logo text
Idagdag sa Library
logo
logo-text

I-download ang aklat na ito sa loob ng app

The Trip

Amy masih mematut dirinya di depan cermin ketika panggilan video call dari Amanda masuk. Dia meraih ponselnya, lalubsegera saja menerimanya.
Senyum cantiknya langsung terulas begitu wajah cantik Amanda terlihat mengulas senyum dengan tatapan mata lembutnya di layar Ponselnya.
"Hai, cantik sekali kamu. Sudah siap berangkat?" sapa Amanda dengan senyum ceria, matanya menyorotkan kerinduan. Amy langsung saja mengangguk.
"Ya, sure. Aku sebentar lagi berangkat Amanda, lalu siapa yang akan menjemputku di Bandara?" tanya Amy sambil sebelah tangannya sibuk memasukkan alat-alat make up ke dalam tasnya.
"Nanti aku akan meminta salah satu teman Ben untuk menjemputmu di bandara, sayang," jawab Amanda tenang.
Amanda tersenyum dengan wajah menengok ke kiri dan ke kanan. Sepertinya dia sedang mencari seseorang untuk dimintai bantuan menjemput Amy.
"Hallo..Amanda.." sapa Amy tak sabar karena Amanda terlalu lama terdiam dan malah asyik menengok terus ke kiri dan ke kanan.
"Yes, nanti ada ehm, Eric. Ya, ada Eric yang nanti akan menjemputmu, Am," ucapnya kemudian dengan suara lembut.
Amanda kembali menatap layar dengan senyum yang terkembang. Amy mengangguk.
"Seperti apa orangnya?" tanya Amy serius.
"Tinggi, berambut brunette, mata coklat. Oh, no. Matanya bukan coklat tapi hazel, I think," jawab Amanda dengan nada seoerti tidak yakin. Amy menggeleng sambil berdecak.
"Amanda berikan saja fotoku agar dia yang nanti mengenaliku, okay. Aku pergi sekarang. Bye, see you there," ujar Amy, lalu dengan cepat menutup panggil video call dari Amanda.
"Kalau terus meladeninya aku bisa tidak jadi pergi," gerutunya kesal sambil memutar bola matanya.
Amy berjalan tergesa menuju kendaraan yang menjemputnya di depan apartementnya. Seorang sopir membantunya memasukkan dua koper besar yang dibawanya.
Kemudian kendaraan itu melaju dengan kecepatan sedang menuju bandara. Di perjalanan ponsel Amy berbunyi. Amy mengambil dan menatapi ponselnya sekilas, dia mendapati nama Claire yang ternyata menghubungi.
"Yes, Claire," sapanya begitu tersambung.
"Hei Amy, kau di mana? Apa kau sudah berangkat?"
Suara tanya Claire di seberang terdengar riang. Dia sepertinya sangat senang melihat sahabatnya itu pergi berlibur.
"Ya, aku menuju bandara," Suara Amy pun terdengar ceria.
"Take care, Amy. Ingat, tetap hati-hati. Jaga dirimu dengan baik dan bersenang-senanglah," ujar Claire penuh perhatian.
"Okay, dear. Terima kasih, Claire," jawab Amy ramah.
Amy tersenyum bahagia dan segera menutup panggilan dari Claire. Bandara sudah di depan mata, dia bersiap untuk turun.
Penerbangan yang akan memakan waktu sekitar enam setengah jam itu, tidak ssdikit pun membuat Amy kehilangan semangatnya.
Dia dengan langkah ringan menuruni tangga pesawat. Berjalan keluar bandara dengan tas tersampir di pundak dan menarik dua koper besar.
"Amy Clint?" Sapa seorang lelaki tinggi bertopi yang membuat Amy sedikit terkesiap.
Amy menatap lelaki tinggi itu. Mencoba melihat dengan jelas warna matanya, karena dia tidak dapat melihat warna rambutnya yang tertutup topi.
"Aku Eric. Eric Deckker."
Lelaki itu seperti menangkap keraguan di wajah Amy. Dia segera memperkenalkan namanya sambil membuka topinya. Rambut brunettenya terlihat jelas.
Lelaki itu segera mengangsurkan tangannya yang disambut Amy dengan baik. Mereka berjabat tangan erat, terlihat sangat akrab.
"Hanya ini yang dibawa?" Tanyanya sambil mengambil alih dua koper besar itu. Amy mengangguk dengan senyum terukir manis di bibirnya.
"Itu pun aku rasa terlalu banyak," ucap Amy ramah.
Pria itu menatap Amy sekilas, lalu dia berjalan di depan untuk menunjukan mobilnya. Amy sedikit kaget melihat kendaraan jenis Jeep Trackhawk yang lumayan tinggi terparkir di sana.
Amy yang bertubuh mungil sedikit kesulitan untuk menaikinya. Eric jadi tersenyum menatapnya.
"Biar aku bantu." Eric mengangkat dengan ringan tubuh mungil Amy untuk membantunya naik.
"Wuiih.." Amy terpekik kaget. Eric hanya tertawa pelan.
Lelaki itu kemudian duduk di belakang kemudi dengan santai. Dia memasang seatbeltnya dan membantu memasangkan milik Amy.
Gadis itu sampai harus menahan napasnya atas perlakuan itu, Dex saja tidak pernah melakukannya. Amy jadi membatin.
Kendaraan itu melaju sedikit cepat. Musik keras terdengar dari audio yang terpasang di dalam mobil. Amy merasa sedikit tidak nyaman.
Dia bingung dengan lagu yang diputar lelaki itu. Dia sudah terbiasa mendengarkan lagu slow yang mendayu atau lagu romantis yang teramat disukai Dex.
Amy menatapi lelaki yang duduk di sebelahnya, lelaki yang sedang berdendang mengikuti lagu aneh tersebut.
"Bisa tolong dikecilkan, aku kurang suka musik jenis ini," ujar Amy sedikit berteriak. Eric hanya tersenyum. Amy mendelik kesal.
"Tolong, bisa tidak. Aku mohon jangan terlalu cepat bawa mobilnya. Aku sedikit merasa sedikit takut."
Amy menatap lagi Pria di sebelahnya yang kembali menanggapinya dengan senyum. Amy jadi kesal. Dia pasti akan membicarakan hal ini pada Amanda.
"Aku seharusnya tadi naik taksi saja," gerutunya. Eric tertawa pelan mendengar gerutuan Amy.
Untunglah tak lama kendaraan memasuki kawasan yang sangat asri dengan pepohonan yang rimbun.
Ada taman bunga di tengahnya di sepanjang jalan yang dilalui. Amy sedikit bernapas lega. Berarti akan segera sampai.
Lalu kendaraan itu berhenti tepat di depan sebuah Villa yang sangat besar. Lapangan golf mengelilingi Villa itu.
Amy melihat, ada juga danau yang lumayan besar untuk memancing ikan. Sedikit jauh memang dari Villa.
Eric turun terlebih dahulu. Kemudian membukakan pintu untuk Amy. Gadis itu bergeming.
Dia sedikit bingung untuk turun. Kendaraan itu cukup tinggi untuk ukurannya dan di bawah sana batu kerikil menunggunya.
Sementara dia memakai sepatu heels yang lumayan tinggi. Dia menatap Eric yang kini sedang menempatkan dua kopernya di teras Villa.
"Ayo turun!" Ajak Eric. Amy menarik napas gusar. Eric mengerti, dia menghampiri Amy.
"Butuh bantuan?" Tanyanya dengan senyum. Amy hanya diam.
Dia memberanikan diri untuk mencoba turun. Tapi tangan Eric keburu mengangkat tubuhnya dan menurunkannya di jalan berbatu.
Amy yang belum siap hampir saja terjatuh. Eric berusaha menahannya, tapi agak terbawa. Tubuh Amy membentur mobil dengan tangan Eric yang menahan tubuhnya di belakang punggungnya.
Namun tubuh Eric yang terlalu condong ke depan membuat bibirnya mendarat mulus di bibir mungil milik Amy.
"Wuiih, aku baru tahu. Ternyata begitu ucapan terima kasih ala Amy Clint untuk orang yang telah menjemputnya, ya."
"Ouh No!" Jerit Amy.
Matanya nanar menatap Amanda yang muncul tiba-tiba di hadapannya. Dia bergegas menghampiri Amanda dan menariknya memasuki Villa dan dia meninggalkan Eric yang terkekeh senang.

Komento sa Aklat (163)

  • avatar
    Aninar Naya

    novel nya sangat bagus

    11/02

      0
  • avatar
    RfqhRatu

    bagussss bangettt

    09/02

      0
  • avatar
    Mutiara SidikFiska

    best novel

    04/02

      0
  • Tingnan Lahat

Mga Kaugnay na Kabanata

Mga Pinakabagong Kabanata