logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab. 6 Membuat Laporan Di Kantor Polisi.

     Buk RT dan Rika sampai di halaman parkir kantor polisi XXX. Rika turun dari sepeda motor buk RT dan berjalan dengan tergesa - gesa masuk kedalam kantor polisi. Dia ingin segera membuat laporan tentang kehilangan suami dan anak perempuannya di kantor polisi XXX.
     Buk RT menemani Rika masuk kedalam kantor polisi XXX. Dia berjalan dibelakang Rika.
     "Selamat pagi, pak. Saya mau melaporkan tentang suami dan anak perempuan saya yang hilang tanpa kabar sejak semalam." Kata Rika saat sudah duduk dihadapan seorang polisi yang berpangkat Ajun Komisaris Polisi atau AKP itu.
     "Nama ibu siapa? Tanya Ajun Komisaris Polisi itu.
     "Nama saya Rika, pak. Saya ingin melaporkan suami dan anak perempuan saya yang sudah hilang sejak semalam." Jelas Rika.
     "Ibu tinggal dimana?"
     "Di gang Neraka, pak."
     "Siapa nama suami ibu yang hilang itu?"
     "Anwar,, pak."
     "Maaf, nama lengkap suami ibu?"
     "Anwar Japardy, pak."     
     "Boleh ibu ceritakan tentang ciri - ciri dari suami ibu? Misalnya tinggi badan suami ibu berapa sentimeter?"
     "Tinggi badan suami saya seratus tujuh puluh sentimeter, pak."
     "Kalau berat badan suami ibu?"
     "Berat badan suami saya enam puluh enam kilogram."
     "Pada hari suami ibu meninggalkan rumah ibu, dia menggenakan pakaian apa?"
     "Suami saya pergi keluar rumah pakai baju kaos warna putih dan celana jeans warna biru muda."
     "Saat meninggalkan rumah, suami ibu pakai sandal atau sepatu?"
     "Suami saya pergi keluar rumah pakai sepatu warna putih."
     "Boleh jelaskan ciri - ciri sepatunya?"
     "Sepatu yang dipakai oleh suami saya adalah sepatu kets, pak."
     "Bagaimana dengan rambut suami ibu? Panjang atau pendek?"
     "Tidak begitu panjang, pak."
     "Siapa nama anak perempuan ibu yang hilang itu?"
     "Rita, pak."
     "Nama lengkap anak perempuan ibu?"
     "Rita Japardy."
     "Bagaimana ciri - ciri anak perempuan ibu? Tinggi badannya berapa sentimeter?"
     "Anak perempuan saya memiliki tinggi badan seratus dua puluh sentimeter dan berat badannya dua puluh kilogram."
     "Bagaimana dengan rambut anak ibu? Panjang atau pendek?"
     "Panjang. Diikat ekor kuda dan ada pita berwarna merah terang yang terjepit pada rambut ekor kudanya. Warna pitanya senada dengan warna baju dan sepatunya."
     "Saat meninggalkan rumah, anak ibu mengenakan pakaian apa?"
     "Saat pergi dengan ayahnya, anak perempuan saya mengenakan baju terusan yang panjangnya sedikit dibawah lutut dan berwarna merah terang."
     "Saat meninggalkan rumah, anak ibu mengenakan sepatu atau sandal?"
     "Saat diajak pergi oleh ayahnya, anak perempuan saya mengenakan sepatu polos yang berwarna merah terang. Senada dengan baju dan ikat rambutnya, pak."
     "Kapan terakhir kali ibu bertemu dengan suami dan anak perempuan ibu?"
     "Semalam, pak. Pada jam delapan pagi."
     "Jam delapan pagi dimana ibu ketemu suami dan anak perempuan ibu?"
     "Dirumah kami."       
     "Setelah itu ibu tidak pernah bertemu dengan suami dan anak perempuan ibu lagi?"
     "Iya, pak. Setelah itu saya tidak pernah bertemu dengan suami dan anak perempuan saya lagi. Saya mohon, pak. Tolong bantu saya mencari suami dan anak perempuan saya." Kata Rika sambil mulai menangis lagi.
     Buk RT yang duduk disebelah Rika segera mengelus punggung Rika. Dia berusaha untuk menenangkan Rika.     
     Ricky melihat buk RT yang sangat perhatian pada Rika dan berusaha untuk menghibur dan menenangkan Rika.
     Ricky lalu bertanya pada buk RT,"Ibu ini keluarganya buk Rika?"
     "Saya adalah istri dari ketua RT di lingkungan tempat tinggal Rika. Saya datang kesini untuk menemani Rika membuat laporan tentang kehilangan suami dan anak perempuannya. Suami saya adalah ketua RT nya buk Rika ini." Jelas buk RT.   
     "Ibu juga tahu tentang suami dan anak perempuan buk Rika yang hilang itu?"
     "Saya dan suami saya juga baru tahu pagi ini. Saat buk Rika datang kerumah kami dan melaporkan tentang suami dan anak perempuannya yang hilang itu pada suami saya."
     "Bagaimana dengan ponsel suami ibu? Apakah ibu sudah mencoba untuk menelepon suami ibu melalui ponsel?"
     "Sejak semalam hingga pagi hari ini, ponsel suami saya sudah tidak aktif lagi, pak."
     "Jam berapa ibu mulai menelepon suami ibu semalam?"
     "Jam sebelas siang, pak."
     "Jam sebelas siang ibu menelepon suami ibu dan ponselnya sudah tidak aktif lagi?"
     "Iya, pak."
     "Apakah sebelum jam sebelas siang, ponsel suami ibu masih aktif?"
     "Sebelum jam sebelas siang, ponsel suami saya masih aktif, pak."
     "Apakah ibu sudah mencoba bertanya tentang keberadaan suami ibu pada kerabat dan teman dekat suami ibu?"
     "Sudah, pak. Tadi di rumah pak RT, saya sudah telepon semua kerabat dan teman dekat suami saya. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang tahu tentang keberadaan suami dan anak perempuan saya. Saya mohon, bantu saya temukan suami dan anak perempuan saya, pak. Saya takut terjadi sesuatu dengan mereka berdua." Kata Rika sambil menangis.    
     "Jangan khawatir, buk. Kami dari pihak kepolisian, pasti akan membantu ibu menemukan keberadaan suami dan anak ibu."
     "Buk Rika yang tenang ya, buk? Polisi pasti bisa membantu ibu mencari keberadaan suami dan anak perempuan ibu. Percaya sama mereka ya, buk?" Kata buk RT dengan lembut.
     "Apakah belakangan ini ada gelagat aneh yang terjadi pada suami ibu?"
     "Gelagat aneh yang bagaimana ya, pak?"
     "Apakah belakangan ini suami ibu seperti sedang terkena masalah?"
     "Tidak, pak. Saya melihat suami saya baik - baik saja."
     "Apakah belakangan ini ada orang asing atau orang yang tidak ibu kenal datang ke rumah ibu mencari dan menemui suami ibu?"
     Rika berhenti menangis dan memikirkan pertanyaan pak polisi itu.
     "Oh, ada. Minggu yang lalu ada seorang laki - laki datang kerumah saya dan mencari suami saya. Dia berperawakan agak gemuk dengan tinggi badan sekitar seratus enam puluh sentimeter."
     "Apa yang dia lakukan bersama suami ibu?"
     "Awalnya mereka berdua hanya mengobrol biasa saja, layaknya teman baik. Tapi lama kelamaan, mereka jadi saling berdebat seperti musuh. Saya tidak tahu apa yang sedang mereka perdebatkan. Karena saya tidak bisa mendengarkan pembicaraan mereka."
     "Saat kejadian itu, ibu sedang berada dimana?" 
     "Saat kejadian itu, saya sedang memasak didapur "
     "Suami ibu dan laki - laki itu sedang berdebat dimana?"
     "Di depan pintu masuk."
     "Apakah dari pintu masuk bisa melihat langsung ke dapur ibu?"
     "Tidak bisa, pak."
     "Jadi kalau dari arah pintu masuk itu, jika kita melihat kedalam rumah, kita bisa melihat langsung bagian yang mana?"
     "Bagian ruang makan, pak."
     "Apakah selama kejadian itu, ibu sempat pergi ke ruang makan?"
     "Saya sempat pergi ke ruang makan satu kali, pak. Untuk mengambil gula saya yang ketinggalan di meja makan saya. Setelah itu, saya kembali ke dapur dan lanjut memasak lagi."
     "Saat ibu ke ruang makan. Ibu lihat mereka berdua sedang berdebat?"
     "Iya, pak." 
     "Sempat tejadi bentrok fisik?"
     "Bentrok fisik itu maksudnya apa ya, pak?"
     "Saling dorong dan saling pukul."
     "Saya lihat mereka berdua saling dorong, pak. Tapi tidak sampai saling pukul."
     "Kenapa?"
     "Karena ada Rita disana. Mereka berdua tidak mau membuat Rita ketakutan."
     "Ibu membawa kartu keluarga dan akta lahir bapak Anwar dan Rita yang asli?"
     "Bawa, pak."
     Lalu Rika segera memberikan kartu keluarga dan akta lahir suami dan anak perempuannya pada pak polisi itu.
     Pak polisi yang bernama Ricky itu mengambil kartu keluarga dan akta lahir yang diletakkan oleh Rika di atas meja dan membacanya dengan teliti.
     Kemudian Ricky menulisnya di sebuah catatan. Lalu Ricky mengembalikan kartu keluarga dan akta lahir itu pada Rika.
     "Buk Rika, tolong tulis nama lengkap, alamat lengkap, dan nomor ponsel ibu yang bisa kami hubungi. Jika ada perkembangan dengan kasus ini, kami bisa segera menghubungi ibu.'
     "Baik, pak."
     Kemudian Rika segera menulis nama lengkap, alamat lengkap, dan nomor ponsel yang bisa di hubungi oleh pihak kepolisian.
     Setelah itu Ricky berkata,"Sekarang ibu pulang kerumah dan beristirahat saja. Jangan terlalu banyak pikiran. Jika ada kabar, kami akan segera menghubungi ibu."
     "Baik, pak. Terima kasih.'
     Rika bangkit dari kursinya yang diikuti oleh buk RT. Setelah mereka mengucapkan terima kasih pada Ricky, mereka berdua pun melangkah keluar dari kantor polisi.   
     "Buk Rika tunggu disini saja. Saya mau mengambil sepeda motor dulu dari tempat parkir. Nanti saya akan menjemput ibu Rika disini."
     "Baik, buk.'
     Rika berdiri di depan pintu masuk kantor polisi sambil menunggu buk RT datang menjemputnya dengan sepeda motor. 
     Rika berdiri disana sambil tersenyum bahagia. Tadi saat sedang berada d depan polisi itu, Rika dapat berakting dengan sangat bagus.
     Rika bahkan dapat membuat buk RT merasa sangat simpatik dengannya. Rika harus mengakui kalau dirinya sangat pintar bermain sandiwara. Terbukti saat sedang berada didalam ruangan kantor polisi itu, sandiwaranya berhasil.

Komento sa Aklat (151)

  • avatar
    Adamezza

    Bagus

    17/08

      0
  • avatar
    DarmanKoko

    ruarbisa

    16/08

      0
  • avatar
    AswarHaerul

    ceritanya membuat diri ini jadi semangat

    06/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata