logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Saling Diam

  Anisa hanya diam saja setelah kejadian cincin imitasi itu. Dia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Namun, Anisa memutuskan untuk bekerja saja agar bisa memenuhi kebutuhannya.
   "Nisa, maafkan aku. Aku sadar aku salah, aku mencintaimu, Nis," ucap Aldi sore itu saat mereka berdua di dalam kamar.
   "Kalau kamu mencintai aku, pasti tidak akan membohongi aku, Mas," bantah Anisa kesal dengan sikap Aldi. "Bahkan kamu mempermalukan aku dengan cincin imitasi itu. Mau ditaruh mana muka aku kalau tetangga tahu," kata Anisa.
   Terdengar suara Lastri memanggil Aldi, "Aldi..!" panggil Lastri berjalan menuju ruang tengah.
   Mendengar suara sang ibu , Aldi langsung keluar kamar. Aldi mendekati Lastri, mereka terlihat mengobrol serius.
   Anisa lebih memilih diam saja di kamar, dia tidak mau bertemu mertuanya yang menjadi benalu dalam rumah tangganya.
   "Anisa, keluar kamu!" teriak Lastri sambil menggedor pintu kamar. Anisa segera keluar, berharap mertuanya itu tidak mengajak ribut.
    "Ada apa, Bu?" tanya Anisa.
    "Jadi wanita jangan diambil suami kayak gitu, dosa kamu nanti," kata Lastri menyalahkan Anisa karena dua hari ini diam pada Aldi.
   "Oh jadi anak kesayangan Ibu mengadu? Salah sendiri cincin imitasi dikasihkan aku, bikin malu saja," bantah Anisa.
   "Kamu saja yang kurang bersyukur, jadi wanita jangan banyak menuntut," ucap Lastri.
   Anisa diam saja, dia sudah malas untuk membantah Lastri. Aldi mendekati Ibunya, dia mengajak Ibunya duduk di ruang tamu.
   "Aldi, Anisa itu tidak bersyukur jadi wanita. Aku jadi kamu sudah tak tinggal," ucap Lastri.
   "Bu, jangan bicara seperti itu. Aku mencintai Anisa dan anak-anak," ucap Aldi merasa tidak setuju dengan ucapan Ibunya.
   "Terserah, asal jangan merepotkan Ibu saja. Ibu nggak mau repot kalau kamu bertengkar lagi," kata Lastri sinis.
   Lastri pulang, sedangkan Aldi masuk ke kamar. Tidak ada Anisa, sepertinya Anisa sedang mandi. Aldi mendekati Luna dan Lendra yang sedang bermain.
   "Bapak marahan ya sama ibu?" tanya Luna yang sedari tadi melihat Ibunya cemberut. "Bapak sih, kurang perhatian sama Ibu, giliran perhatian malah pakai cincin imitasi," kata Luna.
   "Luna, siapa yang mengajari kamu seperti itu? pasti Ibu kamu?" tanya Aldi.
   Luna hanya diam saja dan mendekati Lendra yang sedang bermain. Entah mengapa Anisa diam dan kini Luna juga ikut diam.
   "Lendra, yuk ikut Bapak naik sepeda motor!" ajak Aldi pada Lendra. Namun, Lendra malah menjauhi Aldi dan memeluk Anisa yang sudah keluar dari kamar mandi.
   Melihat perilaku anak-anaknya yang menjauhi dia, Aldi semakin tidak bersemangat. Dia merasa bahwa Anisa sudah mempengaruhi anak-anak agar menjauhi bapaknya.
    Aldi pergi naik sepeda motor, dia tidak pamit pada Anisa maupun anak-anaknya. Aldi pergi ke warung kopi, dia sengaja menghindari Anisa karena malas untuk berdebat.
   "Mas Aldi, aku dengar cincin Anisa baru ya, tetapi tadi aku lihat kok sudah tidak di pakai?" tanya Bu Nunung yang punya warung.
    "Mungkin di simpan, Bu," jawab Aldi singkat. Dia tidak ingin membahas masalah cincin itu lagi.
   "Aku dengar cincinnya imitasi, apa benar itu, Mas?" tanya Bu Nunung. Aldi hanya diam dan minum kopinya yang masih mengepul.
   "Ahh aah panas," pekik Aldi. Bu Nunung hanya tersenyum melihat tingkah Aldi. 
   Para tetangga sudah tahu jika cincin milik Anisa adalah cincin imitasi. Banyak sekali yang mencibir Anisa, sehingga Anisa enggan untuk keluar rumah.
   Aldi segera pulang karena sudah mau magrib, dia membayar kopi dan gorengan. Sesampainya di rumah dia langsung masuk ke dalam kamar.
   Waktunya makan malam, Anisa sudah berada di meja makan bersama Luna dan Lendra. Lagi-lagi mereka hanya diam saat Aldi duduk di kursi makan.
   "Hanya ini makanannya," kata Aldi. Anisa hanya diam dan asyik menyuapi Lendra. Sedangkan Luna melatap sinis kearah Aldi.
   "Kalau mau makan enak, beli di warung," kata Luna. "Mau makan enak tapi uang belang hanya sedikit mana cukup. Giliran bisa makan ayam ada perampas datang," ucap Luna.
    "Luna, bicara apa kamu," bentak Aldi merasa Luna telah menyinggung Lastri. "Bocah tahu apa, kalau ngomong dama orang tua dijaga. Kalau nggak bida jaga omongannya mending diam," kata Aldi kesal.
   Luna langsung diam, dia tidak lagi berbicara pada Aldi. Anisa merasa Aldi sudah keterlaluan karena membentak Luna.
   "Bisa tidak Mas, kalau ngasih tahu Luna jangan sambil bentak. Itu akibatnya Luna jarang bicara sama kamu," kata Anisa.
   "Anak salah begitu kok dibelain," bentak Aldi. Dia tidak sadar kalau cara dia menegur Luna itu salah.
   "Kalau kita yang salah kamu marah, tapu jika keluarga kamu yang salah kamu diam saja." Anisa menyuruh Luna dan Lendra main di kamar. Mereka masuk ke dalam kamar Luna.
   Aldi masih belum makan, dia enggan makan dengan tahu tempe terus. "Malas aku makan seperti ini, aku makan di rumah Ibu saja. Disana pasti lauknya enak-enak," ucap Aldi lalu beranjak dari kursi makan.
   Anisa merasa sedih, Aldi selalu membandingkan makanan di rumah dengan makanan di rumah ibunya. Jika dia mau makan enak seharusnya dia menambah uang belanja Nisa, bukan malah menguranginya.
**
    Aldi telah sampai di rumah Lastri, dia segera nimbrung ikut makan malam. Lastri merasa Anisa tidak bisa merawat Aldi lagi, buktinya Aldi makan ke rumah Lastri.
   "Nisa tidak masak, kok kamu makan kesini?" tanya Lastri.
   "Masak tapi cuma lauk tahu tempe, aku bosen, Bu," jawab Aldi sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
   "Kamu jadi suami kurang bersyukur, masih mending bisa makan tahu tempe dari pada makan dengan garam," ucap Handoko sinis agar Aldi merasa tersentuh hatinya.
   "Bapak jangan belain Nisa terus, dia itu udah nggak becus ngerawat Aldi," bantah Lastri.
   "Kalau udah nggak bisa ngerawat Aldi, Ibu saja yang ngerawat Aldi," ucap Handoko ketus. "Jelas-jelas anaknya salah malah dibelain, salah siapa Aldi memotong uang belanja Nisa dan diberikan sama Ibu," bantah Handoko.
   Lastri diam, dia merasa Handoko sudah keterlaluan karena menyalahkan dia. Lastri bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamar. Handoko yakin Lastri marah, namun dia bersikap santai saja. 
   Aldi hanya diam saja melihat orang tuanya berdebat. Dia tidak tahu harus memihak pada siapa. Apa yang di katakan Handoko benar, semua salah Aldi. Karena Aldi memberi uang belang sedikit sehingga hanya bisa makan tahu tempe.
   Selesai makan, Aldi pulang. Handoko tidak ingin Putra sulungnya itu terlalu ikut apa kata ibunya. Karena Lastri selalu menjerumuskan Aldi ke jalan yang salah.
   Aldi sampai di rumah, dia mencoba membuka pintu kamar. Tetapi di kunci Nisa dari dalam. Aldi sudah memanggil Nisa tetapi tidak kunjung bangun. Aldi ke ruang tengah dan duduk di kursi.
   Lama sekali Aldi menunggu Anisa bangun, namun tidak kunjung bangun. Akhirnya Aldi tiduran di ruang tengah, dia tidur beralaskan tikar.
   Belum sempat Aldi memejamkan mata, Anisa membuka pintu kamar. Dia keluar dengan membawa batal dan sarung milik Aldi.
    "Malam ini dan seterusnya kamu tidur disini!" perintah Anisa sambil melempar sarung dan bantal ke depan Aldi.
    "Tega kamu, Dek," ucap Aldi. Nisa masuk ke dalam kamar dan menguncinya. 
    Aldi mengalah dan tidur di tikar, dia menyadari jika Nisa sangat marah padanya.
**
    Pagi sekali Lastri ke rumah Aldi, dia kaget saat tahu Aldi tidur di depan televisi hanya beralaskan tikar.
    "Nisa, bangun!'' teriak Lastri sambil menggedor pintu kamar Nisa. Karena terlalu berisik Luna bangun dan membuka pintu kamarnya yang letaknya bersebelahan dengan kamar Anisa.
    "Nek, masih pagi. Jangan berisik!" larang Luna sambil mengucek matanya yang masih mengantuk.
    Lastri mendekati Luna, dia melotot kearah Luna. Entah mengapa Lastri marah pada Luna dan mendorong Luna hingga terkena pintu.
    Anisa yang baru saja bangun, segera membuka pintu. Dilihatnya Luna sudah jatuh di lantai dan Lastri di depannya.
    "Luna...," ucap Anisa mendekati Luna.
    "Kalau kamu sudah tidak sanggup menjadi istri Aldi, gugat cerai saja Aldi," teriak Lastri. Anisa menolong Luna dan mengajaknya masuk ke dalam kamar. Lalu membaringkan Luna diatas kasur.
    Anisa kembali ke depan untuk berbicara pada Lastri. Baru saja Anisa membuka pintu, dia mendengar Lastri berbicara pada Aldi yang baru bangun.
    "Ceraikan Nisa!" perintah Lastri.
   Seketika Anisa menutup pintu kamar Luna lagi, dia mengurungkan niatnya untuk menemui Lastri.
   
   
    

Komento sa Aklat (120)

  • avatar
    channelDzati saadah

    serasa terwakilkan dengan cerita ini beberapa keadaan mirip dengan kisah hidupku

    24/06/2022

      4
  • avatar

    baru mau mulai baca.smoga aja bagus ya

    19/06/2022

      0
  • avatar
    AntungoIndah

    bagus ceritanya

    18d

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata