logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Istri Memalukan

Istri Memalukan

Tri Widiyani


Istriku Memalukan Di Kantor

Dia mengenakan gamis besar berwarna biru tua! Tas selempang hitam dari kain dan sandal kulit sintetis model jepit dengan kaus kaki melengkapi pakaiannya. Jilbab kaos berukuran besar berwarna hitam yang dipakainya semakin membuatku gerah melihatnya.
Hatiku merutuk penampilannya, kilatan mataku yang menatapnya kesal beradu dengan mata teduhnya, cepat aku beralih dari pandangannya. Rasanya malas sekali melihatnya semakin mendekat menghampiriku.
Harusnya tak usah datang saja jika hanya akan membuatku malu. Kulihat beberapa pasang mata menatap mencemooh mengikuti langkahnya ke arahku.
"Aku duduk di sini, ya, Mas?" tanyanya lembut.
"Duduk saja tak perlu banyak tanya!" Aku berkata ragu dengan ketus, kalau bisa memilih ingin rasanya tak berdampingan dengannya saat ini.
Yasmin menarik kursi di sebelahku, lalu duduk sambil merapikan gamisnya dan melepas Nuna dari gendongan untuk kemudian dipangkunya.
Istriku itu tampak percaya diri seperti biasanya, seolah apapun yang dikenakannya itu layak untuk mendampingiku di acara resmi kantorku.
"Kenapa datang ke sini dengan pakaian serupa saat pergi ke pasar?" Aku berkata lirih dengan geram.
"Aku memang berpakaian seperti ini kemana pun, ini pakaian syari, Mas. Aku seorang muslimah sudah seharusnya berpakaian begini." Yasmin menjawab dengan pelan tapi nada suaranya tegas.
"Tak usah lama-lama di sini. Biar Pak Marno mengantarmu pulang lagi." Aku berbisik dengan tak sabar, lalu segera mengirim pesan pada sopir kami untuk membawa Yasmin kembali ke rumah.
Yasmin menatapku dengan raut kecewa, lalu mengangguk. Dia segera berdiri sambil menggendong kembali Nuna, menuruti pintaku untuk pulang.
"Eh, itu Bu Yudha mau kemana? Acaranya mau dimulai." Pak Baskoro yang duduk di sebelahku bertanya saat melihat kepergian istriku.
"Anak kami rewel, Pak. Biarlah pulang lagi saja daripada mengganggu acara," jawabku berbohong.
"Sayang sekali, ya? Saya bahkan belum sempat bertegur sapa dengan Bu Yudha tadi," kata Bu Baskoro.
Istri Pak Baskoro itu tersenyum padaku, dia terlihat begitu anggun dan berkelas. Harusnya Yasmin berpenampilan sepertinya, selayaknya seorang istri manajer.
Lihat saja perbedaan mereka! Bu Baskoro memakai gamis dipadukan dengan cardigan elegan dan pashmina warna lembut yang membuat kecantikan wajahnya lebih terlihat. Tas dan sepatunya sangat serasi, begitu juga dengan riasan wajahnya yang memancarkan dirinya tampak amat jelita. Andai Yasmin mau merias diri seperti itu!
Aku dan Pak Baskoro mempunyai jabatan yang setingkat, aku manajer area dan Pak Baskoro manajer produksi. Tapi istri kami begitu jauh berbeda, Yasmin sungguh tak mencerminkan jika dirinya istri seorang manajer seperti Bu Baskoro.
Sore ini ada acara perkenalan general manajer baru di kantor kami. Semacam acara family gathering yang mengundang seluruh petinggi kantor dan karyawan beserta keluarganya untuk menyambut pejabat baru. Sudah dari tadi malam aku berpesan pada Yasmin agar hadir dengan penampilan terbaik.
Aku tak menyangka Yasmin tak memahami maksudku, dia tetap saja berpenampilan sesukanya sendiri. Kesibukan di kantor dari pagi membuatku tak bisa pulang dulu sebelum acara berlangsung, aku pun tak sempat mengecek lagi cara Yasmin berhias sebelum dijemput Pak Marno.
Untunglah Bu Anggono istri general manajer yang baru itu terlambat hadir dan belum sempat bertemu istriku, memalukan sekali jika sampai dilihatnya Yasmin dengan pakaian kebesarannya.
"Pak Yudha, boleh saya dan keluarga sekali-kali main ke rumah?" Pak Baskoro bertanya padaku.
"Kenapa harus meminta izin dulu, silakan, Pak. Saya senang jika keluarga bapak berkunjung, kami mohon maaf belum sempat singgah ke rumah bapak." Aku tersenyum ramah.
Bahaya! Pak Baskoro dan istrinya akan terkejut nanti saat mendapati istriku yang biasa memakai daster panjang dengan jilbab kaos besar kusam saat di rumah. Aku harus lebih tegas lagi agar Yasmin mau merubah kebiasaannya itu.
"Wah, makasih, Pak Yudha. Saya akan senang jika istri saya bisa belajar banyak dari Bu Yudha." Pak Baskoro menepuk bahuku dengan akrab.
Belajar dari istriku? Apa maksud Pak Baskoro? Apa yang membuatnya berkata seperti itu tentang Yasmin!
Aku baru genap sebulan mutasi ke kantor ini, promosi menjadi manajer area membuatku harus pindah ke kota ini. Sebelumnya, di kota lama aku masih menjabat sebagai supervisor. Kinerjaku yang bagus mengantarku meraih jabatan manajer lebih cepat dari teman selevelku.
Sekarang aku mendapat banyak fasilitas dari kantor. Rumah megah lengkap dengan perabotnya, asisten rumah tangga, mobil berikut supirnya disediakan untukku sebagai penunjang jabatan baruku.
Gajiku naik lima kali lipat, aku pun membeli pakaian dan barang-barang berkelas untuk memberi kesan kemapanan kehidupanku. Berbeda denganku, Yasmin begitu susah saat kuminta untuk berbelanja pakaian yang lebih modis. Kami sudah sering berdebat akan hal ini, dia begitu keras kepala.
Saat acara penyambutanku di kantor baru ini dulu, Yasmin kularang ikut karena dia tetap berkeras mengenakan pakaian ala dirinya itu. Aku berangkat seorang diri dengan alasan Nuna rewel saat ditanya oleh teman kantor dan istri mereka.
Di kantor yang lama pun aku membatasi Yasmin untuk tak ikut serta jika ada acara di kantor. Masih tak seberapa berpengaruh jika dia tak ikut hadir karena aku masih seorang supervisor.
Akan tetapi dengan jabatanku yang sekarang, Yasmin nantinya harus aktif membina kegiatan istri-istri karyawan di kantor. Bikin pusing saja jika dia tetap tak mau merubah penampilannya itu.
Bayangkan, memalukan sekali saat penampilan Yasmin dilihat orang lebih tidak berkelas dibandingkan istri-istri staf kantorku.
Laju mobil yang berhenti mengejutkanku saat setengah sadar masih merutuki Yasmin dan penampilannya tadi. Kulihat Pak Marno sudah turun dari mobil dan membuka pintu pagar rumah.
Hari sudah menjelang tengah malam. Selesai acara kantor, aku mampir ke sebuah kafe dulu untuk minum kopi tadi. Menghilangkan amarah di hati karena kecewa pada istriku.
Dengan malas kujejakkan kaki turun dari mobil dan memasuki halaman rumah. Masih kesal rasanya jika harus melihat Yasmin mengingat kehadirannya di kantor yang memalukan dengan penampilannya tadi sore.
Kubuka pintu kamar dengan lesu, semoga Yasmin sudah terlelap. Aku takut tersulut untuk memarahinya jika melihatnya masih terjaga, lelah sudah badan dan pikiranku rasanya.
Langkah ini terhenti saat kakiku terantuk sebuah tas pakaian kecil di sisi tempat tidur, isi di dalamnya sepertinya cukup penuh. Apakah yasmin berencana pergi dari ruma

Komento sa Aklat (128)

  • avatar
    123Mawan

    Bang. toapin. aku. bang

    3d

      0
  • avatar
    NurleliNunik

    keren menghayati banget

    6d

      0
  • avatar
    canwil

    yes

    17/08

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata