logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab 6 Sesakit Ini Cinta

Kenikmatan cinta terasa ketika kau pernah disakiti cinta, seperti halnya nikmat makan ketika lapar telah melanda, semakin lapar semakin nikmat lah rasanya. Begitu juga dengan cinta saat kau tahu rasanya sakit karena cinta dan semakin kau besarkan sabarmu, semakin kau tahu apa artinya keindahan cinta.
Aku masih ingat dengan kata-kata mutiara dari Tere Liye yang ku ikuti di fans page nya di Facebook.
"Jika kita selalu mendoakan yang terbaik bagi seorang, tak salah lagi, itulah salah satu wujud cinta. Yang paling spesial malah."
Ku akui setelah keputusannya, aku semakin semangat mendo’akan nya untuk kebaikannya, entahlah dan aku yakin pasti ia akan bahagia termasuk aku didalamnya.
Aku yang masih menggenggam erat pulpen, kertas putih itu tak ada satu huruf kutulis karena aku mengingat ia kembali. Waktu memang begitu cepat seperti hembusan angin tak terlihat tapi terasa, tak berwujud tapi menghanyutkan.
Kulihat jam dinding yang ku belakangi sudah menunjukkan 21:30. Baru saja ku ingatkan di benak isi kepalaku memang benar waktu begitu cepat dan tidak terasa.
Mungkin ini sama seperti aku mengikhlaskan mu, ah sudahlah semakin ku ingat perjalanan itu, semakin tidak mengantuk diri ini.
"Abang, mau bantuin neng gak?" Baru saja aku ingin membaringkan tubuhku ke atas ranjang. Kenapa percakapan itu muncul.
Mungkin karena biasanya aku saat hendak akan memejamkan mata, ia kadang meminta tolong pada ku untuk mendefinisikan sebuah kata atau ide ceritanya.
"Iya apa neng? Abang bantu siapa tau bisa?"
"Bang tolong dong deskripsikan dari kata takdir." Aku yang cukup terkejut dengan ketikan pesannya. Aku pun mencoba membantunya walaupun aku ragu dengan isi kepalaku.
"Iya bang bantu tungguin yah." Aku yang langsung mengerjakannya tanpa rasa berat namun sedikit ragu apakah yang akan ku tulis itu sesuai dengan keinginannya.
"Takdir"
"Apapun yang menjadi takdirmu akan mencari jalanya menemukanmu"
Mungkin kita tak asing lagi dengan kata mutiara itu, Ali bin Abi Thalib r.a lah yang membuat kita indah itu, kita tahu takdir Tuhan tidak bisa kita ubah namun nasib masih bisa tidak sedikit dari kita kecewa karena takdir. Mereka lupa kalau takdir sudah ditulis sebelum mereka menuju ke dunia atau terlahir. Bahkan sebutir pasir pun bergerak seizin-Nya apalagi perihal kehidupan.
Takdir kematian, jodoh, rezeki bahkan tentang jalan yang kau pilih sudah di takdir kan. Hanya saja di saat kau berharap janganlah berpikir kalau semua itu adalah menjadikan patokan ditakdirkan sesuai harapanmu. Kadang kekecewaan yang mendalam yang kau dapatkan.
Begitulah saat Richo menyatakan bahwa ia memang sangat mengharapkan Rayya untuk jadi makmum nya, namun hati rasa sudah terkunci dan lebih memilih untuk bersama dengan Reyhan. Reyhan adalah lelaki yang sudah lama ia kenal bahkan sempat hilang di kehidupannya, karena dibalik itu dia punya alasan untuk menjemput Rayya dengan cara mulia dari cara Rendy yang hanya menjanjikan janji-janji palsu tanpa pembuktian.
Aku pun mencoba meyakinkan diri setelah ku berhasil membuat sebuah deskripsi kata yang ia minta, sedikit ragu aku untuk menunjukkan hasil dari isi pikiranku.
"Neng, Abang cuma mampu segitu dulu itu nyambung gak?" Ku kirim ketikan ku dengan lewat chat. Setelah ku menunggu jawabannya setelah ceklis membiru.
"Bang,wah makasih banget … bagus banget sesuai apa yang aku pengen. Abang kenapa gak nulis aja sih, kalau aku lihat abang punya bakat loh." Aku yang hanya tersenyum melihat balasan darinya kiku rasanya untuk membalas pesan.
Aku hanya tersenyum saja mengingat pesan dari kekasih virtual ku waktu kemarin lalu. Aku mencoba merebahkan tubuh dan memejamkan mata sebelumnya aku pada alarm untuk bangun nanti di sepertiga malam ku.
Mungkin ini cara Tuhan menghadirkan sebuah luka untuk aku tersadar karena aku sudah mencintai makhluk-Nya berlebihan. Sehingga Tuhan cemburu dan mematahkan hati ku agar aku kembali mengingat dan mencintai kepada-Nya. Dan malam itu aku terlelap dari riuhnya isi kepala ku yang mulai mereda.
***
Di tempat lain seorang gadis yang terbangun dari tidurnya dan melihat jam kecil disamping ranjang nya tepat di atas lemari kecil nya dimana ia meletakkannya. Terlihat sudah menunjukkan pukul 02.30 dini hari.
Gadis itu terbangun dari tempat tidurnya dan pergi untuknya menunaikan shalat Tahajud. Setelah gadis itu selesai wudhu, ia mulai menghamparkan sajadah dan memakai mukena putihnya. Terlihat gadis itu menangis setelah ia selesai menunaikan shalat Tahajud nya.
"Berikan aku kekuatan dan keikhlasan untuk aku mengikhlaskan seorang lelaki yang aku cintai ya Allah … aku sangat mencintainya dan menyayanginya. Namun aku tidak bisa terus-terusan seperti ini, aku tidak dapat restu dari ayah ku akan cinta ku dan cinta nya. Maka berilah ketabahan hati untuk ku yang di sini dan untuknya yang di sana …"
Gadis itu terus-menerus memohon kepada penciptanya untuk mengikhlaskan rasa cinta nya di dalam hati, wajah cantiknya basah dengan air matanya, tetesan demi tetesan air mata membasahi pipinya dan sajadah.
***
Sedangkan aku yang di sini jauh darinya meresakan keresahan dalam hatiku. Aku terbangun dan melihat jam dinding tepat dekat pintu sebelah kanan. Kulihat jam menunjukkan pukul 02:00 aku segera bangkit dari tempat tidur ku. Alarm pun berbunyi sedikit telat setelah ku bangun dan ku matikan alarm itu.
Basuhan tiap tetesan air wudhu membuat ku merasakan sejuknya hati ini atau mungkin karena dingin nya dini hari hingga kurasakan sejuknya sampai kehati.
Setelah selesai aku langsung mengambil sajadah dan memakai baju Koko ku, ku ambil baju Koko pemberian kekasih virtual ku. Baju Koko itu berwarna Navy, sebelum aku memakainya hati ku berkata aku rindu padanya.
"Aku rindu padamu Nayla, semoga pakaian ini menjadi salah satu agar terhubung dengan rindu di hati mu." Aku pun memakai bajunya. Dan mulai melaksanakan shalat Tahajud.
Rakaat demi rakaat ku nikmat dengan khusyuknya, ku merasakan kesejukan di hati beserta ketenangan di malam ini. Setelah aku selesai shalat, ku terduduk dimana tangan ku mengangkat memohon kepada Tuhan untuk melapangkan dada ku.
" Ya Allah … maafkanlah aku yang datang hanya sedang dilanda kegelisahan dan masalah, maafkan aku yang terlalu mencintai makhluk mu sehingga kau cemburu dan mematahkan hati ku. Malam ini aku memohon kepada mu untuk memberikan ketabahan dalam hati ku yang di sini dan hatinya yang di sana. Berikanlah aku dan dia yang terbaik, tanamkanlah dalam hati kami masing-masing untuk saling mengikhlaskan … "
Belum aku menyelesaikan do'a ku, aku tak kuasa menahan air mataku yang terus berjatuhan di pipi hingga sajadah ku ikut terbasahi. Hati ini dan malam ini begitu sejuk setelah aku meluapkan isi hati ku pada pencipta hati. Karenanya seseorang yang keras pun atau lembut hatinya mudah bagi-Nya untuk di balikan, ma fii qalbi ghairullah.
"Apa yang kau rasakan di dalam hatimu lalu kau berdo'a terkadang aku merasakannya juga
Itulah Rindu dalam do'a"
-Nayla Juliana Puspitasari-

Komento sa Aklat (57)

  • avatar
    IsaputraRangga

    sangat bagus dan menarik

    10/07

      0
  • avatar
    ArdiArdi

    fire fire max

    09/07

      0
  • avatar
    Dg sujuJunaedi

    semangattttt

    12/06

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata