logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bab. 4 Erick Dan Rani Di Introgasi Di Kantor Polisi.

     "Erick, kamu ikut dengan saya ke meja kerja saya. Saya harus bertanya pada kamu tentang kedua jenazah itu. Temanmu Rani akan ikut dengan teman saya ke ruangannya. Dia akan ditanya oleh teman saya. Ayo, kita ke meja kerja saya sekarang juga." Kata Ricky.
     Alex melihat kearah Rani dan berkata,"Mari ikut keruangan saya. Saya akan mengajukan beberapa pertanyaan pada anda."
     Rani menatap wajah Erick dengan raut wajah yang cemas dan ketakutan. Dia tidak pernah mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Rani belum pernah diintrogasi oleh polisi manapun juga.
     Erick mengengam tangan Rani dan berkata,"Jangan takut. Kita tidak melakukan kesalahan apapun. Kita hanya berada ditempat yang salah dan di waktu yang salah. Jika polisi itu bertanya tentang apapun juga, kamu jawab saja dengan jujur. Nanti kalau aku sudah selesai di tanya, aku akan menjemput kamu."
     Rani langsung balas mengengam kedua tangan Erick dan berkata,"Kamu janji, kamu akan membawa aku keluar dari sini."
     Erick tersenyum dan menganggukkan kepalanya,"Aku janji. Kita akan keluar dari sini bersama - sama."
     Rani menatap kedua bola mata Erick dan kemudian berkata,"Baiklah. Aku percaya padamu."
     Setelah selesai berkata seperti itu pada Erick, Rani pun menatap wajah Alex dan berkata,"Baiklah, saya sudah siap untuk ditanya."
     Alex menatap wajah Rani dan berkata,"Mari ikut keruangan saya."
     Kemudian Alex mempersilahkan Rani untuk berjalan duluan,"Silahkan, buk. Ruangan saya ada disebelah sana."
     Alex menunjukkan letak ruangan nya pada Rani. Rani melangkahkan kedua kakinya menuju kearah ruangan yang ditunjuk oleh Alex.
     Setelah Rani pergi dengan Alex, Ricky pun mengajak Erick untuk berjalan menuju meja kerjanya.
     "Ayok, sekarang kita pergi ke meja kerja saya. Kita akan berbicara disana."
     Erick melihat Rani sudah masuk kedalam ruangan Alex. Dia pun berjalan mengikuti Ricky dari belakang.
     Ricky berhenti disebuah meja kerja. Dia menarik sebuah kursi dan duduk disana. Dia mempersilahkan Erick untuk duduk di kursi yang ada dihadapannya.
     Erick menjatuhkan pantatnya diatas sebuah kursi yang ditunjuk oleh Ricky. Ricky menatap wajah Erick. Kemudian dia mulai bertanya,"Bagaimana awal mula kalian melihat kedua jenazah ini? Apakah saat kalian temukan, kedua korban dalam keadaan masih hidup?"
     Erick menggelengkan kepalanya dan menjawab,"Saya tidak tahu apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal. Aku tidak memeriksanya. Aku dan pacarku langsung lari keluar dan mencari bantuan."
     "Bagaimana awal mula kamu melihat kedua jenazah ini?" Ricky mengulangi pertanyaannya.
     "Aku dan pacarku baru sampai di taman kota dan kami melihat ada dua orang yang tidur terlentang diatas lantai dalam keadaan mulut mereka berdua sudah mengeluarkan busa. Aku dan pacarku terkejut. Kami sangat ketakutan dan langsung berlari keluar dari taman kota. Aku dan pacarku berteriak meminta tolong pada orang - orang yang ada diluar taman."
     "Jam berapa kalian berdua sampai di taman kota?"
     "Sekitar jam sebelas siang."
     "Jam sebelas siang itu, ketika kamu sampai, taman kota sedang ramai pengunjung?"
     Erick menggelengkan kepalanya dan menjawab,"Tidak. Taman kota sedang sepi."
     "Pada jam sebelas siang itu didalam taman kota ada siapa saja?'
     "Hanya ada aku, pacarku, dan kedua jenazah itu. Tidak ada pengunjung yang lain lagi."
     "Apakah kamu dan pacarmu kenal dengan kedua jenazah itu?"
     "Tidak kenal."
     "Pernah melihat mereka di taman kota itu sebelumnya?"
     Erick berpikir sejenak, kemudian menjawab,"Tidak pernah."
     "Kamu sering pergi ketaman kota itu?"
     "Baru tiga kali."
     "Pergi sendiri atau ramai - ramai dengan teman?"
     "Pergi berdua dengan pacar."
     "Kamu pergi dengan pacar kamu ketaman kota itu sebanyak tiga kali?"
     Erick menganggukkan kepalanya dan menjawab,"Iya."
     "Baiklah. Untuk sementara, sampai disini dulu pertanyaan yang saya ajukan pada kamu. Jika saya mempunyai pertanyaan lagi, saya akan menghubungi kamu. Tolong tinggalkan nama, alamat, dan nomor ponsel kamu yang dapat saya hubungi."
     "Baik, pak."
     Ricky memberikan sebuah buku dan pulpan pada Erick dan menyuruh Erick untuk mencatat nama, alamat, dan nomor ponselnya disana.
     "Tulis nama, alamat, dan nomor ponsel atau nomor telepon rumah yang bisa saya hubungi di buku ini."
     "Baiklah, pak."
     Erick menerima pulpen dari Ricky dan dia mulai menuliskan nama, alamat, dan nomor ponselnya di buku yang diberikan oleh Ricky. Setelah selesai, Erick mengembalikan pulpen itu pada Ricky.
     Ricky mengambil kembali pulpen dan bukunya. Dia membaca dengan teliti nama, alamat, dan nomor ponsel yang ditulis oleh Erick.
     Ricky tersenyum pada Erick dan mengucapkan terima kasih. Erick bertanya pada Ricky,"Apakah saya sudah boleh pulang?"
     "Sudah. Terima kasih atas kerjasamanya."
     Erick pun bangkit dari kursi dan berdiri didekat pintu masuk. Dia sedang menunggu Rani selesai diintrogasi.
     Tidak lama kemudian, Rani pun keluar dari ruangan Alex. Dia menghampiri Erick yang sedang berdiri didekat pintu masuk.
     Rani berdiri dibelakang Erick dan menyentuh pundak Erick. Erick membalikkan tubuhnya dan melihat Rani sudah berdiri dihadapannya. Dia segera  merentangkan kedua tangannya dan memeluk tubuh Rani. 
     Erick bertanya pada Rani,"Kamu tidak apa - apa?"
     Rani memeluk pinggang Erick dengan erat. Dia membenamkan wajahnya didada bidang Erick dan menggelengkan kepalanya. Rani berkata,"Aku tidak apa - apa."
     Erick mengecup pucuk kepala Rina dan berkata,"Ayo, kita pulang."
     Ricky dan Alex melihat pemandangan itu dengan perasaan cemburu. Mereka berdua tidak mempunyai seseorang yang bisa mereka peluk dan kecup pucuk kepalanya.
     Erick mengajak Rina keluar dari ruangan kantor polisi. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan menuju tempat Erick memarkirkan sepeda motornya.
     Erick duduk diatas sepeda motor dan memakai pengaman kepala. Dia juga memasangkan pengaman kepala kekepala Rani. Sangat kelihatan sekali kalau Erick sangat sayang pada Rani.
     Setelah Erick selesai memasangkan pengaman kepala di kepalanya, Rani pun naik keatas sepeda motor dan duduk dibelakang Erick sambil memeluk perut Erick.
     Erick mulai menghidupkan mesin sepeda motornya dan menjalankan sepeda motornya keluar dari halaman parkir kantor polisi.
     Alex dan Ricky memperhatikan Erick dan Rani sampai mereka menghilang dari pandangan mata Alex dan Ricky.
     Alex dan Ricky menghela nafas. Dada mereka terasa sesak menyaksikan pemandangan itu.
     Kemudian Ricky bertanya pada Alex,"Gimana introgasinya?"
     Alex menggelengkan kepalanya,"Rani bilang dia baru sampai ditaman kota dan melihat ada dua orang yang tidur terlentang dilantai dengan mulut yang mengeluarkan busa. Dia dan pacarnya sangat ketakutan dan panik. Tanpa pikir panjang, dia dan pacarnya langsung berlari keluar dari taman kota itu dan berteriak minta tolong pada orang - orang yang berada diluar taman. Mereka bukan pelakunya. Mereka adalah orang yang menemukan kedua jenazah itu."
     Kemudian Alex melihat wajah Ricky dan bertanya,"Bagaimana dengan kamu? Kamu dapat sesuatu dari hasil introgasi kamu?"
     Ricky menggelengkan kepalanya dan menjawab,"Hasil dan jawaban yang aku dapatkan, sama dengan yang kamu dapatkan. Mereka bukan pelakunya. Mereka adalah orang yang menemukan kedua jenazah itu. Mereka cuma apes saja."
     Alex menghela nafas dan berkata,"Kedua jenazah itu bakalan jadi Mr and Mrs. X."
     "Yup." Jawab Ricky.

Komento sa Aklat (151)

  • avatar
    Adamezza

    Bagus

    17/08

      0
  • avatar
    DarmanKoko

    ruarbisa

    16/08

      0
  • avatar
    AswarHaerul

    ceritanya membuat diri ini jadi semangat

    06/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata