logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

BAB 4

SELINGKVH ONLINE 4
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Berkurangnya sebuah perhatian dan banyaknya waktu yang terpotong karena sebuah kesibukan bisa saja membuat seorang Ayya mencari hiburan lain. Hiburan sementara untuk melupakan segala gundah. Pertemuannya dengan Byakta di dunia biru karena menyukai sesama puisi membuat kedekatan mereka semakin bertambah.
Ayya tidak tahu ini sebuah kesalahan atau justru sekedar pelampiasan. Atau ini adalah sebuah jawaban atas hatinya yang mulai merasakan perbedaan.
Selama makan siang bersama Dean, mereka hanya berbicara tentang pekerjaan. Bahkan Dean terlihat bahagia kala menceritakan tentang pekerjaan yang akan dibersamai dengan Safira.
Ayya yang mendengar nama Safira disebut beberapa kali oleh Dean di depannya, membuat hatinya merasa jengah. Bukankah lebih baik berterus terang saja jika ingin memilih bersama Safira?
“De, dari tadi kamu sudah nyebut nama Safira sampai lima kali. Apa kamu mulai menyukainya? Kalau iya, tolong beri kejelasan tentang hubungan apa yang sedang kita jalani? Setidaknya aku akan berusaha melepasmu dan membuang jauh semua impian yang sudah terlanjur terancang,” pinta Ayya setengah memohon. Kesabaran terasa akan habis.
Bibir Dean tetiba menjadi kelu. Ia tidak tahu harus menjawab apa dan bagaimana perasaannya saat ini. Yang pasti, Dean merasa bahagia bersama Safira, tetapi hatinya juga menginginkan Ayya. Ia tidak bisa kalau disuruh memilih.
“Jawab, De?! Kenapa kamu hanya bisa diam?” tanya Ayya lagi. Bahkan rasa sakit dan kecewa akan sikap Dean sudah tidak terasa lagi. Mungkin karena cintanya yang mulai memudar atau mungkin karena kehadiran Byakta yang diam-diam mulai mengisi relung hatinya.
“A--aku tidak bisa memilih, Ay. Jujur aku cinta sama kamu, tetapi aku juga merasa nyaman dengan Safira.” Jawaban Dean membuat Ayya tersenyum getir. Sebisa mungkin Ayya menahan air mata agar tidak menjebol pertahanan kelopak matanya.
“Lebih baik kamu pikirkan ulang hubungan macam apa yang sedang kita jalani. Setelah kamu tahu, kamu boleh memutuskan siapa yang layak mendampingimu. Aku pun sudah menyiapkan hati ini sejak lama, bahkan saat pertama kali ibumu menentang hubungan kita,” jelas Ayya.
“Apa kamu mempunyai pria lain, Ay?” Dean bertanya di sela Ayya sedang menghabiskan es jeruknya. Bahkan, tenggorokannya seakan tersendat biji jeruk mendengar pertanyaan konyol dari Dean.
“Apa aku pernah berduaan dengan pria lain selain dirimu, De? Bukankah akhir-akhir ini kamulah yang selalu bersama wanita lain?” tanya Ayya penuh penuduhan. Amarahnya sudah lepas kendali.
“Sudahlah. Lebih baik untuk saat ini kita saling interopeksi diri.” Ayya bergegas meninggalkan Dean sendirian. Jam istirahatnya pun sudah selesai sejak lima menit yang lalu.
“Kita lihat, De. Siapa sebenarnya yang ingin kamu pilih. Jika kamu tetap begini, maka alangkah baiknya aku memilih mundur,” batin Ayya. Kemudian ia berlari kecil hingga sampai ke tempatnya bekerja.
Tentang Dean biarlah ia sendiri dengan pemikirannya. Yang jelas, kini Ayya sudah merasa lebih baik bisa mengutarakan apa yang selama ini bergumpal di otaknya.
Satu semangat di sisi rapuhnya akan selalu ada. Bahkan senyumnya bisa terus merekah menyambut puluhan pengunjung sampai jam kerjanya berakhir.
Dean yang dengan sengaja melihat Ayya dari kejauhan hanya bisa mengusap dadanya.
“Maafkan aku, Ay. Aku tidak tahu kalau selama ini kamu memikul beban berat itu sendirian,” lirih Dean. Kemudian bergegas pergi menemui Safira yang sudah menunggu di ruang kerjanya.
“Maaf, Sa, kamu nunggunya udah lama ya?” tanya Dean saat menutup daun pintu.
“Gak lama kok, kamu gak perlu sungkan. Nunggu lebih lama dari ini juga aku sanggup,” goda Safira.
“Kamu kenapa keras kepala sih? Kamu kan tahu sudah ada Aya di sampingku? Kenapa kamu masih menginginkan seseorang yang jelas bukan milikmu?” Dean bertanya dengan sedikit emosi. Ia tidak tahu lagi kalau pilihan Ayya ternyata begitu mengguncang emosinya. Ia tanpa sadar meluapkan emosinya pada orang lain.
“Aku menginginkan seseorang yang aku cinta, apa aku salah? Walau Ayya sudah memilikimu, tetapi ibumu tidak pernah menyetujuinya. Bukankah wanita sepertiku yang layak menjadi pendamping seorang Dean?” Safira lagi-lagi selalu membanggakan diri sendiri. Ia tipe wanita yang gigih untuk urusan kemauan.
“Aku tahu, jika sebenarnya kamu juga tertarik padaku. Apa aku salah?” tanya Safira lagi.
Dean terdiam. Tidak bisa menjawab pertanyaan yang memang tidak bisa ditolak oleh logikanya. Perlahan Safira mulai mendekat dan mengusap lembut punggung Dean.
“Jangan bohongi perasaanmu, Dean?” bisiknya di rungu Dean.
Dean merasakan ada getaran aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya saat bibir Safira hampir menyentuh daun telinganya. Dean langsung berdiri untuk menghilangkan gejolak api yang mungkin saja bisa membakarnya saat ini juga. Ia tidak mau menyakiti Ayya lebih dalam.
“Lebih baik sekarang kita pulang. Bukankah kita ada janji makan malam dengan ayahmu?” potong Dean. Mereka berdua pun akhirnya pergi dan menuju kendaraan di area parkir.
Tangan Safira bergelayut manja di lengan Dean selama perjalanan. Dean hanya bisa pasrah menerima sikap Safira yang berlebihan. Bahkan Safira melingkarkan erat kedua tangannya ke perut Dean saat roda duanya sudah mulai melaju dengan kecepatan sedang. Karyawan lain banyak yang memandang iri kepada Dean karena bisa mendekati putri pemilik toserba.
Sedangkan Ayya, ia masih duduk melamun di dalam bus. Memandang jalanan dari jendela kaca. Meramalkan nasib kasihnya yang tengah bersenang-senang dengan wanita lain.
Getaran ponselnya membangunkan lamunan Ayya. Satu pesan masuk dari Byakta.
Byakta
[ Sore, Ay. Ay ... yang. ]
Ayya
[ Sore juga, By. ]
Byakta
[ Lagi ngapain, Ay? Udah pulang kerja belum? ]
Ayya
[ Ini lagi di bus. ]
Byakta
[ Kok, naik bus? Emang pacar nggak jemput? ]
Ayya
[ Nggak. Dia lagi sibuk. ]
Byakta
[ Mau aku temenin nggak? Biar nggak bete sendirian di bus? ]
Ayya
[ Boleh. Eh iya, kamu itu sebenarnya kerja apa gimana sih? Kok, selalu aja punya waktu buat kirim chat sama aku? ]
Byakta
[ E--em, jawab nggak ya ...? ]
Ayya
[ Ya, jawab dong! Kamu aja tahu aku kerja di mana, masa aku nggak tahu kamu kerjanya apa! Jangan-jangan kamu preman lagi? ]
Byakta
[ His! Enak aja! Aku anak baik-baik. Aku bantu-bantu aja usaha Ibu. Selebihnya kirim chat ke kamu tiap hari. ]
Ayya
[ Halah, gombal! ]
Byakta
[ Kok, gombal sih? Beneran, Ay. Aku udah jatuh hati saat pertama kamu nulis puisi dulu. Bahkan jauh sebelum itu. ]
Ayya
[ Masa?! Cuma gara-gara puisi bisa buat hatimu jatuh gitu aja tanpa tahu siapa aku? ]
Byakta
[ Beneran ... bukankah perasaan itu seperti misteri? Yang kita tidak bisa menebak kapan datangnya dan dengan cara bagaimana dan kepada siapa? ]
Ayya terdiam membaca isi pesan terkahir Byakta. Bukan karena tidak mau merespon, tetapi karena tujuan busnya yang sudah sampai. Perlahan Ayya menuruni tangga bus dengan hati-hati. Ayya takut, jika separuh hatinya ikut terbawa karena sejak tadi hatinya hampir saja loncat dari tubuhnya karena pesan Byakta.
Saat hendak membuka pintu rumahnya, satu pesan kembali masuk dari Byakta. Senyumnya yang merekah pasti sudah membuatnya terbang ke atas awan.
Byakta
[ Ayang kok diem? Marah ya? ]
Ayya lebih memilih mendiamkan pesan dari Byakta. Ia langsung membersihkan diri. Hampir setengah jam Ayya berada dalam kamar mandi. Ia sengaja ingin membersihkan seluruh tubuhnya agar bisa bersih memikirkan Dean dengan kepala jernih.
Setelah mengenakan setelan baju tidur, Ayya merebahkan tubuhnya sebentar di tempat tidur. Ia langsung membuka aplikasi birunya dengan mengunggah status apa yang sedang dipikirkan.
Ayyara
‘Pernah-kah kau merasakan ada sesuatu yang berdesir saat chat dengan seseorang yang bukan siapa-siapamu?’
Unggahan tersebut sebagai bentuk pernyataan untuk dirinya sendiri. Mungkinkah kehadiran Byakta telah sukses mencuri setengah hatinya yang tengah kosong?
-------***--------
Bersambung

Komento sa Aklat (111)

  • avatar
    ErnaoneAgoes

    cerita sangat menarik dan bikin penasaran ...

    27/12

      0
  • avatar
    saputritiara

    ya...

    18/02/2023

      0
  • avatar
    s******9@gmail.com

    sangat2 berpuas dengan jalan cerita ini

    12/02/2023

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata