logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

PAPA PUAS

Malamnya kedua gadis itu benar-benar pergi tanpa pasangan, baju yang dipakai Mira lebih sederhana dari pada punya Laura, dia tampil bagai putri dengan dress pink yang sangat cantik.
Sedangkan sekolah tadinya tampak biasa berubah jadi menakjubkan, banyak lampu kelap-kelip, lengkap dengan suasana valentine yang identik merah dan bentuk love, ini sangat cantik.
Laura tersenyum senang melihat semua itu, sedangkan Mira menarik sahabatnya itu untuk masuk kedalam, banyak makanan coklat yang sudah sediakan, juga beberapa minuman yang membuat siapapun betah.
"Kayaknya enak deh," ucap Laura saat hendak mengambil cemilan itu, tapi Mira menahannya.
"Jangan dulu! Semua orang belum Dateng, nanti banyak permainan, baru nanti kita boleh makan."
"Gak asik banget kalo gitu," ucap Laura sambil cemberut. Mira sudah pernah mengikuti berbagai acara disekolah ini, jadi dia cukup tau aturannya.
Mira tersenyum. "Sabar ya, la!"
Mereka pun menghampiri teman-teman yang lain, juga mengobrol hanya Laura saja yang cemberut karena tak dapat menyicip hidangan itu, sedangkan yang lain tampak senang.
Benar saja acara itu mulai banyak permainan yang di siapkan anggota OSIS bagi yang datang membawa pasangan, sedangkan yang sendiri juga ada tapi tidak banyak.
Seperti sekarang, mereka tengah memainkan permainan jujur atau tantangan, dengan sebuah botol yang akan berputar dan menentukan siapa yang main, yang sudah mendapatkan giliran akan pergi dan memberikan kesempatan pada yang belum.
Botol kaca berwarna hijau itu sekarang menunjukan arahnya pada Laura, membuat gadis itu menatap benda itu tak percaya, semua orang tertawa melihat giliran gadis itu sekarang.
"Jujur atau tantangan, la?" tanya Mira, dibalas teriakan dari yang lain.
Gadis itu berpikir sejenak, kalau ia jujur, nanti mereka nanya apa saja lagi. "Tantangan aja deh."
"Cium orang yang Lo suka!" teriak salah seorang, yang membuat mereka bersorak agar gadis itu segera melakukan aksinya.
Mira dan Laura nampak terkejut dengan tantangan itu, ia kira hanya tantangan makan atau lain sebagainya, ternyata mainan ini memang jebakan.
Semakin lama sorakan itu semakin kencang, Laura bangkit mencoba mencari pria yang ia suka, kakak baiknya. Cukup lama ia berjalan, hingga gadis itu menemukan orang yang dia cari, Mira yang melihat itu terlihat gelisah, padahal yang disuruh cium Laura, tapi ia kenapa ia yang pusing melihatnya.
Brayen sekarang menatap Laura yang banyak disoraki beberapa orang, apalagi mendengar kata cium membuat perasaannya tak enak, sontak ia memasang tatapan tajam, memberi sinyal pada gadis itu agar tak melakukan hal gila padanya.
Tapi ia terkejut dengan Laura yang berjalan melewatinya dan saat ia berbalik badan rupanya gadis itu menatap ketua osis itu dengan wajah kaku, sebenarnya dia ingin melakukan bersama Brayen tapi melihat tatapannya yang tak bersahabat membuat dia melewati pria itu dan berada dihadapan Sadewa sekarang.
Semua orang semakin bersorak "Cium." Pada dua orang itu, Sekarang Laura menegang, dia ingin menyerah tapi tiba-tiba tangan ditarik seseorang hingga dia berputar.
Bagian tengkuknya diraih dan bibir mereka bertemu, yang sontak membuat kerumunan itu semakin ricuh. Mira berdiri menatap tak percaya siapa yang mencium Laura, bahkan kedua teman Brayen juga terkejut melihat aksi itu, banyak yang memotret kejadian langka itu.
Laura tak dapat menutup matanya karena terkejut, tiba-tiba ia merasa pipinya panas. Saat Brayen melepaskan ciuman itu, terlihat wajah Laura yang sudah merah seperti kepiting rebus.
Ia masih tak percaya kakak baik menciumnya, sedangkan Sadewa cukup terkejut dengan hal itu, padahal seharusnya ia yang mendapatkan kecupan itu, walau ia tak yakin Laura benar-benar berjalan kearahnya.
Brayen pergi setelah melakukan hal yang membuat Laura melayang seakan pergi ke langit ketujuh, Mira sekarang menghampirinya dengan perasaan yang sama dengan Laura. "Tadi dia ngapain, la?"
"Cium Lala," balasnya tersenyum bagai bayi.
.
.
.
Pintu besar terbuka, menampakkan Brayen, Raka dan Pino yang baru pulang setelah acara itu selesai. Sebenarnya kedua orang itu bukan temannya melainkan suruhan ayahnya untuk menjaga sekaligus memberitahu apa saja yang ia lakukan disekolah.
Mereka juga anak keluarga miskin yang beruntung berkerja bersama Brayen, sehingga bisa sekolah dan tinggal ditempat yang bagus bersamanya.
Sekarang Brayen melamin sambil menyenderkan tubuhnya di sofa, pikirannya melayang pada kejadian tadi, kenapa ia bisa mencium bibir yang rewel itu, padahal harusnya ia biarkan saja tadi?
Tiba-tiba Brayen yang sedang melamun dikejutkan dengan kerahnya yang ditarik, lalu ia dipukul begitu kencang oleh seorang pria, bahkan kedua bawahnya itu ikut terkejut karena serangan mendadak itu.
Itulah sang Papa, dia selalu melakukan tindakan tak terpuji itu pada anaknya, anak yang sudah dibesarkannya sedari kecil, sayang karena ia lahir ibunya meninggal dunia sehingga ia begitu dibenci oleh pria didepannya.
"Anak tidak tau diri! Dari mana saja kamu hah?" tanya pria itu marah besar, Brayen berdiri kembali sekarang ujung bibirnya robek hingga mengeluarkan darah. Pria itu menunduk diam kala amarah besar sebentar lagi akan menyerangnya kembali.
"Kenapa gak jawab? Apa kamu habis mabuk-mabukan?" tanya Pria itu emosi, setiap kali ada masalah maka Brayen yang akan menjadi pelampiasan pria itu, sang papa tak akan berarti sampai hatinya puas, bahkan kalaupun Brayen mati seperti ia tak masalah.
Beberapa kali pria itu dilarikan kerumah sakit karena aksi tak terpuji sang papa, sayang dunia selalu memandangnya sebelah mata, sehingga saat ia sakit, mereka mengira itu pasti karena ulah kenakalannya.
Pria itu menendang perut Brayen, hingga kembali jatuh ke lantai, saat sang papa hendak memukulnya untuk ketiga kali, dua bawahan Brayen menghalangi pria itu dan membuatnya semakin marah.
"Ngapain kalian hah? Saya gak punya urusan dengan kalian ya!"
"Tuan besar, sebaiknya anda jangan lampiaskan kekesalan anda pada tuan muda, kalau seperti ini terus dia bisa mati."
"Apa peduli kalian? Kalian saya yang bayar, lagipula kenapa kalau dia mati? Saya gak perduli, harusnya sejak dulu dia mati, kalau bukan karena orang tua saya, saya sudah habisi dia sejak kecil."
Brayen kembali berdiri dengan kondisi yang pura-pura kuat, sebenarnya dia menahan kesakitan yang hebat disudut bibir dan perutnya, tapi demi nenek dan kakek, juga sang mama ia akan tetap kuat, pasti suatu saat pria itu akan berubah dan kembali mencintainya, walau Brayen tidak tau kapan itu terjadi.
Atau mungkin saat ia mati, pria itu baru menyadari kalau ia begitu berarti. Brayen mendorong dua bawahannya itu dan berhadapan kembali dengan sang Papa.
"Pukul pa! Pukul Brayen sampai papa puas! Papa gak perduli kalau aku mati? Lalu untuk apa lagi aku hidup?" ucap Brayen begitu menantang, selama ini pria yang terlihat begitu kuat, hanya orang lemah yang membutuhkan kasih sayang, tapi dunia seakan begitu jahat dan tak memberikan ia semua itu.
Karena sudah kepalang kesal papanya benar-benar melampiaskan kekesalannya pada Brayen, hingga darah bercucuran dari kepalanya saat itu pula sang papa pergi meninggalkannya.

Komento sa Aklat (620)

  • avatar
    Aulia Lia

    cerita nya bagus bangett , ada sedii nya juga

    6d

      0
  • avatar
    SelfyanaSelfy

    wahhh baguss bangett ceritanyaaa 🤩

    22d

      0
  • avatar
    KitengAgung

    sangat bagus crita nya

    22d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata