuti, bagaimana?” ujar Airin lagi.
“Entahlah, aku belum bisa memutuskan. Aku harus diskusi dulu dengan Kienan.”
“Kenapa harus diskusi dengan dia? Kienan bukan siapa-siapa Bulan. Dia hanya Ibu tiri,” ujar Airin tak terima.
“Tiri atau bukan, yang jelas, dia istriku. Jadi, keputusan apapun yang akan aku ambil, harus aku diskusikan dulu dengannya!”
Airin mendengus kesal. Dia kembali duduk pada posisinya semula. Ardhan kembali fokus pada rangkaian acara yang digelar.
Empat jam kemudian, rangkaian acara telah selesai. Sebelum pulang, mereka menyempatkan diri berfoto di area yang telah disediakan.
“Papa, ayo kita foto dulu!” ujar Bulan smabil menarik lengan Papanya dan Airin.
“Iya, sayang, hati-hati! Jangan buru-buru!”
“Bulan!” panggil seorang gadis seusianya.
“Hai, Chelsea!” sahutnya ceria.
“Ayo foto sama aku!” ajaknya.
“Halo! Anda Jeng Airin, bukan?” sapa wanita itu yang merupakan Mama Chelsea.
“Iya, benar Bu Monica! Apa kabar?” sahut Airin.
“Ya beginilah, makin subur. Ha ...,” sahutnya sambil tertawa.
“Gak papa, Bu, yang penting tetap cantik,” sahut Airin.
“Harus itu, kalau gak, bisa digaet pelakor suami saya,” sahut Mama Chelsea.
“Ibu bisa saja!” sahut Airin sambil tertawa.
“Anda kok disini mengantar siapa?” tanya Mama Chelsea.
“Saya mengantar Bulan tadi!”
“Anda Mamanya Bulan?” tanya Mama Chelsea lagi.
Airin tersenyum simpul.
“Bukan, Bu, saya Tantenya! Mama kandung Bulan itu saudara kembar saya.”
“Ow, begitu. Kenapa gak jadi mamanya saja? Jeng Airin kan cantik, Pasti Papanya gak nolak,” sahut Mama Chelsea sambil melirik Ardhan.
Airin hanya menanggapinya dengan senyuman.
“Papa, ayo kita foto bertiga!” ajak Bulan.
“Ayo! Maaf, kami permisi dulu!” pamit Ardhan.
“Iya, Pak, silahkan!” sahut Mama Chelsea.
“Jeng, kapan-kapan kita ngumpul, ya, sama teman-temanku! Mereka juga sering belanja di butik Jeng Airin!”
“Tentu saja, Bu! saya sih, ayo saja!” sahut Airin.
Ardhan, Airin, dan Bulan berfoto bersama. Mereka tampak seperti sebuah keluarga yang harmonis. Setelah selesai berfoto, mereka segera meluncur pulang. Di perjalanan, Airin mengunggah foto mereka dengan caption” Keluarga impian!”
“Mas, kita mampir makan siang sekalian, ya!” ajak Airin.
“Apa gak sebaiknya kita makan di rumah saja?” sahut Ardhan.
“Sekali-kali kan, gak papa, Mas! Bulan mau kan,kita makan di restoran?” ujar Airin kepada Bulan.
“Iya, Tante! Ayo, Pa, kita makan ddi restoran yang dulu itu!” ujar Bulan.
“Baiklah! Karena tuan putri yang minta, jadi Papa akan turuti!” sahut ardhan.
“Yey ...,” sahut Bulan sambil bertepuk tangan. Ardhan dan Airin tersenyum melihat tingkah konyol Bulan.
Ardhan mengarahkan mobilnya ke sebuah restoran ternama. Setelah memarkirkan kendaraannya, Ardhan segera menyusul Airin yang sudah terlebih dahulu masuk.
“Sudah pesan makanan?” tanya Ardhan.
“Sudah. Aku sudah memesan makanan buat kamu,” ujar Airin.
“Terima kasih,” sahut Ardhan.
Tak lama kemudian, makanan yang sudah dipesan tealh datang. Mereka menikmati makan siang sambil bercengkerama. Tak lupa, Airin mengabadikan momen itu dan mengunggahnya di akun sosial medianya.
“Pa, habis kita main di game zone, ya?” ajak Bulan.
“Kita langsung pulang saja, ya? Memangnya Bulan tidak capek?” tanya Ardhan.
“Gak kok, Pa! Aku masih kuat. Boleh ya, Pa?” ujar Bulan lagi.
“Kita langsung pulang saja, ya? Papa juga harus kembali ke kantor!” sahut Ardhan.
Bulan mengerucutkan bibirnya.
“Ayolah, Pa! Jarang-jarang, kita bisa pergi bertiga seperti ini!” rayu Bulan.
“Turuti saja, Mas! Lagian kan, gak setiap hari!” bujuk Airin.
Ardhan tampak terdiam sejenak.
“Ayolah, Pa! Please!” mohon Bulan sambil menangkupkan kedua telapak tangannya dan mengedip-ngedipkan matanya.
“Boleh ya, Mas?” ujar Airin sambil menirukan tingkah Bulan. Melihat mereka berdua, Ardhan tak dapat menahan tawanya.
“Please!” ujar mereka bersamaan.
“Oke deh, tapi jangan lama-lama, ya! Soalnya Papa harus kembali ke kantor! Ada yang harus Papa kerjakan!” ujar Ardhan akhirnya.
“Hore! Terima kasih, Papa!” ujar Bulan seraya memeluk Papanya.
“Ya sudah, Papa ke toilet sebentar ya!” ujar Ardhan lalu melepaskan pelukan Bulan.
“Aku ikut, Pa!” ujar Bulan.
“Mau Tante temenin?” tawar Airin kepada Bulan.
“Gak usah, Tante! Aku bisa sendiri, kok! Aku kan sudah besar!” sahut Bulan.
Oke, deh!” Bulan dan Ardhan melangkah meninggalkan Airin sendirian.
Kring .... tiba-tiba, ponsel Ardhan berbunyi. Dia meninggalkan ponselnya di meja tempat mereka makan. Airin melirik nama pemanggilnya. My sweet heart. Airin berdecih kesal. Dibiarkannya ponsel itu hingga mati sendiri. Tak lama kemudian, ponsel Ardhan kembali berdering. Dengan kesal, Airin menolak panggilan itu dan menonaktifkan ponsel Ardhan.
“Biar tahu rasa kamu!” ujar Airin kesal.

Komento sa Aklat (226)

  • avatar
    Bang Engky

    baik

    1d

      0
  • avatar
    NYALUTAK25NYALUTAK25

    semoga dapat

    20d

      0
  • avatar
    SangajiYamdo

    aplikasi yang bagus

    23d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata