logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

Bertepuk sebelah tangan

Malam sudah larut saat Alan mengantar April pulang ke rumahnya. Papi April yang melihat putrinya di antar pulang oleh seorang pria yang belum di kenalnya ada perasaan tidak suka karena ia berharap putrinya bisa menikah dengan lelaki pilihannya, yaitu Andrew.
“Siapa lelaki itu?” tanya Pak Arsene saat April baru saja masuk ke dalam rumah.
“Emm... papi kenapa belum tidur,” jawab April, seolah tak mendengar pertanyaan papinya.
“Jangan mengalihkan pembicaraan, jawab saja pertanyaan papi tadi,” tegas Pak Arsene dengan menatap tajam kepada putrinya.
“Baiklah, namanya Alan pi. Dia teman April,” dusta April pada papinya.
“Lain kali papi tidak mau melihat kamu pergi dengan lelaki lain kecuali dengan Andrew. Sekarang kamu lekas tidur, sudah malam.”
“Selain Andrew? Maksud papi Apa?” tanya April yang tidak mengerti dengan maksud papinya.
“Kita bicarakan ini besok pagi, sekarang kamu tidur ya sayang,” perintah Pak Arsene lalu mengecup kening April.
“Baik pi,” karena terlalu lelah, April pun menuruti permintaan papinya. Lalu ia pun segera masuk ke kamarnya dan segera tidur.
*
Keesokan harinya, seperti biasa Andrew sudah berada di rumah April untuk sarapan bersama.
“Andrew, sebenarnya bagaimana hubungan kamu dengan April?” tanya Pak Arsene membuka percakapan di antara mereka.
“Maaf, maksud om?” tanya balik Andrew tidak mengerti.
“Kalian pacaran?” sahut Zac menambahkan.
“Kakak bicara apa sih, tentu saja kita hanya berteman. Ya kan Andrew?” tanya April meminta persetujuan Andrew.
Andrew hanya bisa tersenyum dan mengangguk menyetujui perkataan April, “Aku ingin kita lebih dari teman, Pril,” batin Andrew.
”Ya sekarang memang teman tapi suatu saat nanti siapa yang tahu,” goda Zac sambil mencolek pipi April.
“Iih...! kakak nih pi, godain aku terus nih,” adu April pada papinya sambil merajuk hingga membuat semua yang ada di ruang makan tertawa karena tingkah lucunya.
“Ternyata di balik sifat yang tegas itu, kamu juga bisa merajuk ya lucu sekali ingin rasanya mencubit pipi itu,” batin Andrew gemas melihat tingkah April.
Setelah sarapan pagi, April berangkat ke kantor bersama Andrew.
“Lain kali kamu tidak perlu menjemputku, aku bisa berangkat dengan sopirku seperti biasa,” kata April tegas sambil bersiap akan turun dari mobil Andrew.
Andrew segera menahan lengan April lalu berkata, “Tapi kenapa Pril? Apa aku berbuat salah padamu?”
April hanya diam lalu menghembuskan nafasnya kasar.
“Jawab April,” pinta Andrew pada April dengan tatapan memohon.
“Aku hanya tidak mau kita terlalu dekat,” jawab April tegas sambil menarik lengannya lalu turun dari mobil Andrew.
Andrew pun ikut turun dan mengejar April masuk ke dalam kantor. Andrew terus mengejar April sambil memanggil-manggil namanya, namun April tak mau berhenti. Andrew yang merasa kesal akhirnya berteriak hingga membuat April terpaksa menghentikan langkahnya. Mereka pun menjadi pusat perhatian orang-orang yang sedang melewati keduanya.
“Kumohon berhentilah Pril, tolong dengarkan aku,” pinta Andrew.
April hanya diam sambil menarik nafasnya dalam. Perlahan Andrew berjalan mendekati April lalu memegang kedua tangan gadis itu.
“Maaf ini jam kantor sudah waktunya kita bekerja,” kata April sambil menarik kedua tangannya lalu pergi meninggalkan Andrew.
Andrew yang merasa frustrasi karena April tidak menghiraukannya akhirnya berteriak hingga membuat semua orang menoleh kepada mereka.
“Aprilia Alexander, AKU MENCINTAIMU! Kamu dengar itu! Aku sangat-sangat mencintaimu!” teriak Andrew dengan lantang.
April yang merasa malu karena semua orang dikantor tersebut memperhatikannya dan Andrew, akhirnya ia lebih memilih diam lalu masuk ke dalam ruangannya.
*
Sore harinya, Alan mengajak April untuk makan malam bersama. Di sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam. Alan memperhatikan wajah April yang terlihat murung sejak ia menjemputnya pulang dari kantor. Karena tidak tahan dengan keadaan mereka yang saling diam, akhirnya Alan memberanikan diri membuka pembicaraan di antara mereka.
“Apa ada sesuatu yang perlu kamu ceritakan padaku sayang?” tanya Alan hati-hati dengan memegang satu tangan April sambil menyetir.
Ia tak ingin menyinggung April karena ia tahu jika kekasihnya itu ada masalah maka akan lebih memilih diam. Seperti saat ini, maka mau tak mau ia harus memulai pembicaraan di antara mereka.
April tidak menjawab, kemudian ia hanya menggelengkan kepalanya.
“Lalu apa ada seseorang atau sesuatu yang mengganggumu hingga membuat kekasihku yang cantik ini menjadi murung?” goda Alan membuat April menampilkan sedikit senyumnya.
“Lihat itu ada senyuman di wajahmu, ya meski sedikit tapi tetap saja terlihat sangat cantik,” puji Alan jujur.
Akhirnya April membuka suara, “Sudahlah Alan, jangan menggodaku terus.”
Alan pun tersenyum lalu memarkirkan mobilnya, “Maafkan aku, aku hanya ingin membuatmu tersenyum. Jika ada masalah ceritakanlah padaku, aku ingin bisa menjadi orang yang selalu ada di sisimu saat kamu membutuhkan tempat untuk bersandar. Mendengar setiap keluh kesahmu, suka dukamu, aku berharap aku bisa menjadi pelabuhan terakhirmu Pril,” ungkap Alan sambil mencium kedua tangan April.
April yang tidak bisa membalas perkataan Alan lalu memeluk kekasihnya itu seraya berkata, “Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang kamu berikan untukku Alan. Aku pun berharap bahwa hanya kamu yang akan menjadi pelabuhan terakhirku nanti,” ujarnya sambil menahan air mata karena terharu akan ucapan kekasihnya itu.
Setelah selesai makan malam bersama, Alan mengantar April pulang ke rumahnya. Alan mengatakan keinginannya untuk melamar April menjadi istrinya, namun gadis itu melarangnya karena tidak ingin membuat papinya kecewa dan ia pun tidak ingin jika penyakit papinya sampai kambuh.
Untuk itu ia meminta Alan untuk menunggu sampai waktu yang tepat hingga papi April merestui hubungan mereka. Akhirnya Alan pun hanya bisa menuruti permintaan kekasihnya.
“Jika itu memang keputusanmu, aku akan terima Pril. Aku akan sabar menunggu sampai tiba saatnya. Dan selama itu aku minta kamu untuk menjaga hatimu hanya untukku,” pinta Alan sambil mencium kening April dan gadis itu hanya mengangguk sebagai jawabannya.
*
Pagi harinya, April beserta keluarganya mendapat undangan untuk makan malam bersama keluarga Andrew. April ingin menolak undangan tersebut, namun karena papinya akhirnya ia terpaksa menerima undangan makan malam itu.
Waktu untuk makan malam pun akhirnya tiba. April beserta papi dan kakaknya tiba di rumah keluarga Dawson tepat jam 7 malam. Andrew dan keluarganya menyambut keluarga April dengan sangat hangat dan ramah terutama Mama Andrew, Amelia.
Ia memperlakukan April seperti anaknya sendiri, karena ia tidak mempunyai anak perempuan jadilah ia sangat senang begitu mengetahui Andrew ingin segera melamar April.
“Ada satu anggota keluarga kami yang belum kami perkenalkan kepada kalian, dia adalah adik Andrew”, kata Pak George, Papa Andrew sambil memanggil Alan.
“ALAN...”
“APRIL...”
Ucap April dan Alan dengan bersamaan saat keduanya bertemu, semua orang tertuju pada mereka yang rupanya sudah saling mengenal bahkan hubungan mereka sudah lebih jauh dari yang mereka ketahui.
*
*
*
Next...

Komento sa Aklat (71)

  • avatar

    oke la saya suka

    02/12

      0
  • avatar
    Grace Dimbu

    Bagus ni ceritanyaa..

    01/12

      0
  • avatar
    Fatin Adila

    good

    29/11

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata