logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Pertemuan dengan Mantan Kekasih

Pertemuan semalam dengan keluarga Rendra membuat hati Nasya kacau. Seharian, ia hanya tidur-tiduran di kamar. Memikirkan di mana ia pernah melihat Ny. Perwira bundanya Rendra. Wajahnya seperti tidak asing bagi Nasya. Ia mencoba mengingatnya, tetapi tak berhasil.
Bahkan ia sama sekali tidak sadar sedari pagi perutnya belum terisi makanan. Nasya melihat jam weker yang terletak di atas nakas. Setengah tidak percaya, ternyata hari ini ia habiskan hanya tidur di kamar.
"Sudah jam 5 sore, mending aku cari makan aja lah." Nasya beranjak dari tempat tidur.
Perut Nasya mulai terdengar keroncongan. Cacing dalam perut pun mulai bernyanyi riang.
Nasya membersihkan diri, memakai kaus polos lengan pendek, dengan celana jins favoritnya. Tak lupa memakai hodie hitam kesukaannya yang selalu ia kenakan kemanapun ia pergi.
Nasya berjalan menyusuri gang, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku dan memakai penutup kepala. Setidaknya hari ini ia terbebas dari bosnya yang entah itu.
Nasya memilih warung makan ujung gang kostnya. Memesan satu bungkus Nasi ayam sambel ijo plus es teh favoritnya. Duduk santai menunggu pesanan dibuat.
"Nasya ... ! " Seorang pria berpostur sedang berkulit kecoklatan menyapanya.
Nasya tidak mengira bila sore ini bertemu dengan Vano, tidak menampik perasaan bahwa sisa-sisa rasa itu pasti ada, tetapi ia menolak, tidak ingin sakit hati untuk yang kedua kalinya.
"Kamu sama siapa?" tanya Vano.
Senyumnya masih seperti yang dulu. Lesung pipinya membuat mantan kekasihnya itu terlihat manis.
"Sendiri Kak." Nasya berusaha tenang.
"Oh iya, kamu tinggal di mana sekarang?"
"Di ujung gang, aku nge kost di sana," jawab Nasya singkat.
"Apa aku boleh mampir ke sana?" Nasya terhenyak mendengar keinginan Vano, ada rasa senang, tapi buru-buru ia menepisnya.
"Maaf Kak, pria dilarang berkunjung."
Tampak wajah Vano yang kecewa terlihat jelas.
"Sya, maafin aku ya?"
Deg! Hati Nasya terasa bergetar, ingatan tentang mereka berputar dalam memorinya. Hinaan keluarga Vano dan keputusannya meninggalkan Nasya menjadi luka tersendiri baginya. Nasya tak ingin terlarut dalam kenangan di masa lalu. Ia segera menepis semua kenangan yang terlintas.
"Kak, itu semua hanya masa lalu.Tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku sudah bersama Rendra, jadi aku mohon jangan pernah bahas tentang kita lagi."
Ucapan Nasya cukup menohok Vano, ia tidak mengira luka Nasya begitu dalam saat itu.
"Sya,"
Vano mash berharap Nasya mau membuka sedikit pintu hatinya.
"Mbak, ini pesanannya, semuanya 35 ribu."
Kedatangan pelayan cukup membuat Nasya lega. Ia bisa menghindar dari Vano.
"Iya Mbak, makasih," Nasya menyodorkan selembar uang berwarna biru. Ia mengekori pelayan untuk mengambil kembaliannya. Vano dibiarkan saja dengan kegundahannya. Salah sendiri sudah menyakiti gadis secantik Nasya.
"Kak, aku pulang. Makasih ya untuk semuanya." Nasya berpamitan dan meninggalkan Vano yang duduk termangu sendiri.
Cinta itu tak selamanya harus memiliki, mencoba mengikhlaskan mungkin itu jalan yang terbaik. Kenangan masa lalu tak seharusnya menjadi penghalang untuk berjalan menuju masa depan.
Nasya berusaha menetralkan perasaannya, ia tak mau bila harus mengenang kenangannya bersama Vano. Dia hanya masa lalu, dan selamanya akan tetap menjadi bagian dari masa lalu.
Rendra terlihat menunggu Nasya dengan tatapan dingin, entah apa yang merasuki Si Bos hingga wajahnya terlihat sedingin es.
'Firasatku kok buruk ya,' gumam Nasya berjalan pelan, ia menggigit bibir bawah mengurangi rasa gugupnya .
Bosnya tampak tak biasa, padahal kemarin dia terlihat sangat manis sekali. Bahkan Rendra telah menyirami bunga-bunga yang telah layu di hatinya.
"Eh Si Bos, udah lama nunggunya?" ujar Nasya berbasa-basi
Ekspresi Rendra masih tetap tidak berubah, dingin. Rendra melirik bungkusan yang Nasya bawa dan beralih menatap Nasya yang kebingungan.
"Lain kali kalau butuh sesuatu bilang padaku. Kamu adalah tanggung jawabku. Ini makanan untukmu, terserah kamu makan atau tidak."
Nasya menerima satu box pizza beserta minumannya. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi pada Si Bos. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun padanya.
"Besok, aku jemput kamu pukul 6 pagi. Pakailah pakaian yang ada di dalam paper bag. Ingat ! Gak usah keluar rumah tanpa seijinku." Rendra menatap Nasya dan meninggalkannya dalam keadaan bingung.
Punggunya yang tegap perlahan mulai menghilang dari pandangan Nasya. Rendra masih menjadi sebuah misteri. Apa yang membuatnya tiba-tiba berucap sedemikian rupa. Tiba-tiba datang menawarkannya pekerjaan, dan sekarang Nasya malah terjebak dengan kontrak sialan itu.
"Si Bos kenapa sih ? dasar Bos aneh." Nasya membuka pintu kamar dan memasukkan semua barangnya. Dia tidak ingin terlalu pelik memikirkan Si Bos yang nggak jelas.
Duduk di lantai, Nasya membuka satu persatu bungkusan yang ia bawa. Nasya malah tersenyum melihat sekotak pizza pemberian Rendra, ternyata ia begitu memperhatikan perut Nasya dan penampilannya. Ia melirik paper bag warna silver dari Rendra.
Di dalamnya terdapat sebuah kaus lengan pendek berwarna putih, di bagian dada terdapat tulisan ‘Lovely Honey’, sebuah celana jins selutut, serta sebuah topi putih bertuliskan ‘Love’. Bosnya ini memang benar-benar aneh. Ke mana dia akan mengajaknya pergi menggunakan pakaian seperti ini?
Setelah dirasa cukup Nasya merapikan barang pemberian Rendra. Beralih meraih piring dan membuka makanan yang baru ia beli. Ayam goreng sambal hijau selalu menjadi makanan favoritnya. Kalau sudah seperti ini yang ada berat badannya akan terus bertambah gembul.
****
Nasya sudah bersiap, memakai kaus putih dan celana pendek selutut. Tak lupa ia membawa waistbag kebanggan. Eits... Kaca mata hitam juga perlu untuk menambah keimutannya. Penampilannya pagi ini membuatnya masih terlihat seperti anak ABG, tubuhnya yang kecil serta wajahnya yang cantik natural membuatnya terlihat masih 17 tahun.
Rendra telah menunggunya di mobil, Ia menelpon Nasya agar segera keluar. Tumben sekali Si Bos seperti ini. Nasya tak menghiraukannya, ia mengunci kamar dan bergegas keluar gang. Ia tak mau Si Bos marah-marah karena terlalu lama menunggu.
"Halo Bos ... ." Nasya tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya, tetapi sikap Rendra biasa-biasa saja. Bahkan terkesan acuh, ia sama sekali tidak menanggapi sapaan Nasya.
'Ini orang kenapa ya?' gumam Nasya.
Sepanjang perjalan mereka hanya diam, Nasya bingung mau berkata apa. Melihat bosnya yang dingin rasanya mulut tak berani bicara.
Wajahnya terlihat dingin, sedingin es di kutub utara. Satu hal yang tidak Nasya sadari, ternyata Rendra memakai kaus dan topi yang sama persis dengan yang Nasya pakai. Mirip sepasang kekasih bukan, tetapi hanya sepasang kekasih fiktif belaka.
"Bos, hari ini kita mau kemana pagi-pagi sekali ?" Nasya memberanikan diri bertanya.
Rendra hanya diam saja, matanya menatap lurus kedepan. Lagi-lagi ia tidak menggubris pertanyaan Nasya.
"Fuh ..." Nasya menghela napas, ia tidak tahu kenapa Rendra berubah seperti itu sejak kemarin.
Waktu terasa berjalan begitu lama, mood Nasya berubah. Rasanya hari ini ingin cepat berlalu. Sang kumbang tengah mengeluarkan sengatnya. Nasya hanya takut akan terkena sengatan itu hingga membuatnya terluka.
Akhirnya mobil Rendra berhenti di parkiran sebuah resort dekat pantai, ia mematikan mobil dan beranjak turun tanpa berbicara sepatah kata pun pada Nasya.
' Ya tuhan, kenapa Bos Rendra jadi cuek gini sih?' gumam Nasya, air matanya rasanya ingin tumpah. Hatinya merasa tak rela jika diabaikan oleh bosnya.
Nasya turun dan menyusul Rendra yang tengah masuk kedalam resort. Banyak orang yang berkumpul di sana memakai dresscott yang sama seperti Nasya kenakan. Pada dinding ruangan terpampang banner besar yang bertuliskan ‘Family Gathering SMA Wisnu Kencana’. Semua berlalu lalang saling menyapa teman lama yang telah lama tak bertemu. Acara ini memang dirancang dengan konsep yang santai. Agar rasa kekeluargaan yang terjalin antara mereka sangat kental.
Semua terlihat menggandeng pasangan bahkan ada yang mengajak anak. Sepertinya hanya Rendra yang masih terlihat sendiri. Bahkan beberapa temannya ada yang bergurau menanyakan kapan ia akan menikah.
Seorang perempuan cantik, tinggi semampai menghampiri Rendra dan menyapanya. Ia mencium pipi Rendra sebagai salam pertemuan. Sepertinya mereka adalah teman dekat. Terbukti mereka terlihat sangat akrab. Keberadaan Nasya pun seakan tak terlihat.
"Hai, Rendra, gimana kabarnya?"
Wanita cantik itu menyapa Rendra, wajahnya terlihat sangat cantik. Nasya saja sampai tak berkedip melihatnya. Wajah dan tubuhnya bak model kelas internasional.
"Baik, Sila. Kamu sendiri?" tanya Rendra. Wajahnya sudah mulai tampak tersenyum.
Bahkan Nasya sendiri tidak percaya dengan gampangnya ia tersenyum pada wanita lain.
"I'am fine honey." Sila bergelayut manja. Ia mengajak Rendra meninggalkan Nasya untuk bergabung bersama yang lain, membiarkan Nasya berdiri sendirian di tengah orang yang sama sekali tidak ia kenal.
'Kok aku sakit banget ya diginiin?' batin Nasya yang tidak sadar air matanya luruh begitu saja.
Rendra sama sekali tidak mempedulikan Nasya, dengan santainya ia bergabung dengan temannya. Tidak menyadari ada seseorang yang tengah terluka karena sikapnya.
Perjanjian ini sungguh membuat Nasya menyesal telah menandatanganinya, jika bukan karena terpaksa. Ia tak akan mau diperlakukan seperti ini.

Komento sa Aklat (174)

  • avatar
    putraLucky

    karena ngomonya terlalu bagus

    8d

      0
  • avatar
    21Melanii

    saya suka cerita novel nya

    17d

      0
  • avatar
    Putri Sulung

    ooo

    19d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata