logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

TULI BANGET

Keesokan paginya, ada beberapa orang memberikan selembar poster pada sejumlah orang, yang membuat Laura penasaran dan berjalan kearah mereka. Selama beberapa hari ini ia sudah menempati rumah miliknya, dan kebetulan Mira sedang ada urusan menjadinya pergi sendiri ke sekolah.
Setelah sampai ia lantas bertanya pada mereka, "Ngebagiin apa kak?"
Mereka menatap gadis itu dengan wajah aneh. "Lo anak baru ya?"
Laura mengangguk. "Iya kak."
Tak lama mereka memberikan poster itu pada Laura. "Kita mau ngadain hari valentine malam nanti di sekolah, Lo Dateng ya! Jangan lupa bawa pasangan!"
Walau sekolah yang Laura tempati ini sederhana, tapi kegiatan siswanya gak akan pernah ada habisnya, dan yang akan kerja bakti adalah golongan OSIS dan itu selalu bergilir setiap tahunnya.
"Iya kak, nanti Lala Dateng," balas Laura dengan senyuman. "Tapi ada dana sumbangannya gak kak?"
"Ada dong! Lo harus bayar 10rb ke kita! Kalau pun kalian gak bantu tenaga, tapi biaya yang paling kita butuhin sekarang." Laura sekarang merogoh kantung, tak lama dua lebar uang berwarna merah dia berikan pada dua remaja wanita itu.
"Lala ada segini kak, gak apa?"
Mereka termenung, mereka bilang hanya 10rb, kenapa sekarang angkanya jadi berubah banyak. "Lo gak kebanyakan ngasih kita uang ini?"
Laura menggeleng, sebenernya dia baru saja diberikan uang 10 juta oleh orang tuanya, padahal uang yang kemarin ia bawa masih ada. "Gak kak, ambil aja!"
Mereka langsung mengambil uang itu dan Laura pergi dengan senyuman, sekarang mereka tau kalau anak baru itu, pasti memiliki orang tau yang banyak uang.
Saat hampir Sampai ke kantin, Laura dikejutkan dengan pelukan Mira yang tiba-tiba. "Ih Mira, ngagetin aja."
"Lo gak sarapan di rumah? Sampai ke kantin jam segini?" tanya Mira, sebenarnya ini sudah hampir jam tujuh, tapi kenapa gadis itu berbicara seakan ini masih subuh.
"Kan gak ada yang masak di rumah Lala, Mira."
"Beli roti kek gitu?" tanya Mira, Laura kan orang kaya mana mungkin tidak mampu membeli roti yang harganya tidak terlalu menguras kantong itu.
"Gak mau, Lala mau beli nasi goreng aja, jadi Lala kesini deh, Mira udah sarapan? Kalau belum bareng aja, Lala yang traktir," ucapnya dengan senyuman, membuat Mira yang tadinya lesu berubah sumringah mendengar kata traktiran, karena orang tua tadi memberikan uang jajan sedikit, karena dagangan mereka jarang habis akhir-akhir ini.
"Boleh tuh, makasih ya Lala yang imut," ucap Mira sambil mencubit pipi chubby itu.
"Sama-sama, tapi jangan dicubit pipi Lala, sakit tau," ucap Laura yang dibalas cengira tak bersalah milik Mira, mereka pun memesan nasi goreng disana dan memakannya dengan lahap.
Tapi saat sedang makan, Laura dan Mira heran dengan kedatangan seorang pria yang Laura gak tau siapa namanya, tapi Mira tampak terkejut dengan kedatangan pria itu.
"Kakak siapa?" tanya Laura yang heran, tak lama Mira mendekatkan dirinya ke kuping gadis itu. "Ketua OSIS, Namanya Sadewa."
Setelah Mira menghindar, Laura tersenyum cukup kikuk, ada apa gerangan ketua OSIS ini menghampirinya? Apa dia ada salah atau bagaimana?
"Kamu ada teman gak buat acara nanti malem?" Mira sekarang menyemprotkan minumnya keluar karena terkejut dan membuat seluruh penghuni kantin menatapnya.
Laura sontak mengelus pundak Mira, dengan wajah heran. "Mira gak apa-apa?"
"Gak! Gak apa-apa, gue gak apa-apa!" ucapnya sambil menatap Sadewa, ia tau arti pertanyaan itu mengarah kemana, tapi kenapa harus Laura?
Sekarang Laura menatap Sadewa. "Lala gak ada temen kok kak? Emang kenapa? Apa kakak Dateng ke sini karena uang Lala?"
Sadewa menggeleng. "Bukan! Aku mau ngajakin kamu jadi temen di acara nanti, oh iya ini ada coklat juga buat kamu." Pria itu menyerahkan benda itu dengan senyuman yang sangat lebar, tapi senyuman itu luntur kala Laura memberikan lagi coklat itu.
"Maaf kakak OSIS, Lala udah ada orang yang mau Lala ajak," ucap Laura membuat Sadewa mengangguk.
"Aku tau kok siapa yang mau kamu ajak, tapi terima aja coklat ini! Sayang kalau gak mau dimakan," ujarnya sambil berdiri, sekarang tanggal 13 Februari dan malam nanti mereka akan terjaga sampai jam 12 malam nanti.
Setelah itu dia pergi meninggalkan kedua orang itu yang menatap kepergiannya.
"Lo kok gak mau diajak kak Sadewa sih?" tanya Mira yang heran, jarang-jarang banget orang sibuk itu mau mengajak cewek buat ke acara.
"Lala kan udah bilang ada yang mau Lala ajak."
"Siapa? Kak Brayen? Ayolah, la! Kak Brayen itu gak banget buat diajak, gue yakin dia pasti nolak mentah-mentah ajakan Lo."
"Kalaupun kakak baik gak mau, Lala gak masalah kok, toh ada Mira yang nemenin Lala."
"Ya elah masa gue bareng Lo sih?"
"Emang Mira udah ada yang mau diajak?"
"Gak ada sih."
"Ih dasar." Dan sebuah cengira yang ia perlihatkan lagi pada Laura.
.
.
.
Brayen sekarang sedang memainkan sebuah game di ponselnya, dia begitu serius hingga sebuah suara cempreng membuat konsentrasi buyar, dia sangat tau suara itu milik siapa.
"Kakak baik! Kakak baik!" ucap Laura yang terus berlari menyusuri lorong sekolah, dengan membawa selembar poster di tangannya.
Tapi saat hampir sampai kakinya terpeleset hingga hampir jatuh ke belakang, beruntung tangan Brayen segera menangkapnya, kalau tidak dipastikan bokong Laura menjadi korban.
Pandangan mereka bertemu, karena Laura yang terpesona dengan ketampanan Brayen dibawah sinar mentari dia lantas tersenyum lebar, membuat Brayen heran dan segera menjatuhkannya.
Sekarang ia meringis kesakitan sambil memegang bokongnya, kalau tidak niat menolong, setidaknya jangan menangkapnya. "Aduh kakak baik, kok Lala dijatuhin sih? Kan sakit."
"Bodo amat, lagian Lo ngapain sih lari-lari gitu? Gak ada kerjaan banget," ucap Brayen yang sekarang kembali fokus pada ponselnya, terlihat dari pemberitahuan sistem bahwa ia kalah dalam permainan, membuat perasaannya bertambah kesal.
"Kakak baik, mau gak jadi temen Lala di acara malam nanti? Mau ya! Maukan?" tanya Laura dengan penuh harapan.
"Gak!" balasnya singkat membuat pipi Laura mengembung karena merasa sedih.
"Padahal Lala berharap banget kakak baik mau jadi temen Lala."
"Gue gak mau, cari siapa kek kenapa harus gue Mulu sih?" tanya Brayen yang sekarang berjalan pergi meninggalkan Laura.
Tapi Laura yang melihat itu tak tinggal diam, dia segera menyusul. "Sebenarnya tadi kakak OSIS mau ngajakin Lala."
Tiba-tiba langkah Brayen berhenti, membuat Laura menabrak tubuh pria itu. "Aduh kakak baik, berhenti kok gak bilang-bilang sih?"
Pria bermata tajam itu berbalik badan dan menatap Laura dengan serius. "Siapa tadi yang ngajakin Lo?"
"Kakak OSIS."
"Bukan, namanya!"
"Kata Mira sih, namanya Sadewa."
"Ya udah Lo berangkat sama dia aja!" balas Brayen yang kembali berjalan meninggalkannya.
"Tapi Lala mau sama kakak baik," balasnya sambil kembali mengejar pria itu.
"Gue gak mau, Laura! Harus berapa kali gue ngomong ini sama Lo, Lo tuh tuli banget sih jadi orang," ucap Brayen kesal, dia terus menghindari gadis itu.
"Kakak baik kok tau nama Lala, Laura?" tanya Laura heran, padahal ia tak pernah menyebut nama aslinya pada pria ini, jadi dia tau dari mana? Sedangkan Brayen terdiam tak berbicara kembali, dia sudah seperti orang yang tertangkap basah.

Komento sa Aklat (620)

  • avatar
    Aulia Lia

    cerita nya bagus bangett , ada sedii nya juga

    6d

      0
  • avatar
    SelfyanaSelfy

    wahhh baguss bangett ceritanyaaa 🤩

    22d

      0
  • avatar
    KitengAgung

    sangat bagus crita nya

    22d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata