logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 7. Makan Malam yang Batal

Hari ini rencananya Rudi mau mengajak makan malam Kinan di sebuah restoran bintang lima. Ia sudah memesan tempat duduk buat makan malam romantis mereka nantinya. Sudah lama ia tak mengajak Kinan dinner setelah menikah, ia berharap semoga istrinya menyukai kejutan spesial ini. Setelah selesai menyantap berganti pakaian, Rudi langsung meghampiri Kinan di dapur.
“Kinan, bisa ikut aku ke kamar sebentar? Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu,” tanya Rudi.
“hhhm, baiklah,” jawab Kinan.
Ia pun menggandeng tangan Kinan saat hendak menuju kamar, sementara istrinya mencoba melepaskan tangannya karena malu melakukan hal itu di depan ibu mertunya.
“Ibu, aku pinjam Kinan sebentar ya?” tanya Rudi pada ibunya yang sedang menggoreng makanan.
“Iya,” jawab Bu Rini pendeknya.
Bu Rini mematikan kompor dan diam-diam mengikuti keduanya menuju kamar. Ia sangat penasaran dengan sesuatu yang hendak diberitahukan Rudi kepada Kinan. karena takut ketahuan oleh anaknya itu, Bu Rini berjalan secara perlahan-lahan. Ketika keduanya sudah memasuki kamar, Bu Rini mencoba menguping dari balik pintu. Ia menempelkan telinganya sangat dekat dengan pintu supaya bisa mendengar percakapan diantara keduanya. Di dalam kamar, Rudi mulai melakukan adegan romantis. Seperti biasanya, tangannya selalu jahil kalau sudah berada satu ruangan tertutup dengan istrinya. Tangannya mulai meraba tubuh istrinya itu dan memeluknya sangat erat dari belakang.
“Mas, kamu ini ngapain sih? jangan mulai genit deh,” kata Kinan yang mencoba melepaskan pelukan Rudi.
“Kinan, nanti malam kamu dandan yang cantik ya, aku mau mengajakmu keluar, ” ujar Rudi sambil melihat wajah istrinya melalui cermin.
“Memangnya, nanti malam kita mau kemana?” tanya Kinan balik.
“Nggak akan aku beritahu sekarang, karena ini kejutan untuk bidadari cantikku,” jawab Rudi.
Suara keduanya terdengar sampai ke telinganya Bu Rini. Ia tidak akan membiarkan rencana anaknya itu berhasil. Sebab, ia tak rela kalau ditinggal sendirian di rumah. Sepertinya Rudi telah melupakan hari ulang tahun ibunya sendiri. Bu Rini berharap bahwa orang pertama yang akan mengucapkan selamat ulang tahun pertama kali adalah putranya sendiri. Namun, apa yang dinginkannya tidak terwujud, Rudi sibuk memberikan perhatian kepada istrinya dan mulai melupakan dirinya. Semenjak Kinan hadir di kehidupan Rudi, Bu Rini merasa perhatian anaknya sekarang hanya fokus untuk Kinan.
“Kinan, Kinan, Kinan, dan Kinan. Rud, apakah kamu sudah melupakan hari ulang tahun ibumu. Kenapa kamu melupakan hari penting ibumu sendiri, Rudi?” gumamnya dalam hati.
Hati Bu Rini begitu sakit, hingga api amarah yang kemarin sempat mereda, kini kembali lagi berkobar bagai lava gunung berapi yang menyala-nyala. Ia mencoba mencari cara supaya nanti malam Kinan tidak jadi pergi bersama Rudi. Tiba-tiba pintu kamar mulai terbuka, dengan cepatnya Bu Rini lari terbirit-birit menuju dapur. Keduanya pun keluar dan bersiap menyantap makan siang bersama. Ada saja kelakukan Rudi waktu makan siang, kakinya mulai meraba-raba kaki istrinya. Kinan pun tertawa-tawa manis karena geli dengan kelakuan Rudi. Tak tahan melihat adegan romantis menantu dan anaknya itu, Bu Rini mulai membuka mulutnya untuk pura-pura batuk.
“ghem….ghem….ghemm…,” suara batuk Bu Rini.
“Ibu, ibu ini minum airnya,” kata Rudi yang sembari memberikan air minum kepada ibunya yang pura-pura batuk.
“Oh iya bu, nanti malam, Kinan dan Rudi mau keluar. Ibu, tidak apa-apa kan di rumah sendirian?” tanya Rudi kepada ibunya.
“Oh iya, nggak apa apa kok, kalian berdua keluar saja. Lagian, sudah lama kan kalian nggak keluar bareng setelah menikah. Ibu, nggak masalah kok, tenang aja,” jawab bu Rini.
“Terimakasih ibu. Ibu memang yang terbaik. Aku sayang sama ibu!,” kata Rudi sambil memeluk ibunya.
Dibalik setujunya Bu Rini yang memberikan izin kepada keduanya untuk pergi, ternyata ia sudah mempersiapkan rencana begitu matang untuk menggagalkan acara makan malam keduanya. Langit-langit sudah dihiasi dengan cahaya bintang kerlap kerlip, ini pertanda bahwa malam telah tiba, dan saatnya bagi Rudi dan Kinan pergi menghabiskan waktu bersama. Kinan sedang merias wajahnya, dan Rudi tengah mengeluarkan mobil dari garasi. Sementara Bu Rini bersiap-siap melancarkan rencananya. Akhirnya, keduanya sudah siap untuk pergi dan berpamitan kepada Bu Rini.
“Bu, kami pergi dulu ya. Kalau ada apa-apa, ibu telepon aja,” Ujar Rudi.
“Iya, nanti kalau ada apa-apa, ibu akan kabari kamu. Sudah, nikmati saja waktu kalian. Jangan khawatirkan ibu,” Balas Bu Rini dengan senyuman terpaksa.
“Ya udah, kami pergi dulu ya, Bu,” pamit Kinan.
“Iya, hati-hati di jalan. Jangan kemalaman ya pulangnya, Rudi. Ibu khawatir dengan Kinan, jaga dia baik-baik,” kata Bu Rini.
“Iya, ibuku tersayang. Ayo, bidadari cantikku,” jawab Rudi yang meminta Kinan memegang tangannya.
Di saat-saat Rudi mulai membuka pintu, tiba-tiba Bu Rini pingsan. Rudi dan Kinan terkejut bukan main, Rudi pun menggendong ibunya menuju ke kamar. Keduanya mencoba membangunkan Bu Rini tapi tak berhasil. Kinan pun pergi ke dapur dan mengambil air untuk dicipratkan ke wajah ibu mertuanya. Akhirnya Bu Rini sadar dari pingsannya. Sebenarnya, ia tak benar-benar pingsan, tapi hanya pura-pura saja. Inilah rencananya, jika ia berpura-pura sakit, otomatis Rudi akan khawatir dan lebih memprioritaskan untuk merawat ibunya, sehingga dengan terpaksa ia harus membatalkan rencana makan malamnya dengan Kinan.
“Ibu, ibu kenapa tiba-tiba pingsan. Aku benar-benar takut terjadi sesuatu sama ibu,” ujar Rudi yang menangis dipelukkan ibunya.
“Ibu tidak tahu, tiba-tiba kepala ibu pusing, berkunang-kunang,” jawab ibunya.
“Ibu, ibu tidak lupa minum obatnya kan?” tanya Kinan.
“Oh iya, ibu lupa meminum obatnya, Kinan,” jawab Bu Rini yang pura-pura lupa, tapi yang sesungguhnya adalah ia sengaja tidak meminum obatnya.
“Kinan, kenapa kamu tidak mengingatkan ibu untuk meminum obatnya tepat waktu? Untungnya ibu tidak apa-apa, kalau terjadi sesuatu pada ibu, aku nggak akan pernah maafin kamu,” Ucap Rudi yang marah kepada Kinan.
“Maafkan aku, Mas,” ujar Kinan yang mulai menangis.
“Sudah Rudi, jangan marahi, Kinan, Ini bukan salahnya. Ini salah ibu sendiri,” sela Bu Rini yang berpura-pura bersimpati kepada Kinan.
“Maafkan aku, Kinan. Aku tidak bisa mengendalikan emosiku,” kata Rudi yang meminta maaf kepada Kinan.
“Maafkan ibu juga ya, Kinan, gara-gara ibu, kalian berdua tidak jadi pergi keluar,” sahut Bu Rini.
“Iya, tidak apa-apa, Bu. Yang penting sekarang, ibu istirahat dulu ya. Aku ngerti kok Mas Rudi. Kalau aku di posisi Mas Rudi, aku juga akan marah,” jawab Kinan dengan sabarnya.
Bu Rini sangat bahagia karena berhasil menggagalkan rencana makan malam menantunya. Sementara itu, Kinan merasakan kesedihan yang mendalam karena tidak jadi keluar dengan suami tercinta, padahal ia sangat menantikan malam ini.

Komento sa Aklat (181)

  • avatar
    MunandaHarry

    🔥🔥🔥

    8d

      0
  • avatar
    FAIZALMohamad

    👑 nice

    19d

      0
  • avatar
    MemaLista

    sang menyenangkan

    18/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata