logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BAB 3 Satu Nasib Satu Lagu

PELAS TERI 3
Satu Nasib Satu Lagu
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Penasaran itu memang rasanya sungguh menjengkelkan. Mau bertanya takut tidak dijawab, tidak bertanya hati merasa terjerembab. Hanya menyisakan panas di dada saat terjebak dengan perasaan sendiri yang penuh tanda tanya.
Sementara Malika baru tahu ada istilah pelas teri. Selama ini ia jarang sekali mendengarkan lagu dangdut kaum milineal. Jadi, wajar kalau hatinya penasaran akan lagu yang baru saja didengarnya. Ia mengakui lagunya lumayan oke untuk usianya.
Ragu, tetapi rasa ingin tahunya tetap menjelma dan ingin menerobos dinding jaimnya untuk bertanya apa arti dari pelas teri. Daripada mati penasaran lebih baik bertanya.
"Pelas teri itu apa, Gen?" tanyanya. Kedua matanya menatap Gegen dengan satu arah. Lurus dan tepat sasaran. Namun, hatinya menahan sekuat tenaga rasa malu. Malu ketahuan tidak pernah update lagu masa kini untuk generasi anak muda.
"Kamu nggak tahu? Bentar, aku kasih tahu."
Gegen mengambil ponsel di saku celananya.
Kemudian membuka folder musik dan memainkan satu lagu yang pernah membuat hatinya merasa jadi bintang utama.
Radit memang usil. Ia mengirim lagu itu via bluethoot saat dirinya sedang tiduran di pos ronda semalam.
Katanya biar semakin menikmati acara patah hatinya. Padahal tanpa lagu itu pun hatinya sudah merana dan terluka.
Malika semakin bingung dengan tingkah Gegen. Apa hubungannya lagu dengan pelas teri juga kisah asmara mereka?
Pertanyaan itu terus mengurung kepalanya agar bisa menemukan jawaban. Namun, sama sekali tidak menemukan jawaban satu pun.
"Kamu dengerin dulu baru komentar," titah Gegen.
Malika pun memasang telinga kanan dan kirinya dalam posisi sempurna.
'Pelas teri dibuntel godong, sing tak tresnani disaut uwong. Mana janjimu, mana sumpahmu. Yang kau ucapkan dulu. Pelas teri dibuntel godong, sing tak tresnani disaut uwong. Kowe kok tego dolanan roso, sing ning njero dodo ....'
Peeeeeffft ...!
Malika menahan tawanya dengan satu tangan.
Lirik lagu yang masih berputar itu memang sangat pas dengan kisah mereka.
Kini ia mengerti apa arti dari pelas teri. Dan sumpah ini adalah kali pertama ia mendengarkan lagu dangdut model begini.
Karena biasanya ia hanya mendengarkan lagu dangdut lawas, itu pun tidak sampai tuntas.
"Gimana? Sekarang udah ngerti apa itu pelas teri?" tanya Gegen sambil mematikan musiknya lalu memasukkan kembali ponsel ke saku.
"Iya. Paham kok! Ada-ada saja lagu dangdut zaman sekarang. Hahaha ...." Malika kembali tertawa lepas. Baginya lagu itu masih terdengar lucu. Lucu karena kisah cintanya bisa serumit sekarang.
Gegen semakin tidak berdaya menatap pesona Malika. Separuh hatinya mulai takut terjatuh tanpa ada yang mau memungutnya.
Bayangan hatinya menjadi gelandangan pun mulai terasa menakutkan.
"Terus kamu udah bisa nerima kenyataan belum?" tanya Malika setelah menghentikan tawanya.
Gegen membuang pandang matanya ke arah matahari pagi yang sudah lagi tidak malu-malu.
Ia keluar dari persembunyiannya dengan begitu gagah dan bangga setelah gelap mengurungnya.
"Aku? Ya harus bisa dong! Aku ingin seperti sunrise yang selalu muncul di tiap pagi walau malam telah menyembunyikannya dalam gelap. Aku tidak mau bersembunyi di kegelapan dan meratapi cinta yang memang memilih pergi. Kalau kamu? Bagaimana?" Gegen bertanya kembali setelah menjawab pertanyaan Malika.
Malika terlihat berpikir. Mungkin memang kisahnya lebih rumit dari dirinya. Karena memang sudah ada rencana besar dalam hubungannya.
"Mungkin juga akan mengambil sikap seperti kamu. Capek hati mempertahankan orang yang memang tidak mau dipertahankan. Lebih baik biarkan dan lepaskan saja," ucap Malika mantap. Semantap realita yang memang telah menjadi nyata.
Gegen kini justru tersenyum mendengar jawaban Malika.
Ia tidak menyangka akan dipertemukan kembali oleh satu nasib dan satu lagu yang berjudul pelas teri.
Ya, dipertemukan dengan wanita yang bisa dibilang cantik dan tidak jutek. Yang sempat dikenalnya sekejap lalu pergi begitu saja tanpa pernah kembali lagi.
Hatinya mulai mendoakan yang terbaik untuk dirinya dan juga Malika.
Sunrise kali ini memberikan kenangan baru dengan orang baru dan harapan yang baru pula.
Malika yang kini tengah duduk dengan rambut tergerai terlihat sangat cantik.
Apalagi ditambah walpaper alam asli yang terlihat sangat begitu indah. Yakni matahari yang berada di kerumunan awan bewarna kuning dan orange.
Seakan mereka sedang berlomba melukis awan menjadi pemandangan menakjubkan di langit.
Gegen ingin mengabadikan momen ini dalam ponselnya.
"Malika ...," panggil Gegen.
Wanita itu pun menoleh.
Cekrek!
Satu gambar terambil dari kamera ponsel milik Gegen. Pose yang sempurna.
"Cantik," ucap Gegen lalu tersenyum.
Sedang Malika menjadi tersipu malu karena di foto tanpa persiapan.
"Bagi dong foto barusan," pinta Malika.
"Boleh. Aku kirim lewat WA ya? Nomor kamu berapa?"
Malika langsung menyebutkan satu per satu angka yang terangkai menjadi nomor ponsel.
Gegen menyimpannya dalam kontak dengan nama 'Malika' lalu langsung mengirim foto yang ia minta.
Tanpa caption, tanpa emoji, Gegen membuat story WA-nya dengan foto Malika.
Begitu juga dengan Malika. Ia pun menjadikan foto itu dalam story Wa.
Akan tetapi, dengan caption 'Pelas Teri? Walau orang yang aku cintai diambil orang, tetapi selalu ada ganti yang tidak akan pernah membuatku merasa terbuang.'
Setelah puas bermain ponsel, mereka berdua kembali bercerita tentang masing-masing.
Saling tersenyum dan sesekali mereka tertawa.
Keduanya cepat sekali terlihat akrab. Sentuhan dan pukulan lembut kerap menghiasi obrolan mereka.
Hingga menumbuhkan rasa yang entah apa tidak ada wujudnya.
Gegen juga kerap mencuri pandang saat Malika menatap ke arah lain.
"Lika ...?" panggilnya.
"Hem ...," jawab Malika lalu menoleh.
"Kapan-kapan boleh chat, kan?" tanya Gegen ragu.
Malika terdiam, lalu tersenyum tipis sembari menatap wajah Gegen.
"Boleh aja ... pasti aku balas."
"Kalau kita temenan, kamu juga mau?"
"Ya kan, kita emang udah temenan sejak tadi bahkan jauh sebelum ini, kan? Hanya saja dulu aku nggak mau terlalu dekat dengan orang spesial Gendis. Takut khilaf."
Malika menunduk setelah mengatakan itu. Malu. Nanti disamain kayak lagu pelas teri.
"Kalau aku juga suka sama kamu, apa itu juga boleh?"
Mendengar perkataan Gegen, seketika wajah Malika mendongak. Menatap pria yang kini sedang menatapnya.
Pandangan mata mereka beradu. Saling bertanya dan saling mencari jawaban.
Akan tetapi, hanya terdiam tanpa kata.
"Boleh?" Gegen mengulang lagi. Netranya pun masih menatap lekat sepasang manik kehitaman Malika.
"Boleh? Atau tidak?" lirihnya dalam hati.
Malika bimbang. Hatinya terombang-ambing. Seperti langit kelam tanpa bintang. Yang membuat akalnya terpelanting hingga jauh.
"............."
Malika membisu, bahkan bibirnya terasa kelu.
"Haruskah diperbolehkan? Bukankah suka belum tentu cinta apalagi sampai ke KUA?"
Ini hanya pertanyaan yang tidak mengandung penembakan ....
-------***------
Bersambung

Komento sa Aklat (82)

  • avatar
    KhidayahZaitunnur

    Bagus banget ceritanya

    16d

      0
  • avatar
    Fahrul RoziMochammad

    bagus

    21d

      0
  • avatar
    SamosirZulkarnain

    bagus banget kak/bang cerita nya!!

    17/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata